Kluster Jemaah Tabligh Dominasi Lonjakan Kasus di DIY
Jumlah kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami lonjakan, ditandai munculnya 15 kasus baru dalam sehari. Kasus-kasus baru itu didominasi oleh kuaster Jemaah Tabligh di DIY.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Jumlah kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta melonjak dari 122 kasus menjadi 137 kasus pada Kamis (7/5/2020). Dari tambahan 15 kasus positif baru itu, sebanyak enam kasus berkaitan dengan kluster Jemaah Tabligh.
”Penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid 19 pada hari ini, tanggal 7 Mei 2020, sebanyak 15 kasus sehingga jumlah kasus positif Covid 19 di DIY adalah 137 kasus,” kata juru bicara Pemerintah Daerah untuk Penanganan Covid-19 DIY, Berty Murtiningsih, melalui keterangan tertulis, Kamis sore.
Berdasarkan catatan Kompas, tambahan kasus positif Covid-19 di DIY pada Kamis ini merupakan yang tertinggi di provinsi tersebut. Sebelumnya, jumlah tambahan kasus positif Covid-19 di DIY belum pernah mencapai 15 kasus dalam sehari seperti yang terjadi pada Kamis ini.
Sebelumnya, tambahan kasus positif Covid-19 di DIY yang tertinggi terjadi pada 25 Maret 2020. Saat itu ada 12 kasus positif baru yang muncul di DIY dalam sehari. Setelah itu, DIY pernah dua kali mengalami tambahan 10 kasus positif Covid-19 dalam sehari, yakni pada 28 April dan 2 Mei 2020.
Berty menjelaskan, dari tambahan 15 pasien positif Covid-19 pada Kamis ini, sebanyak 10 orang di antaranya berasal dari Kabupaten Gunung Kidul. Selain itu, ada dua pasien yang merupakan warga Kabupaten Sleman, dua pasien warga Kabupaten Bantul, dan satu orang lainnya merupakan warga Kabupaten Kulon Progo.
Tingginya kasus positif baru di DIY itu tak bisa dilepaskan dari keberadaan kluster penularan Covid-19 di DIY yang berkaitan dengan anggota Jemaah Tabligh. Kluster penularan ini terbentuk setelah ada warga DIY yang mengikuti kegiatan Jemaah Tabligh di Jakarta.
Dari total 15 pasien baru itu, ada enam pasien yang memiliki kaitan dengan kluster Jemaah Tabligh di DIY.
Berty memaparkan, dari total 15 pasien baru itu, ada enam pasien yang memiliki kaitan dengan kluster Jemaah Tabligh di DIY. Dari enam orang tersebut, sebanyak empat orang merupakan warga Gunung Kidul dan dua lainnya berasal dari Bantul.
Menurut Berty, sejak awal munculnya kluster Jemaah Tabligh, Pemprov DIY langsung memberi perhatian khusus. Upaya penelusuran kontak pun dilakukan untuk memetakan orang-orang yang memiliki kaitan dengan kluster tersebut. Dari hasil penelusuran kontak itulah ditemukan sejumlah pasien positif baru yang berasal dari kluster tersebut.
”Perhatian sudah dilakukan sejak awal terdeteksi. Justru dengan tracing (penelusuran) kontak yang optimal ini, kami dapatkan kasus-kasus positif lanjutan,” ungkap Berty.
Sebelumnya, anggota Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Riris Andono Ahmad, menyatakan, ada tiga kluster besar penularan Covid-19 di provinsi tersebut. Tiga kluster besar penularan Covid-19 di DIY itu terdiri dari dua kluster terkait anggota Jamaah Tabligh dan satu kluster lain terkait jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB).
Riris memaparkan, terbentuknya kluster Jemaah Tabligh di DIY bermula dari dua warga DIY yang mengikuti kegiatan Jemaah Tabligh di Jakarta. Setelah acara di Jakarta selesai, dua orang tersebut kembali ke DIY. Satu orang di antaranya pulang ke Sleman, sedangkan satu warga lain pulang ke Gunung Kidul.
Seusai pulang ke wilayah masing-masing, dua warga itu diduga berinteraksi dengan sejumlah orang lain. Interaksi itulah yang kemudian membentuk adanya Kluster Jemaah Tabligh Sleman dan Kluster Jemaah Tabligh Gunung Kidul.
”Dua orang yang menjadi awal (terbentuknya kluster Jemaah Tabligh) itu bersama-sama ke Jakarta dan pulang juga bersama-sama,” ujar Riris yang merupakan ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sementara itu, kluster GPIB terbentuk karena ada tiga jemaat asal DIY yang mengikuti pertemuan GPIB di Bogor, Jawa Barat. Tiga orang tersebut kemudian pulang ke DIY dan satu di antaranya juga tercatat mengikuti kegiatan di Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, sebagian jemaat yang mengikuti kegiatan di Bogor itu kemudian juga tercatat mengikuti kegiatan di DIY.
Keberadaan tiga kluster besar di DIY tersebut menjadi bukti adanya risiko besar penularan penyakit Covid-19 pada kegiatan yang dihadiri banyak orang.
Riris menyatakan, keberadaan tiga kluster besar di DIY tersebut menjadi bukti adanya risiko besar penularan penyakit Covid-19 pada kegiatan yang dihadiri banyak orang. Oleh karena itu, masyarakat diminta mengurangi aktivitas di luar rumah dan sebisa mungkin menghindari kegiatan yang dihadiri banyak orang atau menimbulkan kerumunan.
”Keberadaan tiga kluster besar ini mengingatkan kita bahwa ada risiko besar terkait dengan kegiatan yang menyebabkan kerumunan massa. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat agar tetap menghindari kegiatan yang menimbulkan kerumunan,” ujar Riris.