Tangani Pemudik, Jatim Siapkan Ruang Observasi di 7.350 Desa/Kelurahan
Sebanyak 7.350 desa/kelurahan di Jawa Timur telah menyiapkan ruang observasi bagi para pemudik yang telanjur datang meski ada larangan mudik karena wabah Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 7.350 desa/kelurahan di Jawa Timur telah menyiapkan ruang observasi bagi para pemudik yang telanjur datang meski ada larangan mudik karena wabah Covid-19. Ruang observasi ditujukan bagi pemudik setiba di kampung halaman, ditetapkan sebagai orang dalam pemantauan, dan harus menjalani karantina mandiri dua pekan.
Jumlah desa/kelurahan yang telah menyiapkan ruang observasi itu mencapai 86,4 persen dari 8.501 wilayah administratif tersebut di Jatim. Desa/kelurahan yang belum menyiapkan ruang observasi rata-rata berada di kota besar di Jatim yang menjadi tujuan perantauan, terutama Surabaya dan Malang.
Menurut catatan Pemprov Jatim, ketersediaan ruang observasi yang belum memadai ada di Probolinggo (6,9 persen), Batu (8,3 persen), Madiun (11,1 persen), Malang (12,2 persen), Blitar (14,3 persen), dan Surabaya (17,5 persen).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Rabu (22/4/2020), mengatakan mendukung kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang aparatur dan warga untuk mudik saat Ramadhan dan Lebaran.
Larangan mudik bertujuan mencegah potensi penularan virus korona oleh perantau kepada masyarakat di daerah atau kampung halaman. Namun, larangan itu baru dinyatakan secara tegas pada Selasa (21/4/2020).
Sebelum Presiden menyatakan larangan mudik, di Jatim diperkirakan sudah ada hampir 200.000 orang yang mudik. Sebanyak 100.000 orang mudik dari luar provinsi dan mancanegara. Adapun 100.000 orang lagi merupakan pergerakan mudik antardaerah atau kabupaten/kota di Jatim.
Namun, jumlah sementara yang sudah mudik itu masih jauh jika dibandingkan dengan data mudik Lebaran 2019 di Jatim yang mencapai 7,1 juta jiwa. ”Maka itu, kami terus mengimbau dan meminta kepada warga Jatim di perantauan untuk tidak mudik,” kata Khofifah.
Bagi yang telanjur mudik, dia mengatakan, Pemprov Jatim bersama kabupaten/kota telah mengantisipasi dengan menyiapkan ruang observasi yang memanfaatkan balai, gedung, atau sekolah di desa dan kelurahan. Pemanfaatan bangunan itu jika pemudik bersedia tidak karantina mandiri di rumah.
Menurut Khofifah, dari 7.350 desa/kelurahan tadi, ruang observasi yang dipakai oleh pemudik baru di 269 desa/kelurahan. Pemudik yang sedang menjalani karantina mandiri di ruang observasi 1.469 orang.
Adapun data terkini menunjukkan di Jatim tercatat 603 warga positif Covid-19 dengan rincian 58 kematian, 444 pasien masih dirawat, dan 101 pasien dinyatakan sembuh. Selain itu, tercatat 2.255 pasien dalam pengawasan dan 17.107 orang dalam pemantauan.
Pemeriksaan kesehatan di pos-pos itu diharapkan dapat menjaring orang-orang yang terindikasi gejala Covid-19.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan mengatakan telah mendirikan 114 pos komando mudik Lebaran. Pos terutama ditempatkan di prasarana transportasi, yakni terminal, stasiun, pelabuhan, bandar udara, dan ”pintu masuk” di perbatasan Jatim dengan Jateng di jalan tol dan jalan raya.
Pos lebih berfungsi sebagai titik pemeriksaan dan pendataan para pengendara dan penumpang guna kepentingan strategi penanganan wabah akibat virus korona ini. ”Pemeriksaan kesehatan di pos-pos itu diharapkan dapat menjaring orang-orang yang terindikasi gejala Covid-19,” kata Luki.
Jika ada, informasi tentang mereka yang diduga sakit karena virus korona dapat dimanfaatkan aparatur di desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota untuk kemudian menetapkan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan. Antara lain, pemeriksaan kembali, karantina atau isolasi, dan perawatan medis.