Penambahan Kasus Covid-19 di Sumbar Mulai Melandai
Kasus Covid-19 di Sumatera Barat mulai melandai dalam beberapa pekan terakhir. Angka reproduksi efektif atau Rt berada di bawah angka 1.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Penambahan kasus Covid-19 di Sumatera Barat mulai melandai dalam beberapa pekan terakhir. Angka reproduksi efektif atau Rt berada di bawah angka 1. Sumbar menerapkan pemeriksaan masif untuk mengantisipasi meningkatnya kasus saat normal baru.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang, Senin (15/6/2020), mengatakan, tambahan kasus harian positif Covid-19 di Sumbar mulai menurun. Sejak lima hari terakhir, kasus baru positif Covid-19 tidak lebih dari 10 orang.
”Dengan jumlah yang dites tiap hari lebih dari 1.000 sampel dan kasus barunya 10 orang ke bawah, berarti bagus, terjadi penurunan. Kabupaten/kota mengirim ratusan sampel, seperti Padang Pariaman, masih kosong,” kata Irwan.
Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Sumbar, dalam periode 1-15 Juni 2020, jumlah kasus baru positif Covid-19 di Sumbar sebanyak 114 kasus atau rata-rata 7-8 kasus per hari. Kasus terbanyak terjadi pada 9 Juni 2020 dengan jumlah 19 orang. Dengan demikian, total ada 681 kasus.
Sementara itu, pada 15 hari sebelumnya, periode 17-31 Mei 2020, jumlah kasus baru positif Covid-19 di Sumbar mencapai 171 orang atau 11,4 orang per hari. Kasus terbanyak terjadi pada 24 Mei 2020 dengan jumlah 35 orang. Pada saat itu tolal kasus positif sebanyak 567 orang.
Menurut Irwan, selain jumlah kasus harian positif Covid-19 yang melandai, angka Rt di Sumbar juga di bawah 1. Laman resmi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melansir pada 14 Juni Rt Sumbar 0,9528.
”Hasil kajian epidemiologi, Rt Covid-19 di Sumbar di bawah satu. Kasus terkendali, tambahan kasus 10 orang ke bawah. Empat hari terakhir, kasusnya dari Padang semua. Melihat data itu terkendali semua,” ujar Irwan.
Irwan melanjutkan, sejauh ini, pihaknya belum dapat menyimpulkan apakah Sumbar sudah melewati puncak kasus atau tidak mengalami puncak kasus. Namun, jumlah kasus terbanyak per hari adalah 35 kasus yang terjadi pada 24 Mei 2020.
Sejak larangan mudik berakhir, setidaknya ada lima orang yang terdeteksi positif Covid-19 ketika tiba di Sumbar via Bandara Internasional Minangkabau.
Karena kasus di dalam provinsi sudah terkendali, kata Irwan, pihaknya justru khawatir dengan adanya kasus impor. Sejak larangan mudik berakhir, setidaknya ada lima orang yang terdeteksi positif Covid-19 ketika tiba di Sumbar via Bandara Internasional Minangkabau.
Sebagai antisipasi meningkatnya penularan Covid-19 dalam masa normal baru, kata Irwan, Sumbar melakukan pemeriksaan masif. Yang diperiksa tidak hanya pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG), tetapi orang-orang lainnya, seperti pelaku wisata, pemandu wisata, sopir transportasi, guru, dan orang yang masuk dari bandara.
”Jadi orang yang diperiksa bukan orang dari pelacakan kasus lagi, melainkan di luar itu juga. Ini untuk mengamankan publik agar tidak tertular,” kata Irwan.
Irwan menambahkan, laboratorium di Sumbar sudah memeriksa sekitar 27.000 sampel (hingga 11 Juni 2020). Proporsi pemeriksaan dibandingkan jumlah penduduk sekitar 0,5 persen. Di tingkat Nasional, proporsi pemeriksaan jumlah penduduk sekitar 0,1 persen. Sumbar menargetkan proporsi pemeriksaan mencapai 1,2 persen atau sama dengan Korea Selatan.
Proporsi pemeriksaan dibandingkan jumlah penduduk sekitar 0,5 persen. Sumbar menargetkan proporsi pemeriksaan mencapai 1,2 persen atau sama dengan Korea Selatan.
Selain untuk dalam provinsi, kata Irwan, Sumbar terbuka menerima kiriman sampel dari provinsi lain, termasuk dari luar Sumatera. Sebelumnya, Sumbar pernah membantu Jambi, Bengkulu, dan Kepulauan Riau untuk pemeriksaan sampel pasien Covid-19.
Sebelumnya, Andani Eka Putra, Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, juga mengatakan, kasus positif Covid-19 di Sumbar mulai menurun. Ia berpatokan pada rasio kasus positif Covid-19 terhadap jumlah sampel usap yang diperiksa per hari.
”Saya menilainya (tren kasus) dengan melihat rasionya. Dibandingkan di awal-awal, kasus Covid-19 di Sumbar mulai turun. Dulu rasionya sampai 4 persen. Dua minggu terakhir, rasionya sekitar 2 persen,” kata Andani, Kamis (11/6/2020).
Patokan lainnya adalah penurunan angka persentase kasus positif Covid-19 yang berasal dari pasien dalam pengawasan (PDP). Di awal-awal temuan kasus, jumlah pasien positif Covid-19 dari PDP 20-25 persen dari total kasus (akumulasi). Belakangan, jumlah pasien positif Covid-19 dari PDP sekitar 12 persen dari total kasus (akumulasi). Dalam tambahan kasus harian positif Covid-19, misalnya, dari 25 orang hanya 1 orang dari PDP.
Terkait pemeriksaan masif, Andani mengatakan, sejauh ini baru Sawahlunto yang mengirimkan sampel sekitar 1.000 orang dengan metode cluster random sampling. Sementara itu, kabupaten/kota umumnya masih mengirimkan sampel berdasarkan penelusuran kontak erat kasus.
Meskipun demikian, kata Andani, belakangan kabupaten/kota lain mulai mengirimkan ataupun bersiap-siap untuk mengirimkan sampel untuk pemeriksaan masif. Setiap kabupaten/kota diminta mengirimkan sampel rata-rata 1.500 orang dengan metode cluster random sampling dengan tingkat kesalahan 1 persen.
Wilayah setiap kabupaten/kota dibagi atas 30 kluster sehingga didapatkan jumlah sampel yang harus diambil dari setiap nagari/desa dari berbagai kalangan. Pemeriksaan sampel usap dilakukan dengan metode pool test. Pemeriksaan dilakukan berkala sekali dua bulan untuk evaluasi.
”Dharmasraya sampelnya mulai masuk hari ini. Solok Selatan siap-siap, begitu pula Pasaman Barat, Pasaman, Bukittinggi, dan Sijunjung. Pengambilan sampelnya mirip survei pemilu. Pemeriksaan (masif) ini tujuannya untuk mengetahui angka infeksi di suatu daerah. Jika ditemukan kasus positif Covid-19, dilakukan pelacakan kontak erat,” ujar Andani.
Adapun di Kota Sawahlunto, sampel yang diambil sebanyak 1.089 orang dari total penduduk Sawahlunto 62.524 orang (BPS, 2019). Dengan metode pemeriksaan pool test, ditemukan dua orang positif Covid-19 di Sawahlunto sekaligus kasus pertama di kota itu, Minggu (24/5/2020), setelah beberapa bulan terakhir dianggap zona hijau. Dari survei itu, ditemukan angka infeksi Sawahlunto 0,18 persen atau 1,8 orang per 1.000 penduduk.