Jumlah warga positif terjangkit virus korona di Jawa Timur bertambah 119 orang menjadi 386 orang. Penambahan 119 kasus baru merupakan lonjakan tertinggi sejak kasus pertama resmi diumumkan sebulan lalu.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jumlah warga positif terjangkit virus korona galur baru di Jawa Timur bertambah 119 orang menjadi 386 orang, Minggu (12/4/2020). Penambahan 119 kasus baru itu merupakan lonjakan tertinggi sejak kasus pertama resmi diumumkan pada Selasa (17/3/2020), yakni ada 8 warga positif terjangkit virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Menurut http://infocovid19.jatimprov.go.id/#, laman resmi Pemerintah Provinsi Jatim tentang situasi pandemi virus korona, Minggu malam, 386 kasus positif itu terdiri dari 29 kasus warga meninggal, 288 orang dirawat, dan 69 orang dinyatakan sembuh.
Selain itu, tercatat 1.383 orang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Rinciannya, 81 kasus warga meninggal, 841 orang masih diawasi, dan 461 orang selesai pengawasan. Tim terpadu juga mencatat ada 14.092 warga berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dengan rincian 21 kasus warga meninggal, 8.147 warga masih dipantau, dan 5.924 orang selesai pemantauan.
Untuk kasus warga meninggal dalam status PDP atau ODP, penyebabnya belum tentu akibat serangan virus korona sampai ada konfirmasi hasil pemeriksaan swab secara resmi dari laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah.
Sebelum ada lonjakan tadi, di Jatim terdapat 267 warga positif Covid-19 dengan rincian 26 orang meninggal, 176 orang dirawat, dan 65 warga dinyatakan sembuh. Ada 1.394 PDP dengan rincian 76 orang meninggal, 931 orang masih diawasi, dan 387 orang selesai pengawasan. Selain itu, tercatat 13.658 ODP dengan rincian 19 orang meninggal, 8.042 orang masih dipantau, dan 5.597 orang selesai dipantau.
Jika diperbandingkan, data hari Minggu ini dengan kemarin, ada penambahan 3 warga positif Covid-19 meninggal.
Jika diperbandingkan data hari Minggu ini dengan kemarin, ada penambahan 3 warga positif Covid-19 meninggal, 112 warga dirawat, dan 4 warga sembuh. Untuk PDP, jumlah kasus turun 11, tetapi warga meninggal naik 5 orang, yang masih diawasi naik 90 orang, dan selesai diawasi naik 74 orang. Di status ODP juga naik 434 orang, yang meninggal bertambah 2 orang, masih dipantau naik 105 orang, dan selesai dipantau naik 327 orang.
Surabaya, ibu kota Jatim, masih merupakan wilayah dengan kasus tertinggi, yakni 180 warga positif terjangkit dengan 11 orang di antaranya meninggal; 502 PDP, 2 orang di antaranya meninggal; dan 1.360 ODP. Wilayah lainnya dengan jumlah kasus tinggi antara lain Sidoarjo (31 warga positif, 4 warga di antaranya meninggal), Lamongan (23 warga positif), dan Gresik (14 warga positif, 1 warga di antaranya meninggal).
Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, ada lima wilayah yang belum ditemukan warganya positif virus korona, yakni Sampang dan Sumenep di Pulau Madura dan di daratan Pulau Jawa yaitu Ngawi, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Mojokerto.
Meski terjadi lonjakan kasus, menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, daerah tidak bisa terburu-buru mengajukan status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kepada Menteri Kesehatan. Sampai saat ini, Surabaya yang menjadi daerah paling terjangkit di Jatim juga belum mengajukan PSBB kepada Menteri Kesehatan.
Meski demikian, di satuan permukiman ada langkah-langkah lebih progresif yang ditempuh untuk memutus penularan virus korona. Di Jatim sudah ada 527 wilayah permukiman yang menerapkan seleksi ketat terhadap mobilitas warganya. Permukiman dijaga oleh personel TNI dan Polri.
Warga diperkenankan keluar hanya untuk kepentingan membeli logistik, berobat, atau perekonomian perdagangan untuk menyelamatkan kehidupan keluarga. Tamu juga dibatasi hanya untuk pengantar logistik, tim kesehatan, atau kepentingan perekonomian perdagangan dengan warga setempat.
Sebelumnya, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan mengatakan, 527 wilayah permukiman itu diterapkan jaga jarak fisik (physical distancing) dengan ketat karena terdampak virus korona. Jumlah permukiman dengan penerapan jaga jarak fisik meningkat dari sebelumnya 308 wilayah. ”Jumlah akan bertambah jika publik tidak patuh memenuhi permintaan pemerintah agar jaga jarak fisik dan membatasi aktivitas guna mencegah penularan virus korona,” katanya.