Pukulan Bertubi-tubi bagi Tenaga Kesehatan RSUP Dr Kariadi
Sudah 57 pegawai RSUP Dr Kariadi Semarang yang terkonfirmasi positif Covid-19, sebagian besar merupakan dokter. Adapun pegawai meninggal dua orang, keduanya perawat. Kepatuhan protokol dan kejujuran pasien penting.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
Sebagai garda pamungkas dalam penanganan Covid-19, tenaga kesehatan amat dibutuhkan negara. Namun, para pejuang kemanusiaan itu harus berhadapan dengan bermacam ancaman. Tingkat risiko tertular tinggi hingga stigma masyarakat yang berulang terjadi.
Kepedihan antara lain dirasakan para tenaga perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah. Sudah dua perawat meninggal, termasuk NK, perempuan yang sehari-sehari bertugas di geriatri. Ia meninggal di ruang perawatan intensif (ICU) pada 9 April 2020.
”Kami tidak habis pikir. Kami biasa menyaksikan beberapa pasien kuat hingga sembuh dan kembali ke rumah. Kenapa teman kami sendiri tidak kuat? Saat itu kami down,” kata Nur Cahyo Sasongko (33), perawat di ICU RSUP Dr Kariadi, Sabtu (19/4/2020).
Pada Kamis (9/4) sore, Koko, panggilan Nur Cahyo, dan rekan-rekannya berjajar di depan Gedung Instalasi Kasuari RSUP Dr Kariadi. Mereka melepas ambulans yang membawa jenazah NK yang hendak dimakamkan di TPU di Sewakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
Belum mengering sisa air mata, pukulan telak kembali diterima para perawat RSUP Dr Kariadi saat mendapat kabar adanya penolakan jenazah NK di TPU. Ambulans pun kemudian berbalik arah. NK akhirnya dimakamkan di pemakaman keluarga RSUP Dr Kariadi di Bergota, Kota Semarang.
Puncak sedu di hari itu terjadi saat pemakaman jenazah NK pukul 19.00-20.00. Hampir separuh dari seluruh perawat di RS Kariadi hadir dan memberi penghormatan terakhir. ”Bahkan, yang menggali kuburan teman-teman forensik dan administrasi,” ujar Koko.
Pada Jumat (17/4/2020), satu lagi perawat di RSUP Dr Kariadi, RI, perempuan, meninggal. NK dan RI menjadi dua pegawai RSUP Dr Kariadi yang meninggal. Adapun NK terkonfirmasi positif Covid-19, sedangkan RI masih menunggu hasil pemeriksaan.
Kendati demikian, tenaga kesehatan di RSUP Dr Kariadi yang terkonfirmasi Covid-19 dengan jumlah terbanyak bukanlah perawat, melainkan dokter. Lonjakan kasus terjadi pada hasil pemeriksaan pada Selasa (14/4) saat 34 tenaga kesehatan dinyatakan positif Covid-19.
Dari 34 tenaga kesehatan itu, komposisinya adalah 6 dokter spesialis, 24 dokter program pendidikan dokter spesialis (PPDS), 2 fisioterapis, 1 perawat, dan 1 tenaga administrasi. Hingga Jumat (17/4), ada 57 pegawai RSUP Dr Kariadi yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Dugaan alur penyebaran penyebab lonjakan jumlah tenaga kesehatan positif Covid-19 itu ada dua kelompok. Pertama, yakni dugaan tertular dari pasien bedah saraf yang terlambat teridentifikasi. Kedua, terkait pasien positif Covid-19 yang melahirkan melalui operasi.
Selain dari ruang operasi, penyebaran dokter positif Covid-19 juga beragam. ”Ada yang punya riwayat perjalanan ke daerah terjangkit, ada dokter spesialis yang praktik di luar RSUP Dr Kariadi dan merawat pasien positif. Kami lakukan pemetaan,” kata Direktur Utama RSUP Dr Kariadi Agus Suryanto.
Adapun 30 dokter kini dirawat di Hotel Kesambi Hijau yang merupakan penginapan komersial milik Pemerintah Provinsi Jateng. Tersedia 80 kamar di hotel tersebut. Tempat isolasi mandiri pegawai RSUP Dr Kariadi juga ada di tempat lain.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, para tenaga kesehatan membutuhkan dukungan masyarakat. Terlebih, mereka jantung dan garda terakhir penanganan Covid-19. Apabila tenaga kesehatan pun terinfeksi, hal itu menjadi persoalan serius.
Selain meminta seluruh RS di Jateng memperbaiki manajemen, ia juga meminta masyarakat jujur saat diperiksa. ”Kami minta seluruh rumah sakit untuk memperketat protokol kesehatan di tempat masing-masing demi melindungi para tenaga medis kita,” ujarnya.
Luar biasa
Agus menuturkan telah mengkaji sejumlah kemungkinan kebijakan yang diambil dalam rangka evaluasi. Sebab, tambahan 34 kasus positif pada tenaga kesehatan ialah hal luar biasa. Selain identifikasi, pihaknya juga mengurangi pelayanan bagi pasien non-Covid-19.
Banyak pasien non-Covid-19 yang datang ke RS dengan menyembunyikan gejala dan riwayat. ”Petugas itu tahu pasien tersebut PDP (pasien dalam pengawasan) saat sudah di dalam. Paling banyak terjadi di IGD (instalasi gawat darurat),” kata Agus.
Hal itu pula yang membuat RSUP Dr Kariadi memisahkan ruang di IGD bagi pasien Covid-19 dan non-Covid-19 mulai bulan ini. Menurut Agus, apabila tren kasus terus meningkat dan pasien bertambah banyak, pihaknya menyiapkan Gedung Rajawali khusus untuk Covid-19.
”Jika pasien terus bertambah, Gedung Rajawali hanya untuk pasien Covid-19 dengan kapasitas hampir 400 tempat tidur. Namun, saat ini, semakin banyak RS yang berpartisipasi merawat pasien di berbagai level (sehingga beban berkurang),” lanjutnya.
Menurut Kepala Bidang Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng Renni Yuniati, tenaga kesehatan mau tak mau sangat rentan terpapar. Sudah seharusnya pemerintah serius mengupayakan tes swab dengan polymerase chain reaction (PCR) secara massal.
Namun, hal itu belum tampak. Sebab, masih terbatasnya primer atau reagen utama. Terlebih, di Jateng baru ada dua tempat pengujian, yakni Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga dan RS Universitas Sebelas Maret Solo dengan kapasitas pengujian yang masih terbatas.
Peran tenaga kesehatan amatlah krusial di tengah pandemi Covid-19. Namun, di tengah perjuangan, sebagian dari mereka telah tumbang. Menahan diri dan memitigasi diri agar tak menjadi calon-calon pasien Covid-19 ialah bentuk dukungan nyata bagi mereka.