Seorang warga tewas diduga diterkam harimau sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pada 2017 hingga Februari 2020 terjadi 17 konflik harimau sumatera dengan masyarakat di Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
LANGKAT, KOMPAS — Seorang warga tewas diduga diterkam harimau sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Warga tewas saat bertani di hutan kemitraan konservasi. Konflik harimau sumatera dengan masyarakat di Sumut masih terus berulang.
Humas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Sudiro, Minggu (5/4/2020), mengatakan, korban tewas adalah Ramelan (42), warga Desa Harapan Makmur. ”Pada Sabtu (4/4) malam, korban tidak kunjung pulang ke rumah. Warga lalu mencarinya dan menemukannya tewas dengan luka yang diduga akibat diterkam harimau,” kata Sudiro.
Ramelan merupakan anggota kelompok tani yang bermitra dengan TNGL. Mereka berladang di kawasan hutan kemitraan konservasi yang masih merupakan wilayah TNGL. Kelompok tani itu menanam tanaman kehutanan yang mempunyai nilai ekonomi dan konservasi, seperti jengkol, petai, kemiri, dan durian.
Sudiro mengatakan, hutan konservasi tersebut satu hamparan dengan wilayah TNGL yang kini dirambah sebagian masyarakat di Sei Lepan. Namun, kawasan itu tidak termasuk dalam daerah konflik tersebut.
Sudiro mengatakan, mereka sudah menyosialisasikan kepada masyarakat di sekitar lokasi agar tidak pergi dulu ke ladang. Petugas pun sudah turun ke sekitar lokasi untuk memastikan keberadaan satwa tersebut. Mereka akan mewawancarai langsung masyarakat yang mengaku melihat harimau sumatera itu. Petugas juga akan memastikan keberadaan harimau dengan mencari jejak tapak kakinya.
Jika ditemukan tanda-tanda keberadaan harimau, petugas akan mencari dan menangkap harimau lalu memindahkannya ke habitat yang lebih aman agar tidak terjadi konflik dengan manusia.
Camat Sei Lepan Faisal Rizal Matondang mengatakan, sekitar 10 warga pergi mencari Ramelan ke ladang pada Sabtu sekitar pukul 20.00. Warga pun awalnya melihat sepeda motor Ramelan terparkir di pinggir ladang. Warga lalu menemukan barang-barang korban di ladang itu.
”Saat terus mencari dengan senter, warga tersebut melihat harimau kemudian mereka lari ke kampung,” kata Faisal.
Setelah memberitahukan kejadian tersebut kepada warga lainnya, sekitar 50 warga desa kembali berangkat ke ladang mencari Ramelan. ”Warga pun menemukan jenazah Ramelan dengan kondisi luka sobek di badannya. Namun, harimau tersebut tidak berada lagi di sekitar lokasi itu,” katanya.
Berdasarkan catatan Kompas, konflik harimau sumatera dengan masyarakat di Sumut masih terus berulang. Pada Mei-Juli 2019, konflik antara harimau sumatera dengan warga desa penyangga Suaka Margasatwa Barumun pecah di Kabupaten Padang Lawas. Petani bernama Abu Sali Hasibuan (61) tewas diterkam harimau saat menyadap karet di Desa Siraisan, Kecamatan Ulu Barumun, Kamis (16/5/2019).
Beberapa hari kemudian, Senin (27/5/2019), warga desa tetangga, yaitu Faisal Hendri Hasibuan (48), juga mengalami luka parah karena diterkam harimau di depan rumahnya di Desa Pagaran Bira Jae, Kecamatan Sosopan. Konflik berakhir ketika harimau berhasil ditangkap petugas pada Juli 2019.
Saat terus mencari dengan senter, warga tersebut melihat harimau kemudian mereka lari ke kampung.
Selain itu, hutan penyangga juga banyak yang rusak sehingga habitat harimau berbatasan langsung dengan ladang dan permukiman masyarakat. Jerat kawat pun sangat banyak ditemukan di hutan penyangga.
Pada 2017 hingga Februari 2020 terjadi 17 konflik harimau sumatera dengan masyarakat di Sumut. Menurut Hotmauli, populasi harimau Sumatera di Sumut berkisar 40-50 individu dengan status terancam punah (Kompas, 17 Februari 2020).