Untuk mempercepat pemutusan rantai penularan Covid-19 di kawasan perkampungan, Pemkot Surabaya memperuas cakupan tes cepat dan tes usap tenggorokan. Tes dilakukan secara gratis agar tidak membebani masyarakat.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Untuk mempercepat upaya pemutusan rantai penularan Covid-19 di kawasan perkampungan, Pemerintah Kota Surabaya terus memperuas cakupan tes cepat dan tes usap tenggorokan. Tes dilakukan secara gratis agar tidak membebani masyarakat.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya hingga Senin (1/6/2020) mencatat, tes cepat sudah dilakukan kepada 27.158 warga dari sekitar 3 juta warga Surabaya. Hasilnya, sebanyak 2.833 orang atau 10,43 persen reaktif. Warga yang hasil tes reaktif langsung mengikuti tes usap tenggorokan.
Selama lima hari terakhir, tes massal semakin luas karena kami mendapat bantuan laboratorium bergerak dari Badan Intelijen Negara dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Semuanya gratis tanpa dipungut biaya (Tri Rismaharini)
Adapun tes usap tenggorokan sudah dilakukan kepada 1.155 sampel dengan hasil yang sudah keluar 830 sampel. Sebanyak 414 sampel dinyatakan positif dan 325 lainnya belum keluar. Warga reaktif tes cepat yang belum mengikuti tes usap tenggorokan akan diisolasi di hotel yang telah disediakan Pemkot Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu (3/6/2020) mengatakan, pihaknya berupaya secepat mungkin untuk melakukan tes massal di kawasan yang sudah terjadi penularan antarwarga. Langkah ini dilakukan untuk menelusuri warga yang sudah terpapar virus SARS-CoV-2 dan segera memberikan terapi serta memisahkannya dengan warga yang sehat.
Menurut dia, masih banyak orang tanpa gejala yang belum terdeteksi. Mereka masih beraktivitas dengan masyarakat lain dan rentan terjadi penularan. Oleh sebab itu, pihaknya berupaya sebanyak mungkin menelusuri orang-orang yang sudah terpapar secepat mungkin agar tidak lagi terjadi penularan.
“Selama lima hari terakhir, tes massal semakin luas karena kami mendapat bantuan laboratorium bergerak dari Badan Intelijen Negara dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Semuanya gratis tanpa dipungut biaya,” katanya.
Dalam sehari, ada lebih dari 1.000 warga mengikuti tes cepat. Hasil tes reaktif yang mencapai sekitar 10 persen, menurut Risma, terjadi karena orang yang melakukan tes cepat sudah tepat sasaran. “Jadi kami tidak sembarangan menentukan siapa saja yang ikut tes cepat, sudah dilakukan kajian epidemiologi,” tutur Risma.
Animo tinggi
Warga Gununganyar yang mengikuti tes cepat, Agnes SP (54) mengatakan, animo warga mengikuti tes cepat sangat tinggi. Saat datang sekitar pukul 08.00, antrean sudah panjang dan sebagian sudah selesai menjalani tes cepat yang saat itu dimulai pukul 07.00. Ada beberapa jalur antrean dibedakan antara orang dewasa dengan lansia.
“Saya merasa perlu ikut tes cepat karena masih beraktivitas di luar dan bertemu banyak orang, meskipun selalu mengikuti protokol kesehatan,” kata Agnes yang hasil tes cepat menunjukkan nonreaktif.
Selain memperluas cakupan tes cepat, Pemkot Surabaya terus melakukan penyemperotan cairan disinfektan di sejumlah lokasi yang rawan terpapar virus korona. Lokasi yang disasar antara lain fasilitas kesehatan, kawasan perkampungan, fasilitas umum, dan rumah pasien positif Covid-19.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya Dedik Irianto mengatakan, penyemprotan dilakukan sejak 13 Maret 2020 ketika kasus pertama di Surabaya terkonfirmasi. Dalam sehari, ada sekitar 300 hingga 400 lokasi penyemprotan. Adapun hingga 2 Juni 2020, ada 50.735 lokasi yang telah disemprot secara rutin.
“Penyemprotan dilakukan dalam radius 500 meter dari rumah warga terkonfirmasi positif untuk membuhun virus yang kemungkinan masih tertinggal di tempat-tempat yang biasa disinggahi pasien tersebut,” katanya.