Harga gula pasir di pesisir pantai utara bagian barat Jateng melambung jauh di atas harga eceran tertinggi. Pasokan ke pedagang anjlok. Adapun stok di gudang Bulog Cabang Pekalongan hampir habis.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Pasokan dari distributor ke sejumlah pedagang gula di wilayah pesisir utara Jawa Tengah beberapa waktu terakhir menurun drastis. Sementara itu, stok gula pasir di gudang Perum Badan Usaha Logistik Cabang Pekalongan, Jateng, sebulan terakhir pun hampir kosong.
Soleh (21), pedagang sembako di Pasar Pagi Kota Tegal, Jumat (24/4/2020), mengatakan, biasanya dia menerima pasokan gula pasir dari distributor sebanyak 2 ton per pekan. Namun, selama pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19, dia hanya menerima pasokan gula paling banyak 800 kuintal per pekan dari distributor.
”Kemarin sempat ada isu local lockdown di Kota Tegal. Jadi, distributor tidak mengirim barang karena takut tidak bisa masuk ke kota. Pekan ini, sudah mulai ada beberapa distributor yang mau kembali mengirim barangnya ke Kota Tegal,” kata Soleh.
Hal serupa juga dikatakan pedagang lain, Yanto (35). Selain jumlah pasokan yang menurun, jumlah pembeli gula di tokonya juga ikut menurun hingga 70 persen. Hari pertama puasa tahun lalu, Yanto bisa menjual sekitar 200 kg gula pasir. Sementara pada hari pertama puasa tahun ini, dirinya hanya mampu menjual sekitar 60 kg.
”Biasanya, hari pertama puasa banyak yang cari gula untuk membuat takjil. Hari ini hanya sedikit, lebih sedikit dari hari normal malah,” kata Yanto.
Sementara itu, stok gula pasir di gudang milik Bulog Cabang Pekalongan yang membawahkan wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batangpada pada awal April masih sekitar 60 ton. Namun, sebanyak 50 ton di antaranya sudah dijual kepada masyarakat melalui program sembako murah. Program ini digelar Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Tegal untuk stabilisasi harga gula pasir.
Pekan ini, jumlah persediaan gula pasir di Bulog Cabang Pekalongan tinggal 10 ton. Dari jumlah tersebut, semuanya sudah dibeli dan akan didistribusikan dalam waktu dekat.
”Stok gula di sejumlah daerah saat ini memang menipis karena kebanyakan pabrik gula baru memulai musim giling tebu pada Mei-Juni. Sementara ini, kami masih menunggu gula pasir yang kami pesan dari Riau sebanyak 750 ton dan dari Blora (Jateng) sebanyak 600 ton,” ujar Manajer Umum Bulog Cabang Pekalongan Arie Apriansyah di Kota Tegal, Jumat.
Arie menargetkan, gula pasir yang dipesan tiba di gudang Bulog Pekalongan sebelum Lebaran. Menurut dia, Bulog Cabang Pekalongan membutuhkan pasokan gula pasir untuk stabilisasi harga.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Provinsi Jateng, empat bulan terakhir, harga gula pasir terus merangkak naik. Kenaikan tertinggi terjadi pada akhir Maret-awal April dengan harga mencapai Rp 18.100 per kilogram (kg). Padahal, menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga eceran tertinggi gula pasir sebesar Rp 12.500 per kilogram.
Di beberapa daerah pantura barat Jateng, seperti Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batang, harga gula pasir mulai menurun pekan ini. Penurunan harga terjadi dari Rp 18.100 per kg menjadi sekitar Rp 16.500 per kg.
Sejumlah pembeli mengaku mengurangi konsumsi gula pasir karena harganya yang cukup tinggi. Sebagian pembeli memilih mengganti gula pasir dengan gula merah.
”Awalnya sempat stres karena harga gula melambung dan stoknya terbatas. Sekarang ini terpaksa harus mengurangi konsumsi gula pasir,” kata April (21), warga Kelurahan Mangkukusuman, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
April berharap stok gula pasir di pasaran kembali normal sehingga harganya juga bisa kembali normal.