Terpetakan 21 Kluster, Sumber Penularan di Jawa Timur Bisa Bertambah
Jawa Timur memetakan 21 kluster penularan Covid-19 yang dipicu virus korona jenis baru. Namun, kluster penularan baru berpotensi muncul jika tidak diwaspadai sejak dini.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur memetakan 21 kluster penularan Covid-19 yang dipicu virus korona jenis baru. Namun, kluster penularan baru berpotensi muncul jika tidak diwaspadai sejak dini.
Hingga Minggu (5/4/2020) pukul 18.00, di Jatim tercatat 187 warga positif Covid-19. Sementara sebanyak 926 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 10.636 orang dalam pemantauan (ODP). Sejak kemunculan pada Februari lalu, penyakit ini mengakibatkan 14 warga meninggal. Namun, 38 orang lainnya sembuh setelah dirawat.
Menurut Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso di Surabaya, Minggu, jumlah kluster diperoleh dari penelusuran 152 pasien positif. Klster pertama muncul di Malang, pertengahan Februari lalu. Pasien diyakini tertular virus korona saat ikut seminar internasional di Yogyakarta, akhir Januari.
Kluster berikutnya ada di Surabaya. Dari Pasar Grosir Surabaya, ada empat warga positif. Sementara dari Pasar Kapasan ada seorang warga. Kluster penularan ini baru muncul dan mendorong Pemerintah Kota Surabaya menutup sementara tempat belanja kebutuhan pokok itu.
Kluster asrama haji patut menjadi perhatian karena dikhawatirkan telah terjadi penularan terhadap sebagian dari 415 peserta pelatihan petugas haji yang berlangsung kurun 9-19 Maret.
Pelatihan diikuti 166 orang tim pemandu haji dan 249 petugas dinas kesehatan dari sejumlah kabupaten/kota di Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Dari penelusuran tim, kata Kohar, sumber penularannya adalah dua narasumber pelatihan.
Di kluster ini, untuk sementara, 20 peserta pelatihan tertular terdiri dari delapan warga Lamongan, Nganjuk (4), Surabaya (2), Kediri (2). Ada juga seorang warga Blitar dan dinyatakan sembuh, dan seorang warga dari Madiun, Lumajang, dan Jember.
Untuk penularan di Lamongan bahkan sudah menyebar ke tahap kedua. Dari sana diketahui ada seorang warga positif virus korona karena tertular dari peserta pelatihan di asrama haji.
”Yang tertular adalah teman dari peserta pelatihan haji itu,” kata Kohar, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar, Malang.
Oleh sebab itu, ketika ada pengumuman kasus dari kluster baru, setiap orang yang pernah kontak dengan orang-orang di kluster itu diminta menjalani karantina mandiri, setidaknya 14 hari. Penularan di Lamongan menunjukkan pentingnya seseorang yang terindikasi terjangkit virus korona memeriksakan kondisi kesehatan dan mengisolasi diri.
Setiap orang yang pernah kontak dengan orang-orang di kluster itu diminta menjalani karantina mandiri, setidaknya 14 hari.
”Seseorang yang terserang virus korona tidak menunjukkan gejala, ketika tidak disiplin untuk karantina atau isolasi, penularan dan kluster baru akan muncul,” ujar Kohar.
Dalam kesempatan terpisah, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, akan mengajukan status pembatasan sosial berskala besar kepada Menteri Kesehatan ketika ada kasus warganya yang positif virus korona. Sampai kini di Trenggalek ada 5 PDP dan 543 ODP. Untuk ODP, semuanya adalah pemudik dan diawasi untuk menjalani karantina mandiri.
”Karantina dilakukan warga di rumah, sekolah desa, atau ruang khusus di balai desa. Aparatur mengawasi agar mereka tetap disiplin karantina, sedangkan kebutuhannya kami penuhi,” ujar Arifin.