Pasien Positif dari Kluster Pedagang Ikan di DI Yogyakarta Terus Bertambah
Jumlah pasien positif dari kluster pedagang ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah. Wilayah penularannya pun kini meluas.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Jumlah pasien positif dari kluster pedagang ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah. Wilayah penularannya pun kini meluas.
Kluster pedagang ikan itu bermula dari dua pemasok ikan asal Kabupaten Gunung Kidul yang dinyatakan positif Covid-19 pada 30 Mei 2020. Keduanya laki-laki, berusia masing-masing 28 tahun dan 40 tahun.
Dalam data Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dua orang itu tercatat sebagai kasus 234 dan kasus 235. Dari penelusuran, mereka biasa memasok ikan ke sejumlah pasar tradisional di Yogyakarta dan Semarang.
Pada 6 Juni 2020, jumlah pasien positif dari kluster pedagang ikan itu bertambah tiga orang. Ketiga laki-laki itu berasal dari Gunung Kidul. Sehari kemudian, ada tambahan satu pasien positif baru, laki-laki berusia 26 tahun asal Gunung Kidul, yang berkaitan dengan kluster tersebut. Setelah itu, pada 9 Juni ada tambahan satu kasus baru yang berkaitan dengan kluster ini, perempuan berusia 34 tahun asal Gunung Kidul.
Pada Kamis (11/6/2020), ada tambahan seorang pasien positif baru yang memiliki kaitan dengan kluster pedagang ikan tersebut. Pasien itu tercatat sebagai kasus nomor 254 di DIY.
”Dia laki-laki berusia 50 tahun asal Kabupaten Sleman,” kata Juru Bicara Pemerintah DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih, Kamis sore, di Yogyakarta. Total ada delapan pasien positif Covid-19 terkait kluster pedagang ikan ini.
Penambahan pasien baru pada Kamis ini memiliki arti penting. Tidak hanya menambah jumlah kasus, penambahan itu menunjukkan cakupan wilayah penularan kluster yang semakin luas. Dari awalnya hanya Gunung Kidul, kini penularan terjadi di Sleman.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul Dewi Irawaty mengatakan telah melakukan penelusuran kontak. Harapannya, orang-orang yang diduga memiliki kaitan dengan kluster tersebut bisa segera diketahui dan dilakukan penanganan. Selain di Gunung Kidul, penelusuran kontak juga dilakukan di Kota Yogyakarta. Alasannya, dua pemasok ikan asal Gunung Kidul itu pernah berkunjung ke sejumlah pasar di Yogyakarta.
Selain di Gunung Kidul, penelusuran kontak juga dilakukan di Kota Yogyakarta. Alasannya, dua pemasok ikan asal Gunung Kidul itu pernah berkunjung ke sejumlah pasar di Yogyakarta.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, penelusuran kontak terhadap kluster pedagang ikan sudah dilakukan di tiga pasar di Yogyakarta, yaitu Pasar Kranggan, Demangan, dan Pasar Beringharjo. Penelusuran kontak itu kemudian diikuti tes cepat terhadap sejumlah orang yang diduga pernah berkontak dengan pasien positif.
Berdasarkan hasil tes cepat yang dilakukan, ada tiga orang dinyatakan reaktif. Dua orang itu warga Kota Yogyakarta. Sementara seorang lainnya warga Sleman.
Hasil reaktif tes cepat itu lalu ditindaklanjuti dengan pengambilan sampel swab atau usap tenggorokan. Menurut Heroe, dari hasil pemeriksaan sampel usap tersebut, dua warga Kota Yogyakarta dinyatakan negatif. Sementara warga Sleman dinyatakan positif dan kemudian diindentifikasi sebagai pasien 254.
Heroe menyebut warga Sleman itu bukan pedagang. Dia bekerja sebagai supplier atau pemasok ikan di pasar tradisional. Setelah adanya tambahan pasien positif itu, penelusuran kontak ke sejumlah pasar lain di Yogyakarta akan dilakukan.
”Kami akan memperluas tracing ke sejumlah pasar lain yang ada pedagang ikannya. Sebab, menurut pengakuan terbaru, pemasok ikan tersebut juga melakukan distribusi ikan ke sejumlah pasar di Kota Yogyakarta,” kata Heroe.