Debit Air di Jayapura Terus Menurun akibat Perambahan Hutan
Debit air di 12 lokasi sumber air milik PDAM Jayapura terus menurun hingga 445 liter per detik. Akibatnya, sekitar 30.000 pelanggan hanya mendapat pasokan air dua kali seminggu dengan durasi enam jam.
Oleh
FABIO LOPES
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Debit air di 12 lokasi sumber air milik Perusahaan Daerah Air Minum Jayapura terus menurun pada tahun ini hingga 445 liter per detik. Akibatnya, sekitar 30.000 pelanggan hanya mendapat pasokan air dua kali seminggu dengan durasi enam jam. Padahal, kapasitas produksi air di 12 lokasi itu pada beberapa tahun lalu mencapai 895 liter per detik.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura Entis Sutisna saat ditemui di Jayapura pada Jumat (13/3/2020) mengatakan, dari 12 lokasi milik PDAM Jayapura itu, sebanyak 10 mata air berpotensi memiliki debit air 805 liter per detik dan dua berpotensi memiliki debit air mencapai 90 liter per detik. Semuanya ada di Kabupaten Jayapura.
Namun, saat ini, debit air di titik-titik itu mengalami penurunan 40 hingga 70 persen. Saat ini, dalam seminggu, PDAM Jayapura hanya mampu memasok air bagi sekitar 30.000 pelanggan sebanyak dua kali dengan durasi selama enam jam. Bahkan, warga di sejumlah daerah di Distrik Jayapura Utara, seperti Polimak IV, tak lagi mendapat pasokan air. Lima tahun lalu, warga bisa mendapat air selama tiga hari dengan durasi 12 jam.
”Tahun lalu debit air (sempat) menurun hingga sekitar 500 liter per detik. Debit air pada tahun ini kembali turun hingga 445 liter per detik,” ujar Entis.
Ia mengatakan, penurunan debit air tak hanya karena faktor cuaca kemarau yang berkepanjangan. Namun, juga karena faktor perambahan hutan di sekitar lokasi mata air yang marak terjadi.
Terdapat sekelompok oknum warga yang menebang pohon jenis suang, kemudian membuka permukiman dan perkebunan di sekitar mata air.
Temuan PDAM Jayapura menunjukkan terdapat sekelompok oknum warga yang menebang pohon jenis suang dan membuka permukiman dan perkebunan di sekitar mata air. Warga membakar pohon yang telah ditebang untuk dijadikan arang dan dijual di restoran dan warung di Kota Jayapura. Sementara komoditas perkebunan yang ditanam warga di antaranya adalah tanaman nanas.
”Pohon-pohon di sekitar mata air milik kami telah ditebang. Padahal, akar pohon sangat penting sebagai tempat cadangan air. Sebab, selama ini PDAM Jayapura sangat mengandalkan air permukaan,” tutur Entis.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat segera membangun fasilitas pengolahan air baku yang bersumber dari Danau Sentani. Sebab, kapasitas debit air di Danau Sentani dapat mencapai 250 liter per detik. ”Selama ini, kami belum dapat menggunakan air dari Danau Sentani apabila tidak diolah terlebih dahulu dengan fasilitas tersebut,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Jayapura Rustam Saru mengatakan, pihaknya menemukan terjadi perambahan hutan dan perkebunan di daerah tangkapan air. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jayapura telah bertemu dengan aparatur setiap kelurahan untuk mendata identitas oknum masyarakat yang terlibat aksi perambahan dan perladangan.
”Kami akan menghimbau warga yang terlibat agar segera menghentikan aksi perambahan hutan dan perladangan di sekitar mata air. Apabila menolak, kami akan melaporkan mereka ke pihak kepolisian demi menyelamatkan pasokan air di Jayapura,” kata Rustam.
Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Yan Ormuseray mengatakan, telah terjadi aksi penebangan pohon di seluruh lokasi mata air di Jayapura. ”Seharusnya lokasi mata air dalam kondisi steril aktivitas warga hingga radius 1 sampai 2 kilometer. Direncanakan, kami bersama PDAM Jayapura akan melakukan penanaman kembali pohon di lokasi-lokasi daerah tangkapan air tersebut,” katanya, menambahkan.