Pelayanan Publik dalam Konsep Normal Baru Butuh Pembiasaan
Desa Genteng Wetan di Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu proyek percontohan pelayanan publik normal baru di Banyuwangi, Jatim. Dibutuhkan pembiasaan agar konsep normal baru diterapkan dengan baik.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pelayanan publik hingga tingkat terendah dalam konsep normal baru masih butuh pembiasaan. Meski secara teknis terkesan membuat repot, hal-hal kecil harus didisiplinkan untuk mengantisipasi penularan virus korona baru yang vaksinnya hingga kini belum ditemukan.
Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pemerintah daerah setempat menjadikan Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, sebagai salah satu proyek percontohan pelayanan publik normal baru. Pelayanan publik normal baru diterjemahkan oleh perangkat Desa Genteng Wetan dengan menerapkan standar protokol kesehatan khusus Covid-19 secara ketat.
Beberapa aturan baru diterapkan agar pelayanan publik tetap berjalan dengan risiko penularan minimal. ”Di Kantor Desa Genteng Wetan, seluruh perangkat desa di meja pelayanan hingga ruang administrasi diwajibkan menggunakan penutup wajah (face shield). Protokol kesehatan juga diterapkan secara ketat, misalnya kewajiban penggunaan masker serta cuci tangan dan pengukuran suhu tubuh sebelum masuk ruang pelayanan,” ujar Kepala Desa Genteng Wetan Mohammad Sukri, Kamis (28/5/2020).
Sukri mengatakan, pihaknya juga membatasi warga yang masuk ke ruang pelayanan maksimal lima orang, belum termasuk petugas. Apabila lebih dari kuota yang ditetapkan, warga lainnya diminta menunggu di pendopo balai desa.
Namun, pantauan Kompas saat datang ke Kantor Desa Genteng Wetan, keran air yang digunakan untuk cuci tangan tidak mengeluarkan air cukup kencang. Tanpa pemeriksaan suhu tubuh, Kompas juga bisa masuk ke ruang pelayanan dan ruang tunggu.
Di meja pelayanan hanya satu petugas yang menggunakan penutup wajah, sedangkan satu petugas lain hanya menggunakan masker. Baru setelah Kompas memperkenalkan diri dan menanyakan protokol kesehatan yang diterapkan, berangsur para petugas menerapkan standar kesehatan yang diterapkan untuk konsep normal baru.
Petugas yang semula tidak menggunakan penutup wajah langsung bergegas mengambil penutup wajah yang disimpan di bawah meja. Adapun petugas pemeriksa suhu tubuh harus dicari terlebih dahulu oleh kepala desa, dan akhirnya kembali bertugas.
”Konsep layanan normal baru dengan pemakaian penutup wajah baru diterapkan satu pekan terakhir. Keran air juga baru saja diganti permanen, sebelumnya hanya dari ember dan galon. Kami memang masih berusaha terus membiasakan seluruh petugas dan warga menerapkan protokol kesehatan untuk menuju normal baru,” ungkap Sukri.
Kami memang masih berusaha terus membiasakan seluruh petugas dan warga menerapkan protokol kesehatan untuk menuju normal baru. (Mohammad Sukri, Kades Genteng Wetan)
Sekretaris Desa Genteng Wetan Munjidi mengatakan, tidak ada penurunan layanan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi, selama pandemi, ataupun sepekan terakhir saat uji coba menuju normal baru. Dalam sehari, rata-rata ada 15 orang hingga 20 orang mengurus aneka dokumen ke kantor desa.
Munjidi menyebut memang butuh pembiasaan bagi warga dan petugas dalam layanan publik di era normal baru. Ia mencontohkan, menggunakan penutup wajah merupakan hal baru yang membuat ia dan petugas lain tidak leluasa.
”Kadang merasa aneh dan risih. Tetapi, bagaimana lagi. Mau tidak mau harus dibiasakan untuk melindungi diri sendiri dan warga. Hanya butuh dibiasakan saja. Nanti kalau sudah benar-benar diterapkan normal baru, semoga kami sudah biasa,” tuturnya.
Salah satu warga yang mendapat layanan dari Desa Genteng Wetan adalah Istiqomah (51). Ia sedang mengurus surat izin keluar masuk (SIKM) wilayah sebagai syarat untuk kembali bekerja di Jakarta. Ia menuturkan senang melihat layanan yang diberikan petugas kendati ada penerapan protokol kesehatan yang ketat.
”Menjadi lebih ribet memang. Harus cuci tangan, harus diperiksa dulu suhu tubuh, harus pakai masker, dan lainnya. Tetapi, saya memaklumi. Ini cara agar tidak tertular atau menuluarkan penyakit,” ujar Itiqomah yang bekerja di perusahaan katering di Jakarta.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sebelumnya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong instansi-instansi pemerintah menyiapkan inovasi untuk memasuki era normal baru. Standar kesehatan harus dipatuhi instansi-instansi agar mendapat sertifikat normal baru dari dinas kesehatan.
”Normal baru bukan berarti menyerah pada Covid-19. Ini hanya bentuk adaptasi agar pelayanan publik dan ekonomi kembali berputar. Pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Dalam kondisi ini dibutuhkan langkah agar pelayanan publik dan ekonomi kembali bergerak,” tuturnya.
Dalam kondisi tersebut, dibutuhkan langkah-langkah baru. Hal itu dapat dilakukan dengan tetap menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 secara ketat sambil menggerakkan perekonomian dan pelayanan publik kepada masyarakat.
Anas mencontohkan, layanan di Kantor Desa Genteng Wetan sengaja dijadikan contoh agar instansi-instansi lain tergerak menemukan inovasi untuk memasuki era normal baru. Ia berharap banyak inovasi yang muncul agar layanan publik kembali seperti semula.