Jangan Main Gawai Melulu, Yuk Bermain Permainan Tradisional
Anak-anak di Pontianak bersukacita. Mereka meninggalkan gawai demi bermain galah hadang bersama-sama teman-temannya di Festival Permainan Tradisional. Seru sekaligus menyehatkan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Gawai di satu sisi berdampak positif. Namun, di sisi lain jika penggunaannya tidak terkontrol bisa berbahaya bagi perkembangan anak. Pada akhir pekan alangkah baiknya mencoba suasana baru dengan bermain permainan tradisional. Selain seru, tak perlu biaya mahal, juga melatih kecerdasan anak.
Sekitar 160 siswa dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga SMA berkumpul di halaman Rumah Radakng Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (7/3/2020). Mereka tidak menghabiskan akhir pekan ke mal, tetapi mengikuti Festival Permainan Tradisional. Kegiatan itu pertama kalinya dilaksanakan di Pontianak dari Sabtu hingga Minggu (8/3/2020).
Di halaman Rumah Radakng, puluhan anak bermain galah hadang. Satu kelompok bertugas menjaga area permainan secara berlapis, beberapa di depan, sisanya di tengah hingga ke belakang. Sementara kelompok lainnya berupaya masuk ke area permainan dan berupaya agar tubuh mereka tidak tersentuh tim penjaga.
Kelompok yang berupaya masuk menerobos penjagaan lincah bergerak ke sana-kemari mencari celah kelengahan penjaga. Ada pula yang berupaya mengecoh. Yang bertugas menjaga wilayah permainan pun sigap bergerak agar lawan tak bisa masuk.
”Awas jangan sampai lolos!” teriak salah satu kelompok yang menjaga wilayah permainan. Keringat bercucuran, tetapi wajah mereka gembira. Rekan-rekan mereka berteriak memberi semangat dari tepi lapangan. Permainan itu mengasah kemampuan bekerja sama serta keterampilan bersosialisasi.
”Seru sekali. Terakhir bermain galah hadang saat saya kelas III SD. Setelah sekian lama tidak bermain akhirnya bisa bermain lagi. Kalau memang ada kesempatan lagi bermain permainan tradisional seperti ini, saya mau,” ujar Fadli Hidayatullah (15), siswa salah satu SMP di Pontianak.
Fadli senang bermain galah hadang karena ada kerja sama dan perlu kekompakan anggota tim untuk bisa memenangi permainan. Selain itu, lebih heboh dan ramai pemainnya sehingga menyenangkan.
”Menyenangkan sekali. Tangan saya agak sedikit tergores karena jatuh, tapi seru sekali he-he-he. Ini mengingatkan masa kecil bermain galah hadang waktu saya kelas IV SD. Sekarang ini baru main lagi sehingga bisa lebih dekat dengan teman-teman,” kata Renata Apriliantini (14), salah satu siswi SMP di Pontianak.
Awas jangan sampai lolos!
Di sudut lainnya, ada yang bermain taba atau engklek. Bidang permainannya garis kotak-kotak. Para pemain melemparkan benda kecil ke salah satu kotak, lalu mereka melompat-lompat dengan satu kaki ke dalam bidang garis kotak-kotak itu.
Pada permainan ini konsentrasi dan lontaran menjadi modal utama. Namun, tidak hanya itu. Keseimbangan langkah dengan tumpuan satu kaki juga merupakan penentu kesukesan bermain. Konsentrasi di setiap langkah harus dimiliki anak. Mereka berlatih konsisten dan keseimbangan tubuh dalam satu permainan.
Ada juga permainan sumpit. Anak-anak meniupkan sumpit ke sasaran tertentu. Kekuatan meniup dan konsentrasi juga menjadi modal utama dalam permainan ini. Anak-anak dilatih berkonsentrasi dan sikap konsisten.
Permainan egrang juga ada di situ. Dengan bermain egrang melatih konsentrasi, konsistensi, dan keseimbangan. Berdiri di egrang memerlukan keseimbangan tubuh sebagai modal utama. Selain itu, ada permainan terompah yang bisa dimainkan dengan kerja sama.
Kemudian, permainan lompat tali. Kekuatan menjadi modal utama. Selain itu perlu ada kepercayaan diri anak dan strategi melompat juga harus dimiliki. Anak-anak melompat tanpa lelah dan jika gagal mereka akan mencoba lagi sampai berhasil.
Permainan lainnya yang disuguhkan di situ, ada kelereng, gasing, dan congklak. Kemudian, buah lima adalah melemparkan benda biasanya biji karet atau batu ke arah atas. Saat ingin menangkap benda yang dilempar itu, tangan kita terlebih dahulu harus mengambil benda yang di bawah yang jumlahnya ada beberapa biji.
”Festival permainan tradisional seperti ini bagus jika rutin. Sebab, permainan tradisional banyak ditinggalkan, padahal bagus untuk melatih kecerdasan anak. Saya memberikan ruang kepada anak bermain permainan tradisional galah hadang saat acara sekolah di akhir semester biasanya,” ujar Karnila, guru SDN 24 Pontianak Timur.
Bermain permainan tradisional melatih anak untuk tidak individualis. Apalagi, permainannya beregu. Karnila menilai permainan seperti itu bisa melatih kecerdasan emosional anak-anak didiknya.
Ketua Umum Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Kalbar Lukmanulhakim mengatakan, Festival Permainan Tradisional dilaksanakan didasari atas keprihatinan dampak perkembangan teknologi terhadap anak-anak. Selain itu, menjaga nilai-nilai kebangsaan dan melestarikan permainan tradisional sebagai kearifan lokal.
”Pemanfaatan gawai oleh anak ada yang sudah berlebihan. Anak bisa cenderung individualis. Gawai bisa membuat anak kurang bersosialisasi secara langsung dengan temannya. Perkembangan bahasanya juga bisa terhambat,” katanya.
Sementara dalam permainan tradisional cenderung bersifat komunal. Anak bisa berinteraksi secara langsung. Permainan ini melatih kerja sama karena di dalam permainan ada aturan dan interaksi. Interaksi sosial mereka diharapkan kuat. ”Sebab kerja sama dan gotong royong menjadi kekhasan kita,” ujarnya.
Di dalam permainan ini juga ada nilai tolong-menolong. Mereka bisa saling merasakan tantangan dalam permainan. Jadi ada refleksi nilai-nilai dalam permainan itu yang dapat dirasakan oleh anak-anak. Sebab, jika menjelaskan nilai-nilai hanya secara verbal akan sulit.
Pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak, Aswandi, mengatakan, mendidik anak salah satunya bisa dilakukan melalui permainan. Nilai-nilai di dalam permainan itu, seperti kerja sama untuk mencapai tujuan akan terinternalisasi dalam diri mereka.
Untuk bermain tidak perlu selalu ke mal yang mungkin memerlukan biaya mahal yang hanya bisa dijangkau keluarga yang mampu. Dengan permainan tradisional semua bisa menjangkaunya dan anak-anak semuanya senang.