Segmen terakhir Jembatan Teluk Kendari tetap dikerjakan di tengah pandemi Covid-19. Jembatan ini akan menghubungkan Kota Kendari dengan Pulau Bungkoto.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Segmen terakhir jembatan Teluk Kendari tetap dikerjakan di tengah pandemi Covid-19. Progres penyelesaian mencapai 86 persen, dengan target hingga Juni 2020. Meski demikian, penyelesaian total jembatan diprediksi tidak akan tuntas secara keseluruhan seiring masih adanya persoalan lahan yang belum selesai.
Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan Jembatan Teluk Kendari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ichsan Permana Putra menuturkan, pengerjaan jembatan utama memasuki segmen terakhir dari total 10 segmen penampang jembatan sepanjang 1,34 kilometer ini. Waktu pengerjaan diperkirakan tuntas di akhir April mendatang.
”Saat ini mulai pembersihan untuk segmen terakhir dengan panjang 9 meter. Total tersisa 12 meter, dengan 3 meter merupakan bagian penutup. Kami optimistis pengerjaan bisa selesai di akhir April jika tidak ada kendala,” tutur Ichsan di Kendari, Senin (6/4/2020).
Selain segmen terakhir, tambah Ichsan, semua cable stayed yang menopang jembatan utama telah terpasang. Dua buah tiang utama juga telah selesai dikerjakan. Semua pengerjaan tetap berdasar protokol keamanan dalam pandemi Covid-19. Setiap hari ada pemeriksaan kesehatan pada pagi dan sore hari terhadap ratusan pekerja.
Penampang utama jembatan terlihat mulai tersambung dengan menyisakan 12 meter di bagian tengah. Sementara itu, bagian jembatan pendekat juga tengah dikerjakan. Proses pengerjaan akan memakan waktu sekitar dua bulan. Sejumlah pekerja terus menyelesaikan pengerjaan jembatan di kedua sisi.
Menurut Ichsan, total progres mencapai 89 persen dengan target penyelesaian hingga Juli 2020. Meski demikian, progres ini masih di bawah target awal yang seharusnya berada di angka 97 persen.
”Ini karena keterlambatan proyek sebelumnya. Banyak kendala sejak awal dimulai. Selain itu, juga masih ada kendala empat petak lahan yang belum tuntas hingga saat ini,” ucap Ichsan.
Sebanyak empat petak lahan tersebut, Ichsan melanjutkan, pada dasarnya telah dikonsinyasikan di pengadilan. Akan tetapi, pihak warga masih melakukan gugatan hukum terhadap nilai apraisal yang telah ditentukan.
Dengan demikian, jembatan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. ”Untuk penampang utama, dan pendekat kami akan maksimalkan dalam dua bulan ke depan. Namun, untuk bagian oprit di sisi Kota Lama belum bisa selesai. Kami tetap upayakan agar segera tuntas karena ini merupakan program pemerintah untuk mempercepat akses di Kota Kendari,” katanya.
Total bidang lahan yang telah dibebaskan sebanyak 46 bidang. Awalnya, sebanyak 20 bidang lahan dibebankan ke pemerintah pusat dan ada sekitar 30 bidang lahan yang dibebaskan pemerintah provinsi pada 2015 lalu. Akan tetapi, pada 2016 dan 2017, pemprov tidak lagi menganggarkan untuk pembebasan lahan sehingga diambil alih oleh Kementerian PUPR.
Jembatan senilai Rp 800,9 miliar ini mulai dikerjakan sejak Agustus 2016 lalu. Jembatan yang menghubungkan dua sisi Kota Kendari ini dikerjakan oleh perusahaan konsorsium, yakni PT PP dan PT Nindya Karya, dengan kontrak tahun jamak. Jembatan ini direncanakan memiliki lebar 20 meter yang terdiri dari empat lajur lengkap dengan median jalan dan trotoar.
Target awal, penyelesaian jembatan diproyeksi selesai pada September 2019. Pelaksana lalu mengajukan penambahan waktu karena adanya penyesuaian konstruksi dan pembersihan ranjau darat di awal pengerjaan hingga ditargetkan selesai di Februari 2020. Akan tetapi, akibat persoalan lahan, penyelesaian kembali diberi tambahan waktu hingga Juli 2020.
Kepala BPJN XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara menuturkan, penyelesaian lahan diupayakan segera tuntas. Koordinasi dengan pihak terkait terus dilakukan agar proyek nasional ini bisa selesai dan digunakan masyarakat luas.
Jembatan Teluk Kendari ditujukan untuk memangkas perjalanan sekaligus memperlancar arus lalu lintas orang dan barang. Saat ini, untuk menuju sisi Kota Lama ke Pulau Bungkutoko, masyarakat harus memutar sekitar 20 kilometer. Pengendara roda dua atau warga tanpa kendaraan bermotor sering kali menggunakan rakit untuk melintasi Teluk Kendari.