Kawasan Lagoi di Bintan Jadi Percontohan Pariwisata Normal Baru
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menjadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Lagoi di Kabupaten Bintan sebagai uji coba pariwisata pada masa normal baru. Hasil uji coba akan dievaluasi cermat.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menjadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Lagoi di Kabupaten Bintan sebagai uji coba pelaksanaan pariwisata pada masa normal baru. Rencana ini akan dimulai secara bertahap dengan evaluasi cermat untuk memberi jaminan keamanan bagi wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar, Sabtu (6/6/2020), mengatakan, pada masa normal baru, Lagoi akan membidik pasar pariwisata berkualitas. Dia memperkirakan akan ada perubahan tren dan jumlah wisatawan berkurang. Namun, waktu yang dihabiskan untuk berlibur diyakini bakal lebih panjang.
”Pengelola (Lagoi) sudah menyiapkan protokol kesehatan dengan cermat. Mobilitas orang di kawasan ini relatif lebih mudah dikontrol karena hanya ada dua pintu masuk,” kata Rudy saat dihubungi dari Batam.
Pantai Lagoi berada di bagian utara Pulau Bintan yang berdekatan dengan Singapura. Di kawasan itu, terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang. Pada 2019, pengunjung di Lagoi mencapai 1,2 juta wisatawan. Lebih kurang 250.000 orang di antaranya berasal dari Singapura.
Sektor pariwisata di kawasan Lagoi menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bintan. Namun, sekitar tiga bulan terakhir, pariwisata Bintan surut akibat pandemi Covid-19.
”Kami berharap pemerintah dapat memberikan kelonggaran terkait Peraturan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembatasan Warga Negara Asing supaya wisatawan mancanegara bisa masuk ke daerah yang dipilih untuk uji coba pariwisata normal baru,” ujar Rudy.
Tiga daerah yang dipilih untuk uji coba penerapan program cleanliness, health, and safety (CHS) adalah Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Dampak Covid-19 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ari Juliano Gema, dalam siaran pers pada 27 Mei, menyatakan, pemerintah tengah menyiapkan program cleanliness, health, and safety (CHS) untuk menggerakkan pariwisata nasional. Tiga daerah yang dipilih untuk uji coba penerapan program ini adalah Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.
Group General Manager PT Bintan Resort Cakrawala Abdul Wahab selaku pengelola kawasan pariwisata Lagoi mengatakan, penerapan normal baru itu akan dilakukan secara bertahap. Segmen pertama yang akan dibidik adalah kalangan pebisnis ekspatriat di Bintan dan daerah sekitarnya.
Jika hal itu terlaksana dengan aman, secara bertahap pengelola akan membidik segmen wisatawan lain, seperti negara tetangga, terutama Singapura, kemudian juga pelancong dari sejumlah kapal pesiar. Namun, yang terpenting kini adalah mendapatkan rasa percaya dari wisatawan domestik.
Abdul menjelaskan, kawasan pariwisata Lagoi membentuk satuan tugas pencegahan Covid-19 secara mandiri. Semua hotel dan resor telah sepakat dan bersedia terlibat dalam hal ini. Mereka juga berkoordinasi dengan petugas karantina dan tenaga kesehatan dari satuan tugas Covid-19 daerah.
Yang terpenting kini adalah mendapatkan rasa percaya dari wisatawan domestik.
”(Koordinasi) itu adalah salah satu langkah yang bagi kami merupakan inti dalam pencegahan Covid-19. Kami merancang kerja sama yang sangat rinci antara satu resor dengan yang lain,” kata Abdul.
Selama penerapan pariwisata normal baru, semua karyawan resor di Lagoi akan tinggal di asrama untuk mengurangi interaksi dengan orang dari luar kawasan. Selain diwajibkan mengenakan masker, mereka juga diharuskan mengenakan pelindung wajah selama bekerja.
Dua kali dalam sehari, termasuk ketika libur, karyawan akan dicek kesehatannya. Selain itu, sebanyak 70 ruangan karantina telah disiapkan untuk mengantisipasi jika ada pekerja yang menunjukkan gejala Covid-19.
Abdul menambahkan, protokol jaga jarak juga akan diterapkan secara ketat dengan mengurangi kapasitas wahana hingga maksimal separuh kapasitas maksimal. ”Misalnya, kalau wisatawan main jetski, jika biasanya bisa dua orang, sekarang hanya boleh satu orang,” ucapnya.
Singapura mulai melonggarkan pembatasan sosial secara bertahap sejak 1 Juni lalu setelah penambahan kasus baru harian menunjukkan tren menurun sejak 21 April. Abdul yakin, jika wisatawan dari Singapura mulai mengalir, tingkat okupansi hotel akan meningkat menjadi 35 persen.
”Di Singapura ada sekitar 1,5 juta (pekerja) ekspatriat dari negara lain. Mereka adalah salah satu pasar terbesar pariwisata Bintan,” kata Abdul.