Duka Mendalam di ”Pendaratan Terakhir” Sang Penerbang
Saat kejadian, helikopter TNI AD yang jatuh di Kendal sedang melakukan misi latihan terbang kedua. Kegiatan itu merupakan bagian dari pendidikan penerbang satu dalam rangka persiapan menjadi kapten pilot.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Air mata berderai di roman para pelawat saat Letnan Satu (Cpn) Wisnu Tia Aruni (28) dikebumikan di bawah terik matahari di Taman Pemakaman Umum Bergota II, Kalipancur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (7/6/2020). Siang itu, penerbang kebanggaan keluarga itu mendarat untuk terakhir kalinya....
Wisnu ialah salah satu korban meninggal dalam kecelakaan helikopter MI-17 TNI AD di Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Dalam kecelakaan tersebut, empat prajurit TNI, termasuk Wisnu, menjadi korban. Wisnu menjadi penerus tradisi prajurit di keluarga karena mendiang ayahnya juga seorang penerbang.
Ibunda Wisnu, Catrias Haniyatiek, amat emosional melepas putra pertamanya tersebut melakukan ”pendaratan terakhir”. Saat penaburan bunga pertama, ia histeris dan tak mampu beranjak dari kursi, bahkan beberapa kali terkulai lemas nyaris tak sadarkan diri. Sejumlah anggota keluarga terus menenangkannya.
Sementara itu, Yuanita Rahmawati (26), istri Wisnu, terlihat lebih tegar meski air mata tak kuasa jua untuk dibendung. Dukungan para kerabat yang hadir tak henti-hentinya mengalir. Terlebih, selain Yuanita, Wisnu juga meninggalkan Firzana, putrinya yang baru berusia empat bulan.
Pemakaman Wisnu, hari Minggu kemarin, dilangsungkan secara militer dan dipimpin langsung Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat Mayor Jenderal Teguh Pudjo Rumekso selaku inspektur upacara. Pemakaman dilaksanakan sekitar pukul 12.15.
Wisnu, yang lahir di Pemalang, 18 Februari 1992, meniti karier di TNI mengikuti jejak ayahnya, yakni Letkol (Cpn) Agus Supriono (alm). Saat kecelakaan terjadi, ia tengah mengikuti pendidikan penerbang satu atau persiapan menjadi kapten pilot.
”Dia anak yang baik. Kami semua merasa sangat kehilangan,” kata salah seorang paman Wisnu, yang enggan disebutkan namanya, saat ditemui di pemakaman.
Saat kecelakaan terjadi, ia tengah mengikuti pendidikan penerbang satu atau persiapan menjadi kapten pilot.
Mertua Wisnu, Indriastuti, menuturkan, Wisnu sedianya menjalani pendidikan selama 1,5 tahun. ”Namun, baru enam bulan sudah ’lulus’ duluan (pergi untuk selamanya). Karena memang ini tugas. Mudah-mudahan keluarga, termasuk anak dan istrinya, bisa ikhlas dan tetap sehat. Sebab, apa yang dijalani Wisnu merupakan tugas mulia,” katanya.
Indriastuti menilai Wisnu sebagai menantu yang baik. Menurut dia, Wisnu cenderung pendiam, tetapi juga pekerja keras serta selalu siap dalam menjalankan tugas sebagai prajurit TNI, termasuk tugas-tugas yang penuh risiko. Sering kali Wisnu meninggalkan keluarga demi menjalankan berbagai tugas, termasuk di Papua.
Wisnu terakhir kali bertemu anak dan istrinya pada Rabu (3/6/2020). ”Biasanya dia cenderung diam, tetapi akhir-akhir ini senang sekali menghibur. Jadi, sering melucu, menyanyi, dan lainnya, yang membuat suasana menyenangkan,” ucap Indriastuti.
Mayjen Teguh Pudjo Rumekso mengatakan, kepergian Wisnu menjadi kehilangan yang amat mendalam bagi keluarga TNI dan semua yang hadir pada upacara pemakaman. Ia pun berharap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan menghadapi hal tersebut.
”Kita sama-sama hadir di sini untuk memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. Saya menyatakan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga arwah almarhum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” kata Teguh.
Helikopter MI-17 milik TNI AD yang jatuh di Kendal pada Sabtu (6/6/2020) tengah melakukan misi latihan terbang kedua. Heli itu jatuh setelah terbang selama 1 jam 5 menit di lokasi yang berjarak 3,5 kilometer dari gerbang Kawasan Industri Kendal, di tepi ruas jalan pantai utara Jateng.
Selain Lettu (Cpn) Wisnu, kejadian itu juga menewaskan tiga prajurit TNI lainnya, yakni Kapten (Cpn) Kadek, Kapten (Cpn) Fredy Vebyarto Nugroho, dan Kapten (Cpn) Y Hendro. Sementara lima korban luka dan selamat ialah Lettu (Cpn) Vira Yudha, Prajurit Kepala Nanang, Praka Rofiq, Praka Supriyanto, dan Praka Andi.
Heli itu jatuh setelah terbang selama 1 jam 5 menit di lokasi yang berjarak 3,5 kilometer dari gerbang Kawasan Industri Kendal, di tepi ruas jalan pantai utara Jateng.
Teguh menuturkan, penyebab kecelakaan masih diinvestigasi. Pihaknya akan berkoordinasi serta menyerahkan black box (kotak hitam) kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Kotak hitam dalam keadaan baik.
”Investigasi ini tidak bisa dibatasi waktu. Yang jelas, sampai ketemu akar permasalahannya. Namun, secepatnya akan kami umumkan jika sudah ketemu masalahnya,” ucapnya.
Puing helikopter MI-17 yang jatuh sudah dibawa dari lokasi kejadian ke Skuadron 31/Serbu, Semarang. Menurut dia, tim sudah bekerja untuk melakukan investigasi mulai Minggu.