Jumlah Penumpang Anjlok, Kapal Ketapang-Gilimanuk Dikurangi
PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Cabang Ketapang-Gilimanuk mengurangi jumlah kapal yang beroperasi. Alasannya, terjadi penurunan drastis penumpang di penyeberangan Jawa-Bali dan sebaliknya.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Cabang Ketapang-Gilimanuk mengurangi jumlah kapal yang beroperasi. Alasannya, terjadi penurunan penumpang secara drastis di penyeberangan Jawa-Bali dan sebaliknya.
Penurunan ini terjadi sejak pertengahan Maret 2020 hingga pertengahan April 2020. Imbauan pemerintah agar warga mengurangi perjalanan selama masa pandemi membuat jumlah penyeberang berkurang.
”Saat ini, memang terjadi penurunan yang sangat signifikan. Jumlah penumpang turun 70 persen, roda dua turun 30 persen, dan roda empat pribadi (mobil pribadi) turun 28 persen,” ujar General Manager PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Cabang Ketapang-Gilimanuk Fahmi Alweni, di Banyuwangi, Kamis (23/4/2020).
Fahmi tidak merinci pasti perbandingan jumlah penyeberang sebelum dan saat pandemi. Persentase penurunan tersebut ia perkirakan akan terus terjadi hingga masa angkutan Lebaran.
Dengan berkurangnya muatan, PT ASDP mengurangi jumlah kapal yang beroperasi. Semula dalam sehari ada 32 kapal yang beroperasi, kini jumlahnya tersisa 28 kapal per hari. Kapal yang tidak beroperasi diminta lego jangkar di sekitar perairan Selat Bali.
”Dengan pengurangan kapal yang beroperasi, jumlah perjalanan kapal juga berkurang. Pada saat normal, ada 277 trip (perjalanan) per hari, saat ini tersisa 240 trip per hari,” tutur Fahmi.
Fahmi menegaskan, pengurangan jumlah kapal yang beroperasi bukan untuk mengurangi lalu lintas dari dan menuju Bali atau Jawa. Pengurangan operasi kapal justru dampak dari berkurangnya warga yang menyeberang.
Ditanya terkait rencana pembatasan penyeberangan, Fahmi mengatakan, pihaknya belum pernah membahas hal itu. Pembatasan atau bahkan penutupan penyeberangan harus dipikirkan secara matang karena menyangkut arus logistik antarpulau.
Dengan pengurangan kapal yang beroperasi, jumlah perjalanan kapal juga berkurang. Pada saat normal, ada 277 trip per hari, saat ini tersisa 240 trip per hari.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi Ali Ruchi mengatakan, pihaknya terus mendata warga Banyuwangi yang masuk dari berbagai pintu perbatasan. Salah satu pintu perbatasan yang paling banyak dilalui warga ialah Pelabuhan Ketapang.
”Pelabuhan Ketapang menjadi pintu paling penting dan sibuk. Pelabuhan ini menjadi pintu masuk dari Pulau Bali. Tidak sedikit warga Banyuwangi yang tinggal di Bali dan berpeluang pulang kampung saat masa pandemi,” kata Ali.
Dinas Perhubungan Banyuwangi mencatat, sedikitnya ada 21.315 warga yang masuk ke Banyuwangi dalam seminggu terakhir. Sebanyak 6.960 orang di antaranya masuk ke Banyuwangi melalui Pelabuhan Ketapang.
Ali mengatakan, warga yang baru masuk ke Banyuwangi didata untuk mengetahui tujuannya di Banyuwangi. Dari 21.315 warga yang masuk ke Banyuwangi, sebanyak 2.985 orang di antaranya masuk ke Banyuwangi untuk mudik.