Saat imbauan berdiam diri di rumah untuk mencegah penyebaran virus korona baru tidak efektif, pemerintah melalui aparat keamanan mulai membubarkan kerumunan warga.
Oleh
Frans Pati Herin/Ismail Zakaria/Abdullah Fikri Ashri/Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Pemerintah dan aparat keamanan di sejumlah daerah mulai bergerak untuk membubarkan kerumunan warga. Langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Sejauh ini, upaya membubarkan kerumunan warga masih dilakukan secara persuasif.
Upaya untuk meminta warga agar tetap berdiam di rumah salah satunya terpantau di Jalan Pedurenan Depok, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (23/3/2020). Menggunakan pengeras suara, sejumlah anggota Polri dan TNI mengimbau warga agar mengurangi aktivitas di luar rumah serta menghindari kerumunan.
Sebelumnya, Minggu (22/3) malam, 250 personel gabungan empat direktorat Polda Metro Jaya berpatroli di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat. Dalam patroli yang dipimpin Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Komisaris Besar Marsudianto itu, warga yang berkerumun diimbau untuk bubar dan kembali ke rumah. Hal serupa dilakukan pemerintah Tangerang Selatan, termasuk imbauan pemakaian masker pada warga.
Patroli akan terus ada setiap malam sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Kerumunan warga dijumpai di Taman Lamandau, Blok M, Kemang, dan Mampang Prapatan. Adapun di Jakarta Pusat, tim menemukan banyak warga yang nongkrong di kawasan Gajah Mada karena banyaknya pedagang kaki lima. Secara umum, pembubaran kerumunan berjalan tertib.
”Patroli akan terus ada setiap malam sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suyudi AS, kemarin.
Pembubaran kerumunan warga itu merupakan tindak lanjut dari Maklumat Kepala Kepolisian Negara Indonesia Nomor Mak/2/III/2020 tanggal 19 Maret 2020 tentang Kepatuhan terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid-19 serta memberikan perlindungan, rasa aman dan nyaman kepada masyarakat.
Di Cirebon, Jabar, pemerintah kota juga meminta masyarakat menerapkan pembatasan sosial dengan tak berkerumun tanpa alasan jelas. ”Kerumunan akan dibubarkan kalau tidak jelas alasannya,” kata Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.
Menurut Azis, Cirebon dalam kondisi bahaya di tengah merebaknya Covid-19 yang disebabkan virus korona baru. Saat ini, enam pasien dalam pengawasan terkait Covid-19 dirawat di RSD Gunung Jati, Kota Cirebon. Salah satunya terkonfirmasi positif. Sedangkan orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19 mencapai 41 orang. Padahal, empat hari lalu masih 13 orang.
Azis menyatakan, pihaknya juga akan berpatroli ke pusat perbelanjaan, mal, atau tempat berkumpul masyarakat lainnya. ”Kami minta warga harus sadar diri untuk tidak berkumpul. Kalau ditemukan, kami tindak tegas dengan membubarkannya,” ucap Azis.
Tempat hiburan tutup
Dari Mataram dilaporkan, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah meminta semua tempat hiburan untuk sementara ditutup dan menghentikan aktivitas. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB Ahsanul Halik mengatakan, surat edaran gubernur diterbitkan Minggu (22/3).
Dalam surat itu, Gubernur NTB meminta bupati dan wali kota menutup sementara tempat hiburan yang dikelola pemerintah daerah, swasta, desa wisata, dan masyarakat. ”Penutupan sementara terhitung mulai Senin ini sampai waktu yang belum ditentukan. Sewaktu-waktu dapat dievaluasi sesuai perkembangan,” kata Ahsanul. Penutupan tersebut sebagai bagian dari upaya mendorong masyarakat agar menerapkan pembatasan sosial dalam pencegahan penyebaran virus korona baru.
Menyikapi penutupan tempat hiburan dan tempat wisata, Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah, Pahrul Azim mengatakan siap mengikutinya. Bilebante merupakan salah satu desa yang dipersiapkan sebagai penopang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
”Sesuai arahan Pak Presiden dan Pak Gubernur, kegiatan pariwisata di Bilebante kami hentikan dulu. Ini merupakan upaya untuk mencegah
Covid-19. Semoga kondisi segera membaik,” kata Pahrul.
Beraktivitas biasa
Kendati sudah ada temuan satu kasus positif Covid-19, tiga pasien dalam pengawasan, dan 61 orang dalam pemantauan di Maluku, hal itu tak banyak berpengaruh terhadap keseharian sejumlah warga Kota Ambon. Banyak dari mereka masih berkumpul tanpa menjaga jarak. Kondisi ini rentan terkait penyebaran Covid-19.
Kalau tinggal di rumah, anak-istri kami mau makan apa.
Di Pasar Mardika, misalnya, pembeli dan penjual tetap banyak. Antrean kendaraan yang masuk dan keluar pasar padat merayap. Hampir semua orang di jalanan dan di pasar tidak mengenakan masker. Pedagang dan pembeli berinteraksi seperti biasa. Padahal, pada Senin pagi, sejumlah anggota Polri dan TNI lewat pengeras suara mengimbau masyarakat agar mematuhi cara pencegahan virus korona baru, termasuk mengajak masyarakat untuk tinggal di rumah.
”Kalau tinggal di rumah, anak-istri kami mau makan apa. Kami dalam dilema,” kata Mato, pedagang sayur.
Di sejumlah warung kopi, warga masih berkumpul dan bersenda gurau. Para pengunjung kebanyakan justru aparatur negara yang diminta bekerja dari rumah, sebagaimana anjuran pemerintah daerah. Di sana mereka duduk berdekatan tanpa mengenakan masker. Asap rokok pun memenuhi sejumlah warung kopi.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat mengatakan, polisi siap membubarkan kerumunan warga. ”Jangan sampai ulah beberapa orang membuat penyebaran penyakit ini semakin sulit dikendalikan. Aparat kami akan bersikap tegas,” ujarnya.