Uskup juga meminta kegiatan gerejawi lainnya yang menimbulkan kerumunan ditiadakan seperti ibadat sabda di lingkungan atau stasi, latihan koor, rapat, serta latihan persiapan perayaan Paskah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Uskup Dioses Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono mengeluarkan Surat Gembala yang meminta supaya perayaan Ekaristi Kudus atau misa di gereja ditiadakan mulai Jumat (20/3/2020) hingga Kamis (2/4/2020). Langkah ini sebagai upaya antisipasi pencegahan penularan virus korona jenis baru.
”Pencegahan dan penghentian penyebaran virus ini menjadi tanggung jawab bersama,” kata Christophorus seperti tertulis dalam Surat Gembala bernomor 011/EP/2020 yang terbit di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (20/3/2020) malam.
Christophorus menyampaikan, untuk menghindari kerumunan, semua perayaan ekaristi publik ditiadakan, baik ekaristi harian, mingguan, maupun ujub (intensi/tema khusus) bersama umat. ”Kita menyadari ekaristi adalah sumber dan puncak hidup kita sebagai orang Kristiani. Namun, dalam rangka membendung laju penyebaran virus, kita harus mengambil keputusan itu,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut Christophorus, umat diminta mengikuti ekaristi yang disiarkan secara streaming. ”Ini bisa menjadi kesempatan keluarga untuk beribadah bersama,” ujarnya.
Uskup juga meminta kegiatan gerejawi lainnya yang menimbulkan kerumunan ditiadakan seperti ibadat sabda di lingkungan atau stasi, latihan koor, rapat, serta latihan persiapan perayaan Paskah.
Sekretaris Keuskupan Purwokerto Pastor FX Bagyo Purwosantosa mengatakan, keuskupan akan menyiapkan ekaristi secara daring pada Sabtu (21/3/2020) pukul 18.00, Minggu (22/3/2020) pukul 08.00 dan 18.00. Misa bisa diakses melalui akun Youtube Misa Live Streaming Keuskupan Purwokerto.
”Ikutilah misa yang live entah lewat radio atau video. Jangan yang rekaman supaya kesatuan spiritual sungguh nyata,” kata Bagyo, Sabtu.
Demi kesehatan
Bernadeta Diah (30), warga Purwokerto, mengemukakan, dengan tidak adanya misa di gereja seperti ada sesuatu yang kurang. ”Sebenarnya agak gimana gitu, kayak ada yang kurang karena tidak misa. Tetapi, demi kesehatan bersama dan keluarga, tidak apa-apa karena sekarang memang keadaannya belum memungkinkan untuk berkumpul dalam keramaian,” kata Diah.
Veronica Desy Indah (31), warga Purwokerto lainnya, juga menyampaikan hal serupa. Desy mengaku sedih jika tidak ada misa di gereja. ”Sedih, ya, sampai misa ditiadakan di gereja. Walaupun ada live streaming, tapi tetap saja rasanya beda dan ada yang kurang. Tapi tidak apa-apa sementara tidak misa demi kebaikan bersama,” katanya.
Baik Diah maupun Desy berharap wabah itu cepat berlalu dan kehidupan kembali berjalan normal seperti sediakala. ”Rasanya ingin cepat virus-virus ini berakhir. Ingin hidup normal lagi, kasihan mas-mas Grab, Gojek, pedagang-pedagang kecil, toko-toko yang sepi karena musibah ini,” kata Desy.