Jejak Kontak Warga India Reaktif Tes Cepat di Sleman Dilacak
Pemerintah Kabupaten Sleman sedang melacak jejak kontak warga India yang dinyatakan reaktif dalam tes cepat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil pelacakan bakal menjadi bahan acuan kebijakan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman melacak jejak kontak warga India yang dinyatakan reaktif dalam tes cepat, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut rencana, semua warga yang pernah berkontak atau berinteraksi dengan mereka akan dites cepat sebagai deteksi dini penyebaran Covid-19.
”Sekarang kami sedang menelusuri. Jemaah tabligh akan kami upayakan dilakukan rapid test. Hasilnya digunakan untuk bahan kesimpulan,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat dihubungi, Kamis (23/4/2020).
Sebanyak 15 warga India menjalani tes cepat di Sleman, Selasa (21/4/2020). Hasil dari tes cepat tersebut, sembilan orang di antaranya reaktif sehingga dilanjutkan dengan uji swab di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada, Rabu (22/4/2020). Selanjutnya, mereka diisolasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Hardjolukito, Kabupaten Bantul, DIY, sambil menunggu hasil uji swab tersebut.
Sementara itu, enam warga India lainnya menunjukkan hasil tes nonreaktif. Saat ini, mereka dikarantina di Balai Pemberdayaan Pemerintah Desa Yogyakarta milik Kementerian Dalam Negeri, di Kecamatan Kalasan, Sleman.
Tujuan kedatangan warga India tersebut untuk mengikuti sejumlah acara keagamaan di wilayah DIY. Sebulan terakhir, mereka tinggal di Masjid Jami’ Al-Ittihaad, Desa Catur Tunggul, Kecamatan Depok, Sleman. Mereka sudah tidak lagi mendatangi acara keagamaan dan hanya tinggal di masjid tersebut sejak Covid-19 merebak di DIY.
”Tidak ada tanda-tanda khusus selama tinggal di sini. Mereka juga tinggal di dalam masjid terus setelah Covid-19 ini semakin luas. Mereka seharusnya pulang 15 Maret 2020, tetapi karena penerbangan menuju India ditutup, tinggal sementara di sini,” kata Ketua RW 005, Dusun Kocoran, Desa Caturtunggal, Rochpradejono.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, tes cepat turut dilakukan kepada sejumlah takmir dan warga setempat yang kerap beraktivitas di masjid tersebut. Sebanyak 14 orang telah mengikuti tes cepat dan enam orang menunjukkan hasil reaktif.
”Kami langsung mengisolasi enam orang tersebut. Hari ini (Kamis), semuanya dilakukan uji swab. Empat orang diisolasi di RS Islam PDHI Kalasan, sedangkan dua orang lainnya di RSUD Sleman,” kata Joko.
Kami langsung mengisolasi enam orang tersebut. Hari ini (Kamis), semuanya dilakukan uji swab. Empat orang diisolasi di RS Islam PDHI Kalasan, sedangkan dua orang lainnya di RSUD Sleman. (Joko Hastaryo)
Sebelumnya, Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Sleman Sa’ban Nuroni menuturkan, sejumlah warga India tersebut sudah berada di DIY sejak Januari 2020. Mereka sempat berkeliling ke sejumlah masjid sebelum akhirnya dikumpulkan di Masjid Jami’ Al-Ittihad, Maret 2020. Mereka dikumpulkan di satu titik untuk menerapkan pembatasan fisik dan karantina mandiri.
”Mereka hanya berkunjung ke sejumlah masjid di DIY dan sekitarnya, seperti di Sleman dan Gunung Kidul. Memang di Sleman yang paling banyak. Ada di Pakem, Prambanan, dan Kalasan. Tetapi, tepatnya mana saja kami masih menelusuri,” kata Sa’ban.
Sa’ban menambahkan, saat ini pihaknya segera memulai pendataan terhadap warga atau jemaah dari masjid-masjid yang dikunjungi sejumlah WNA asal India tersebut. Pendataan ini dilakukan bersama dengan jejaring dari jemaah Masjid Jami’ Al Ittihad. Pendataan ini bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang aktif dan diduga telah berkontak dengan para WNA tersebut.