RSUD Budi Rahayu di Kota Magelang, Jawa Tengah, akan difungsikan sebagai shelter bagi orang dalam pemantauan (ODP). Fasilitas ini diperuntukkan bagi mereka yang kesulitan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Selain menerima dan merawat pasien dalam pengawasan (PDP), Rumah Sakit Umum Daerah Budi Rahayu di Kota Magelang, Jawa Tengah, akan difungsikan sebagai shelter bagi orang dalam pemantauan (ODP). Fasilitas ini diperuntukkan bagi mereka yang kesulitan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Untuk kebutuhan isolasi mandiri tersebut, saat ini telah disiapkan 18 tempat tidur bagi para ODP. ”Fasilitas isolasi mandiri tersebut nantinya bisa dinikmati secara gratis oleh setiap ODP yang membutuhkan,” ujar juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Magelang sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang, Sri Harso, Minggu (5/4/2020).
Fasilitas isolasi mandiri sengaja ditawarkan karena tidak semua warga bisa dengan mudah melakukannya di rumah.
Selama 14 hari menjalani isolasi mandiri, kesehatan ODP akan terus dipantau secara intensif oleh para tenaga medis. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Magelang Mimin Triyanti mengatakan, fasilitas isolasi mandiri sengaja ditawarkan karena tidak semua warga bisa dengan mudah melakukannya di rumah.
Karena keterbatasan kamar dan tidak memadainya luas rumah dengan jumlah anggota keluarga, ODP sulit menjaga jarak aman dengan yang lain. Bahkan, tak jarang juga ODP sulit melakukan isolasi karena tidak memiliki satu kamar yang bisa ditempati sendiri.
Tidak hanya bermasalah dengan keterbatasan ruangan dan banyaknya anggota keluarga, isolasi mandiri di rumah juga sering kali membuat ODP merasa tidak nyaman karena sikap dan perilaku tetangga yang cenderung mendiskriminasi.
Camat Magelang Utara M Yunus mengatakan, sudah saatnya warga menyudahi diskriminasi terhadap para ODP. ”Jangan anggap ODP sebagai tersangka. Mereka rentan menderita sakit sehingga mereka sebaiknya justru mendapatkan perhatian dan bantuan,” ujarnya.
Saat ODP berstatus sebagai kepala keluarga, menurut Yunus, maka selama isolasi mandiri 14 hari, kondisi ekonomi keluarga pasti terganggu. Oleh karena itu, warga, terutama tetangga, harus mau turut membantu, misalnya dengan memberi bantuan pangan.
Psikiater dari Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soerojo, dr Sak Liung SpKj, mengatakan, stigma negatif masyarakat terhadap ODP dan PDP berdampak pada lambatnya kesembuhan pasien. Oleh karena itu, warga dan keluarga sebaiknya membantu menciptakan suasana yang lebih positif untuk mendukung kesehatan ODP dan PDP.
Tidak hanya ODP ataupun PDP, masyarakat umum saat ini juga tidak perlu terlalu khawatir atau cemas berlebihan akan tertular Covid-19. Pasalnya, kecemasan yang tidak terkendali pada akhirnya sering berujung pada gangguan atau penyakit fisik.
Menurut Sak, banyak warga yang saat ini mengalami batuk pilek dan demam mengaku khawatir apakah sakit yang dideritanya adalah gejala Covid-19. ”Dengan mendengar keluhan tentang kecemasan mereka, bisa jadi gejala tersebut justru merupakan gejala psikosomatik,” ujarnya.
Psikosomatik adalah kondisi di mana pikiran memengaruhi tubuh sehingga memicu munculnya sakit atau keluhan fisik. Karena Covid-19 adalah penyakit yang menjadi fenomena baru, Sak mengatakan, wajar jika kemudian penyakit tersebut memicu kecemasan warga.
Warga diharapkan mampu menyikapinya dengan tenang dan mengisi waktu di rumah dengan hal-hal yang lebih positif, seperti bekerja dan beribadah.