Angin kencang disertai kenaikan gelombang laut terjadi di pesisir utara Subang, Jawa Barat, Rabu (20/5/2020) malam. Meski telah surut, warga diminta untuk tetap waspada tehadap bencana hidrometeorologi di sana.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
SUBANG, KOMPAS — Angin kencang disertai kenaikan gelombang laut terjadi di pesisir utara Subang, Jawa Barat, Rabu (20/5/2020) malam. Meski telah surut, warga diminta tetap waspada tehadap bencana hidrometeorologi di sekitarnya.
Sejumlah video menggambarkan kepanikan warga yang memenuhi jalanan di sekitar Kecamatan Pamanukan, Subang, beredar luas di media sosial tadi malam. Dalam video berdurasi kurang dari lima menit itu, mereka mengklaim telah terjadi tsunami dan gempa di lokasi tempat tinggalnya. Ucapan untuk menyelamatkan diri disampaikan salah seorang perekam video. ”Sampai ke arah mana (air lautnya)?”
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya, Kamis (21/5/2020) pagi, menjelaskan, tidak ada gempa dan tsunami yang terjadi di sekitar Subang tadi malam. Kejadian kemarin adalah cuaca ekstrem berupa angin kencang yang lokal dan singkat. Pada masa pancaroba saat ini, kondisi cuaca cepat berubah.
Kecepatan angin di atas rata-rata menyebabkan kenaikan gelombang laut dan banjir rob ke rumah warga pesisir, kecepatan angin normal sekitar 5 knot atau 10 kilometer per jam. Kemarin, kecepatan angin di laut utara mencapai 28 knot atau 52 km per jam (kategori angin kencang) sehingga memicu kenaikan gelombang laut mencapai 1 meter.
Fenomena kenaikan gelombang laut ini merupakan hal yang wajar dan sering terjadi di pesisir pantai. ”Kejadian tadi malam berlangsung hanya singkat dan lokal. Pagi ini, kecepatan angin dan gelombang laut di laut utara Jawa berpotensi normal kembali,” kata Tony.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Subang Hidayat mengatakan, peristiwa ini terjadi di Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Subang. Luapan air laut yang terjadi tadi malam di desa tersebut tidak berlangsung lama dan sudah surut sekitar pukul 22.00. Warga diminta tidak panik dengan isu yang beredar di media sosial dan tetap waspada dengan potensi bencana.
”Warga yang berjarak 4-5 kilometer dari bibir pantai tetap wapada dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi,” katanya.
Desa Mayangan berdekatan dengan obyek wisata Pantai Pondok Bali. Desa ini berada di Kecamatan Legonkulon yang memiliki ketinggian sekitar 2 meter di atas permukaan laut.
Dikutip dari penelitian berjudul ”Analisis Spasial Perubahan Garis Pantai di Pesisir Kabupaten Subang Jawa Barat” dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (2012), disebutkan, di Subang terdapat beberapa daerah yang mengalami abrasi, meliputi sebagian Kecamatan Blanakan sebelah timur, Sukasari, dan Legonkulon. Garis pantai di daerah ini, menurut kajian, menunjukan kemunduran setiap tahunnya.
Kemunduran atau abrasi di pesisir Subang terjadi karena berkurangnya luas hutan mangrove, seperti di Kecamatan Sukasari, terjadi proses abrasi yang mendominasi seluruh wilayah pesisir kecamatan tersebut pada rentang waktu 2001 hingga 2011. Menurunnya kerapatan populasi hutan mangrove telah mengurangi fungsinya sebagai penahan gelombang.
Taofiqurohman dan Ismail menganalisis rata-rata abrasi yang terjadi di daerah ini selama kurun waktu 14 tahun (1996-2010) adalah 565,63 meter. Abrasi maksimal terjadi pada transek C di pesisir Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, yaitu sejauh 1206,83 meter, yang berdampak terjadinya genangan air. Hal itu dimungkinkan karena kerapatan pohon mangrove di pesisir ini adalah yang terkecil, yaitu 33 pohon per hektar.