Perang melawan wabah Covid-19 adalah ujian berat bagi semua pihak, khususnya tenaga medis. Di daerah kepulauan dengan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia yang minim, ujian itu bertambah berat.
Oleh
Saiful Rijal Yunus
·5 menit baca
Perang melawan wabah Covid-19 adalah ujian berat bagi semua pihak, khususnya tenaga medis. Di daerah kepulauan dengan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia yang minim, ujian itu bertambah berat. Ujian kian berlipat karena akses transportasi antarwilayah pun terbatas.
Jauh di salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara, yakni Muna, lima orang terdeteksi positif Covid-19 melalui uji cepat. Meski demikian, kesahihannya harus diteliti lagi dengan uji spesimen dahak. Namun, karena minimnya keahlian dan fasilitas pendukung di Muna, spesimen itu harus diambil oleh petugas yang kompeten dari Kota Kendari, ibu kota provinsi, yang terpisah lautan.
Hasil identifikasi positif Covid-19 melalui uji cepat kelima warga itu diumumkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kendari pada Rabu (8/4/2020). Uji cepat (rapid test) dilakukan terhadap 12 orang dari kelompok prioritas dan diperoleh hasil lima orang teridentifikasi positif. ”Kelimanya dalam kondisi baik,” kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kendari Muna La Wahid saat dihubungi dari Kendari.
Menurut Wahid, lima orang tersebut berasal dari kelompok pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG). Kelima orang ini diarahkan melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan dan pengawasan dari tim medis.
Meski demikian, tambah Wahid, hasil ini baru merupakan hasil uji cepat dan bukan merupakan kondisi final. Pengecekan utama dilakukan dengan metode real time PCR dari uji usap (swab) tenggorokan. ”Kami masih menunggu kedatangan tim dari Gugus Tugas Provinsi untuk mengambil sampel dahak pasien. Kami di sini belum ada yang terlatih dan tidak ada alatnya,” kata Wahid.
Pengambilan sampel, Wahid menuturkan, memerlukan keahlian khusus, botol uji spesimen, dan perangkat keamanan. Sejauh ini, keahlian untuk mengambil sampel dengan protokol yang aman belum diketahui oleh tenaga kesehatan di wilayah ini. ”Mau tidak mau kami tunggu tim provinsi,” ucapnya.
Berdasarkan data, di wilayah ini terdapat 6 PDP, 39 ODP, dan 4 OTG. Dua kluster besar penyebaran Covid-19 diperkirakan terjadi dari adanya pertemuan agama dan sebuah pesta pernikahan. Terpaparnya kelima orang di Muna ini diduga juga berasal dari dua kluster tersebut.
Sulawesi Tenggara merupakan wilayah kepulauan dengan sebagian dari 17 kabupaten/kotanya terpisah oleh lautan, termasuk Kabupaten Muna yang berada di Pulau Muna, sebelah selatan daratan Sultra. Oleh karena itu, meski hanya berjarak sekitar 160 kilometer dari Kota Kendari, butuh tiga jam pelayaran kapal cepat untuk mencapai daerah penghasil jagung dan umbi-umbian ini. Kalau naik feri, waktu tempuh membengkak jadi 7-8 jam.
Dari Kendari, sampel masih harus dikirim lagi ke laboratorium di luar wilayah Sultra karena belum adanya laboratorium untuk pengujian spesimen. Laboratorium terdekat berada di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh satu jam dengan pesawat.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sultra, La Ode Rabiul Awal, menjabarkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan tim di Muna untuk memantau dua kluster tersebut. Dari hasil uji cepat, memang ditemukan adanya lima orang yang positif Covid-19.
Meski begitu, uji usap tenggorokan pasien belum bisa dilakukan. ”Hari ini tim dari provinsi baru akan turun ke Muna untuk melakukan pengambilan sampel,” kata Rabiul, yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra.
Menurut Rabiul, pengambilan sampel spesimen nasofaring dan orofaring serta usap tenggorokan pada dasarnya bukan merupakan hal yang sulit. Pengambilan sampel dilakukan seperti biasa ketika pengambilan sampel penyakit tenggorokan dan pernapasan lainnya.
Akan tetapi, memang membutuhkan protokol keamanan yang ketat, tabung penyimpanan sampel atau virus transport medium (VTM), serta pendingin untuk menyimpan sampel. Protokol keamanan pengambilan sampel ini belum banyak diketahui petugas, khususnya di tingkat daerah. ”Memang belum ada yang terlatih untuk itu di Muna dan mungkin di daerah lain juga. Makanya, yang ambil sampel adalah tim dari provinsi,” ucap Rabiul.
Sampel yang telah diambil, Rabiul menjelaskan, harus dimasukkan ke dalam tempat khusus dengan suhu yang tidak boleh melebihi 4 derajat celsius. Suhu tersebut untuk menjaga sampel hanya dalam kurun dua hingga tiga hari. Jika lebih dari waktu tersebut, suhu harus dijaga pada minus 70 derajat celsius.
Saya rasa bukan cuma di Sultra, di banyak daerah juga seperti ini.
Oleh karena itu, begitu diambil, sampel harus segera dikirim ke laboratorium, baik di Makassar, Jakarta, maupun tempat lain yang telah ditunjuk pemerintah pusat. ”Jadi, memang butuh keterampilan, protokol, dan fasilitas,” ucap Rabiul.
Dia menambahkan, wabah ini secara tidak langsung memperlihatkan rapuhnya sistem dan prosedur kesehatan kita, khususnya di daerah. ”Saya rasa bukan cuma di Sultra, di banyak daerah juga seperti ini. Namun, kami tetap berusaha semaksimal mungkin di tengah kondisi seperti sekarang,” ujar Rabiul.
Di Sultra, hingga Kamis siang tercatat terdapat 10 kasus pasien positif Covid-19, satu orang di antaranya sembuh. Kasus terbanyak berasal dari Kota Kendari, yaitu delapan kasus, dan dua kasus tercatat di Konawe. Sebanyak lima pasien dalam isolasi di rumah sakit, sementara empat dikarantina di rumah.
Kasus penyebaran virus terjadi lewat transmisi lokal dan diprediksi masih terus bertambah. Pemerintah Kota Kendari pun mulai memberlakukan pelarangan aktivitas masyarakat di luar rumah selama tiga hari, terhitung mulai Jumat hingga Minggu (10-12/4/2020).
Di tengah kerapuhan sistem kesehatan, para tenaga kesehatan di wilayah kepulauan harus berjuang ekstrakeras mengatasi penyebaran Covid-19. Pengujian hingga perawatan pasien mesti dilakukan dalam kondisi serba terbatas. Semoga ujian ini lekas berlalu.