Produk hasil perikanan Jawa Tengah tetap diminati negara-negara pengimpor di tengah pandemi Covid-19. Hal itu menjadi harapan saat perekonomian Indonesia sedang terdampak wabah tersebut.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Produk hasil perikanan Jawa Tengah, seperti daging rajungan, surimi, udang, dan cumi-cumi, tetap diminati negara-negara pengimpor di tengah pandemi Covid-19. Hal itu menjadi harapan saat perekonomian Indonesia sedang terdampak wabah tersebut.
Menurut data Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, pada Februari 2020, sebanyak 4.238 ton produk perikanan senilai Rp 236 miliar diekspor. Lima negara tujuan utama ialah Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, China, dan Korea Selatan.
Ini menjadi harapan karena negara-negara tujuan memang masih membutuhkan produk perikanan kita.
Nilai ekspor tersebut lebih tinggi 13 persen dibandingkan dengan Februari 2019, yakni Rp 206 miliar. Adapun pada periode 24-30 Maret 2020 telah dan akan dikirim 32 kontainer dari 19 unit pengolahan ikan di Jateng ke 10 negara tujuan ekspor.
”Ini menjadi harapan karena negara-negara tujuan memang masih membutuhkan produk perikanan kita. Permintaan dari negara seperti AS masih bagus,” ujar Kepala BKIPM Semarang R Gatot Perdana, dihubungi lewat telepon, Jumat (27/3/2020).
Ia menambahkan, salah satu alasan produk hasil perikanan digemari warga negara lain karena bernilai gizi tinggi, termasuk kandungan protein. Ada kesadaran bahwa mengonsumsi ikan serta produk perikanan penting guna menjaga kesehatan tubuh.
Menurut Gatot, pihaknya juga mengikuti imbauan pemerintah untuk mengurangi kontak dalam pengawasan produk-produk perikanan yang hendak diekspor. Ini penting guna mengantisipasi penyebaran virus korona baru pemicu Covid-19 dalam setiap pengiriman.
”Biasanya pengawas mengawasi langsung seperti saat pemuatan barang ke kontainer. Namun, kini kami pantau dengan CCTV (kamera pemantau) atau panggilan video. Jadi, untuk menghindari kontak fisik, petugas tidak perlu lagi datang langsung,” ucap Gatot.
Sebelumnya, pada pertengahan Februari 2020, pengiriman kontainer berisi produk perikanan beku ke China terdampak. Sempat ada kontainer yang terbengkalai tak bisa bongkar-muat. Namun, setelah itu, pengiriman produk hasil perikanan berangsur membaik (Kompas.id, 13/2).
Menurut data BKIPM Semarang, ekspor perikanan Jateng ke China pada 2019 sebesar 17.961 ton dengan nilai Rp 569 miliar. Dari segi volume, jumlah tersebut terbesar. Namun, dalam nilai ekspor, China berada di posisi kedua setelah Amerika Serikat (Rp 987 miliar). Produk yang dikirim antara lain daging rajungan, sotong, udang, surimi, dan kerupuk ikan.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Data Informasi BKIPM Semarang Ely Musyarofah menambahkan, ekspor perikanan hingga kini stabil dan masih memberikan kontribusi. Adapun dampak pengiriman terasa pada negara-negara yang menerapkan lockdown atau penutupan wilayah di tengah pandemi Covid-19.
”Kendati demikian, AS dan sejumlah negara di Eropa masih menerima terus produk perikanan. China juga sudah mulai pulih. Bagaimanapun ini penting agar roda usaha tetap berjalan stabil dan memastikan barang tak menumpuk di pabrik,” ujarnya.