Solidaritas untuk Tenaga Medis Menangani Pasien Covid-19
Seiring bertambahnya pasien positif Covid-19 di rumah sakit di Kalimantan Timur, semakin menipis pula persediaan perlengkapan medis.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Seiring bertambahnya pasien positif virus korona baru penyebab coronavirus disease 2019 (Covid-19) di rumah sakit di Kalimantan Timur, semakin menipis pula persediaan perlengkapan medis. Berbagai bantuan digalang dan diberikan oleh masyarakat untuk tenaga medis yang berada di garda depan dalam menangani pasien.
Jumlah pasien positif Covid-19 di Kalimantan Timur hingga Rabu (25/3/2020) pukul 17.00 Wita sebanyak 11 orang. Adapun jumlah pasien yang dipantau di rumah 1.440 orang. Sementara itu, pasien dalam pengawasan (PDP) di rumah sakit 38 pasien.
Idealnya, seorang pasien ditangani oleh 10 tenaga medis. Namun, karena keterbatasan alat pelindung diri (APD), masker, dan sarung tangan, seorang pasien rata-rata ditangani tiga tenaga medis. Setiap APD umumnya hanya digunakan sekali pakai.
Jumlah alat pelindung diri terus berkurang, seiring kebutuhan setiap rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Apalagi, setiap rumah sakit juga menggunakannya untuk menangani pasien dengan perlakuan khusus, seperti yang terjangkit tuberkulosis dan meningitis.
Di Balikpapan, misalnya, dengan pasien positif Covid-19 terbanyak di Kaltim, para tenaga medis harus bersiasat untuk berhemat. Ini membuat pekerjaan mereka tak mudah untuk merawat enam pasien positif Covid-19 dan 29 PDP.
Ketika APD belum datang, ada juga yang menggunakan jas hujan untuk menangani pasien. Tatap muka antara pasien dan dokter juga dikurangi, digantikan dengan konsultasi via aplikasi percakapan. (Andi Sri Juliarti)
Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan Andi Sri Juliarti mengatakan, penjemputan pasien yang seharusnya dilakukan oleh enam tenaga medis, saat ini hanya dilakukan oleh dua tenaga medis.
”Ketika APD belum datang, ada juga yang menggunakan jas hujan untuk menangani pasien. Tatap muka antara pasien dan dokter juga dikurangi, digantikan dengan konsultasi via aplikasi percakapan,” kata Sri.
Kondisi itu membuat berbagai kalangan di Kalimantan Timur melakukan penggalangan bantuan, baik berupa dana maupun bantuan barang. Saat banyak pihak tak siap menghadapi wabah ini, negeri ini masih memiliki modal sosial yang bisa membantu dengan apa yang warga bisa.
Menggalang bantuan
Salah satu inisiatif penggalangan dana di Kalimantan Timur dilakukan Forum Himpunan Pokja 30. Mereka menyebarkan pamflet ke media sosial untuk menggalang bantuan dari masyarakat. Narahubung Pokja 30 Buyung Marajo mengatakan, mereka berkomunikasi dengan Ikatan Dokter Indonesia Kaltim untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan.
”Keperluan mendesak bagi tenaga medis antara lain APD lengkap, masker bedah, masker N95, dan obat imunomodulator yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh. Kami menerima baik barang ataupun uang yang akan kami serahkan ke IDI Kaltim,” kata Buyung di Samarinda ketika dihubungi.
Ia mengatakan, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, selain bantuan donasi, orang hanya perlu untuk mengikuti anjuran dari pemerintah. Ia mengajak bagi siapa saja sebisa mungkin untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan. Jika semakin banyak yang mengabaikan itu, potensi penyebaran virus akan semakin besar dan mempersulit tenaga medis.
”Mari satukan kekuatan, ambil peran, lindungi mereka yang sedang berjuang dengan sebaik-baiknya, dengan terhormat,” kata Buyung.
Selain itu, sejumlah perusahaan swasta juga telah memberikan bantuan baik melalui Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim maupun langsung ke rumah sakit rujukan. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Andi M Ishak mengatakan, gerakan sosial ini sangat membantu penanganan Covid-19.
Sementara itu, bantuan alat pelindung diri yang sudah sampai ke Kaltim sebanyak 60 setel dari Kementerian Kesehatan. Semuanya sudah dibagikan ke setiap rumah sakit rujukan. Sebanyak 200 setel baju medis dan 6.000 masker bedah juga sudah datang dan dibagikan.
”Kami saat ini sedang melakukan koordinasi terkait bantuan tambahan dari pemerintah pusat. Kami juga sedang melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Kabarnya, bantuan 10.000 alat pelindung diri sudah dikirim ke Kaltim, kemungkinan malam ini sampai,” kata Andi.
Dengan estimasi penanganan pasien selama tiga bulan, ia memperkirakan kebutuhan alat pelindung diri 15.000 setel. Setiap alat pelindung diri idealnya hanya dipakai satu kali. Kekurangan alat pelindung diri itu akan dilengkapi dari APBD Kaltim Rp 17,7 miliar.
Berkerumun
Sementara tenaga medis kesulitan dengan alat pelindung diri, kesadaran warga untuk berdiam diri di rumah masih rendah. Banyak anak muda yang masih melakukan kumpul-kumpul di pinggir jalan ataupun di kafe. Momen kuliah di rumah oleh beberapa mahasiswa digunakan untuk berkumpul bersama kawan di luar ruangan.
Bahkan, banyak mahasiswa yang kuliah di luar Kalimantan memilih untuk pulang ke Balikpapan. Pada Senin (23/3/2020), jumlah orang dalam pemantauan bertambah 160 orang dalam tujuh jam. Setelah dilacak, sebagian besar adalah mahasiswa dari banyak daerah yang memilih pulang.
Kepala Kepolisian Resor Kota Balikpapan Ajun Komisaris Besar Turmudi mengatakan, pihaknya melakukan patroli sekaligus memberi imbauan kepada warga yang berkumpul. Ia juga menyampaikan agar setiap restoran dan warung melarang konsumen untuk makan di tempat.
Tim gabungan dari satpol PP, polisi, dan TNI berpatroli dan membubarkan kerumunan orang di setiap tempat yang dijadikan tempat berkerumun. Tempat-tempat makan juga banyak yang tidak mengizinkan pelanggannya makan di tempat.
”Ini akan kami pantau terus. Kami juga berharap jangan bepergian dulu sampai kondisi aman. Jika melakukan perjalanan ke dan dari tempat yang sudah terjangkit Covid-19, pemantauan dan pengawasan akan semakin sulit,” kata Turmudi.