Penularan Covid-19 di DIY Didominasi Tiga Kluster Besar
Terdapat tiga kluster besar penularan penyakit Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan tiga kluster besar itu menunjukkan adanya risiko besar penularan dalam kegiatan yang dihadiri banyak orang.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS -- Penularan penyakit Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) didominasi tiga kluster besar yang berkait dengan kegiatan keagamaan. Tiga kluster besar itu terdiri atas dua kluster terkait anggota Jamaah Tabligh dan satu kluster lain terkait jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB).
"Saat ini memang ada tiga kluster besar yang dominan di DIY," kata anggota Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY Riris Andono Ahmad dalam konferensi pers, Jumat (1/5/2020), di Yogyakarta.
Riris menjelaskan, kluster Jamaah Tabligh di DIY berawal dari adanya dua warga yang mengikuti kegiatan di Jakarta. Keduanya kemudian pulang ke DIY. Satu anggota Jamaah Tabligh itu pulang ke Kabupaten Sleman, sedangkan satu anggota lain pulang ke Kabupaten Gunungkidul.
Keduanya diduga menularkan Covid-19 di wilayah masing-masing, sehingga terbentuk kluster Jamaah Tabligh Sleman dan kluster Jamaah Tabligh Gunungkidul. "Dua orang yang menjadi awal (terbentuknya kluster Jamaah Tabligh) itu bersama-sama ke Jakarta dan pulang juga bersama-sama," ujar Riris yang merupakan ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Riris menyebut, berdasarkan penyelidikan epidemiologi dan penelusuran kontak, kluster Jamaah Tabligh Sleman terdiri atas 24 orang. Dari mereka, 14 orang di antaranya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Sementara itu, 10 orang lainnya diduga positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test (tes cepat).
Riris memaparkan, kluster Jamaah Tabligh Sleman itu juga mencakup 9 orang warga negara India yang sedang berada di DIY. Dari 9 orang itu, 4 di antaranya dinyatakan positif Covid-19 dan 5 lainnya diduga positif berdasarkan hasil rapid test. "Penularan di kluster Jamaah Tabligh di Sleman ini sudah mencapai generasi ketiga," tuturnya.
Kluster Jamaah Tabligh Gunungkidul mencakup 20 orang. Dari jumlah itu, 6 orang terkonfirmasi positif Covid-19, 1 orang pasien dalam pengawasan (PDP), dan 13 orang diduga positif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Penularan Covid-19 di kluster ini sudah mencapai generasi kelima.
"Kluster ini bermula ketika satu orang yang pulang dari Jakarta kemudian menularkan kepada satu orang PDP dan PDP ini mempunyai jejaring dengan banyak kasus lainnya. Satu orang PDP itu belum dites, tapi sudah meninggal," ungkap Riris.
Di sisi lain, di dalam kluster GPIB terdapat 2 orang terkonfirmasi positif Covid-19, lalu 10 orang diduga positif Covid-19 berdasar rapid test, 3 orang berstatus PDP, dan 2 orang dinyatakan negatif saat menjalani rapid test. Di dalam kluster ini juga terdapat sejumlah orang yang belum menjalani tes. Penularan di kluster ini telah mencapai generasi ketiga.
Menurut Riris, kluster GPIB berawal dari adanya tiga jemaat yang mengikuti pertemuan GPIB di Bogor, Jawa Barat. Tiga jemaat itu kemudian pulang ke DIY dan satu di antaranya lalu mengikuti kegiatan di Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, sebagian jemaat yang mengikuti kegiatan di Bogor itu kemudian juga mengikuti kegiatan di DIY.
Kemungkinan bertambah
Apabila dijumlahkan, total pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dari tiga kluster besar itu mencapai 22 orang atau sekitar 20 persen dari total kasus positif Covid-19 di DIY yang berjumlah 104 orang. Namun, jumlah pasien positif Covid-19 terkait tiga kluster tersebut kemungkinan masih bisa bertambah.
Riris menuturkan, Dinas Kesehatan DIY terus melakukan penelusuran kontak terkait tiga kluster besar tersebut. "Kemungkinan besar akan ada penambahan kasus terkait dengan ketiga kluster ini," ujarnya.
Menurut Riris, terbentuknya tiga kluster besar di DIY itu menunjukkan adanya risiko besar penularan saat ada kegiatan yang dihadiri banyak orang. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat DIY menghindari acara yang menimbulkan kerumunan orang.
"Keberadaan tiga kluster besar ini mengingatkan kita bahwa ada risiko besar terkait dengan kegiatan yang menyebabkan kerumunan massa. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat agar tetap menghindari kegiatan yang menimbulkan kerumunan," papar Riris.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana juga meminta masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan guna mencegah kemungkinan penularan Covid-19. "Jangan sampai masyarakat menyepelekan protokol kesehatan," katanya.
Biwara menambahkan, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY telah memiliki bidang pengamanan dan penegakan hukum. Bidang itu beranggotakan personel dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan sejumlah instansi lain.
Menurut Biwara, salah satu tugas personel lintas instansi tersebut adalah melakukan patroli di jalan-jalan untuk mengedukasi masyarakat yang masih berkerumun dan tidak disiplin menjalankan protokol pencegahan Covid-19. Selain itu, mereka juga memiliki kewenangan membubarkan kerumunan warga.
"Upaya-upaya intensif ini terus dilakukan sehingga potensi terjadinya penularan melalui kerumunan bisa diminimalisir," ungkap Biwara.