Kekuatan Dalam Negeri, Solusi Pemenuhan Kebutuhan APD
Sejumlah produsen kaus di Jateng memproduksi alat pelindung diri. Begitu juga dengan rumah sakit, perguruan tinggi, balai latihan kerja, dan usaha kecil menengah. Ini menjadi kekuatan untuk memenuhi kebutuhan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pasokan alat pelindung diri atau APD bagi tenaga medis dan relawan menjadi salah satu komponen penting dalam memerangi wabah Covid-19. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, kekuatan dalam negeri, seperti pembuatan di industri rumahan, bisa menjadi solusi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Selasa (14/4/2020), mengatakan, saat ini sedikitnya tersedia 356.978 APD di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Jateng. Kebutuhan ke depan, diperkirakan akan terus bertambah. Pemberdayaan warga pun menjadi jalan keluar.
Menurut Ganjar, sejak awal ia meyakini, saat produksi pabrikan sulit didapat dan harganya mahal, akan muncul kekuatan-kekuatan dalam negeri. Seiring waktu berjalan, sejumlah produsen kaus di Jateng pun kemudian memproduksi APD. Begitu juga rumah sakit, perguruan tinggi, balai latihan kerja, dan usaha kecil menengah (UKM).
”Pemerintah bisa memberi stimulan kain dan teknologi agar mereka bisa menjahit. Mulai dari SMK, BLK, dan masyarakat bisa (memproduksi secara) home industry, termasuk juga perusahaan. Ini akan sangat membantu,” kata Ganjar.
Menurut data Pemprov Jateng, APD diutamakan untuk para tenaga medis di 202 RS rujukan Covid-19 di Jateng. Dari sebanyak 202 RS itu, 67 RS telah memasukkan data ketersediaan APD, dengan total 356.978 APD. Rinciannya, 1.876 pasang sepatu bot, 3.844 kacamata google, 23.123 coverall, 313.802 masker bedah, dan 14.333 masker N95.
”Masih ada 135 rumah sakit yang belum menginput data. Sampai sekarang, kebutuhan APD di Jateng masih aman. Namun, kami terus mendorong produsen ataupun UKM terus memproduksi,” ucapnya.
Salah satu yang mengawali produksi APD ialah RSUD Dr Moewardi. Pada akhir Maret lalu, dengan menggandeng sejumlah penjahit lokal, RSUD Dr Moewardi memproduksi hazmat alternatif berbahan polypropylene spunbond. Kapasitas produksi berkisar 200-250 per hari.
Pembuatan APD juga dilakukan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, yang memproduksi face shield atau pelindung wajah secara mandiri. Pelindung wajah karya Fakultas Teknik Udinus itu disterilisasi sesuai standar medis menggunakan ultraviolet C.
Pada face shield itu, terdapat tiga bagian yakni visor (lensa/jendela), frame, dan suspension system. Bahan yang digunakan adalah polyethylene terephtalate pada visor, polimer vinil klorida pada frame, dan strap (tali) elastis dan busa pada suspension system.
Dekan Fakultas Teknik Udinus Dian Retno Sawitri menjelaskan, pembuatan face shield agar membantu para tenaga medis saat menangani kasus Covid-19. ”Alat ini sudah dibagikan ke sejumlah RS di Kota Semarang, salah satunya RSUD Tugurejo,” katanya.
Ia menambahkan, proses penelitian hingga pembuatan memerlukan waktu satu minggu. Adapun kapasitas produksi mencapai 100 buah pelindung wajah per hari. Dalam desain, pihaknya juga melibatkan program studi Teknik Industri dan Teknik Biomedis.