Pemudik Nekat Diantisipasi, Jateng Survei Puluhan Tempat Karantina
Berdasarkan data Pemprov Jateng, periode 26 Maret-22 April 2020, sudah terdapat 577.821 pemudik yang kembali dengan menggunakan angkutan umum. Meski sudah ada larangan mudik, tempat karantina tetap disiapkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetap menyiapkan tempat karantina bagi pemudik yang nekat pulang kendati Presiden Joko Widodo secara resmi telah melarang aktivitas tersebut tahun ini. Puluhan tempat karantina tengah ditinjau kesiapannya untuk dijadikan lokasi karantina.
Sekretaris Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Jateng Sudaryanto, Rabu (22/4/2020), mengatakan, dari segi kesiapan, baru dua tempat yang sudah siap, yakni Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo dan STIE Bank Jateng di Kota Semarang. ”Keduanya sudah direnovasi. Untuk prosesnya kami sedang ajukan ke Gubernur untuk ditandatangani SK sebagai landasan hukumnya,” ujar Sudaryanto.
Meski demikian, sudah ada sekitar 36 tempat yang telah ditinjau agar bisa dijadikan tempat karantina. Tempat-tempat itu tersebar di Jateng. Beberapa di antaranya Asrama Haji Donohudan Boyolali, Balai Pelatihan Kesehatan Sewakul Ungaran, Mess Kesehatan Bandungan, serta Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Srondol.
Tempat lain yang ditinjau adalah Balai Pelatihan Kesehatan Gombong, Balai Pelatihan Kesehatan Wonosobo, Balai Latihan Kerja dan Transmigrasi Klampok Banjarnegara, Wisma Pemda Menteri Supeno Semarang, dan Hotel Pondok Slamet Baturadden. Jika menjadi tempat karantina, pemerintah akan menyediakan petugas keamanan ataupun medis di lokasi-lokasi itu.
”Peruntukannya beda-beda. Ada yang untuk dokter, seperti di Hotel Kesambi Hijau. Ada yang untuk anak buah kapal, ada yang untuk mahasiswa yang baru pulang dari luar negeri. Ini dipersiapkan kalau sampai nanti terjadi outbreak (ledakan), tetapi mudah-mudahan tidak,” papar Sudaryanto.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sudah berkomunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta terkait pendataan warga Jateng di sana agar mendapat bantuan. Pendaftaran dibuka hingga 23 April dan bisa diperpanjang.
Menurut data Pemprov Jateng, periode 26 Maret-22 April 2020, sudah terdapat 577.821 pemudik yang kembali dengan menggunakan angkutan umum. Jumlah terbanyak adalah Kabupaten Brebes dengan 77.601 orang, disusul Banyumas 73.468 orang, Pemalang 58.517 orang, dan Tegal 50.631 orang.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan larangan mudik, yang peraturannya berlaku mulai Jumat (24/4). Adapun Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sudah berkomunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta terkait pendataan warga Jateng di DKI Jakarta agar mendapat bantuan. Pendaftaran dibuka hingga 23 April dan bisa diperpanjang.
Ganjar Pranowo mengatakan, mereka yang bertahan dan tak mudik jangan dianggap penjahat. Mereka semestinya mendapat edukasi, termasuk dengan pemberian insentif. Menurut Ganjar, mereka ini justru merupakan pahlawan karena mengorbankan diri untuk tidak pulang, juga menahan rasa rindu, bahkan lapar.
”Ini pengorbanan sehingga perlu diberi insentif, dengan didata. Jangan melihat KTP, suku, agama, dan lainnya. Minimal di zona merah, seperti Jabodetabek. Yang banyak bertanya ke saya seperti buruh harian. Ini perlu gotong royong. Kami berkomunikasi dengan pemerintah di sana,” katanya.
Libatkan angkutan
Peneliti transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menuturkan, pengantaran sembako bagi warga kurang mampu jangan hanya oleh perusahaan transportasi daring, tetapi dapat juga melibatkan Organda. Hal ini supaya pengusaha angkutan darat memeroleh penghasilan untuk keberlangsungan hidup.
Bantuan insentif dan kompensasi bagi pengusaha dan pekerja transportasi perlu. ”Agar tidak ada satu pun perusahaan angkutan umum yang gulung tikar nantinya. Yang rugi juga kelak pemerintah jika banyak perusahaan angkutan umum gulung tikar,” ujar Djoko.