Banjir di Cilacap Surut, Kewaspadaan Warga Diharapkan Tetap Tinggi
Banjir di Sidareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang menggenang hingga ketinggian 80 sentimeter pada Jumat lalu secara bertahap sudah mulai surut, Senin (2/3/2020). Namun, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Warga mendorong sepeda motor di Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2020).
CILACAP, KOMPAS — Banjir di Sidareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang menggenang hingga ketinggian 80 sentimeter pada Jumat lalu, secara bertahap sudah mulai surut, Senin (2/3/2020). Namun, kewaspadaan tetap ditingkatkan karena puncak musim hujan diprediksi berlangsung sepanjang Maret ini.
”Banjir sudah surut. Hari ini ada genangan berkisar 10-20 sentimeter di pekarangan rumah warga. Kami tetap waspada karena potensi curah hujan masih tinggi,” kata Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sidareja Agus Sudaryanto saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Agus menyampaikan, selain mewaspadai banjir susulan, pihaknya juga terus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai pergerakan tanah. ”Kemarin (Minggu), ada satu rumah rusak karena tertimpa longsoran tebing di Desa Kutasari, Kecamatan Cipari. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu,” tuturnya.
Menurut Agus, longsor di Cipari itu berupa tebing setinggi 4 meter dengan lebar 6 meter. ”Masyarakat diimbau waspada terutama jika menemukan adanya retakan tanah dan hujan deras dengan waktu cukup lama,” katanya.
Warga menerjang banjir yang menggenangi Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2020).
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Cilacap Rendi Krisnawan menyampaikan, dasarian pertama Maret ini merupakan puncak musim hujan untuk Banyumas, Cilacap, dan Kebumen.
”Antara 1-10 Maret, curah hujan dalam kategori tinggi, berkisar 151-200 milimeter. Saat ini adalah puncak musim hujan untuk sebagian besar wilayah Cilacap, Banyumas, dan Kebumen,” kata Rendi.
Akan tetapi, pada dasarian kedua Maret, curah hujan diperkirakan akan turun ke kategori menengah, berkisar 76-150 milimeter. ”Itu masih dalam kategori menengah. Artinya, potensi hujan masih lumayan banyak. Untuk potensi kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, potensi angin kencang yang disertai petir itu masih ada mulai awal Maret hingga akhir Maret,” paparnya.
Adapun kondisi cuaca di perairan dan Samudera Hindia selatan Cilacap, menurut Rendi, beberapa hari ini sebagian besar hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. ”Arah angin umumnya dari barat daya hingga barat laut dengan kecepatan 2-15 knot. Sementara ketinggian gelombang laut dalam kategori sedang 1,25-2,5 meter,” katanya.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Warga melintasi banjir di Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2020).
Rendi juga menyampaikan, dalam tiga hari ke depan diperkirakan terjadi gelombang tinggi bahkan sampai sangat tinggi, 2,5-4 meter. ”Untuk tanggal 4 dan 5 Maret, gelombang berkisar 4-6 meter atau dalam kategori sangat tinggi. Perlu diwaspadai untuk pengguna aktivitas di laut, seperti kapal yang sedang melintas atau nelayan itu harus mewaspadai kondisi cuaca di laut,” katanya.
Para wisatawan, lanjut Rendi, juga diminta waspada terhadap potensi tinggi gelombang laut. ”Karena ketinggian gelombang di wilayah perairan dalam kategori sedang, berbahaya untuk wisatawan yang sedang bermain atau mandi di pantai terutama saat pasang atau air laut naik,” paparnya.
Saeful dari bagian Humas Badan SAR Nasional Cilacap menyampaikan, sepanjang Januari-Februari 2020 ini, total musibah pelayaran dan kondisi membahayakan manusia ada sembilan kejadian.
”Ada 10 korban tenggelam. Sebanyak 3 korban dinyatakan hilang, 7 korban ditemukan dengan keadaan meminggal. Saat ini masih ada satu korban lagi yang masih dalam pencarian di Purworejo,” paparnya.
Saeful mengimbau, untuk tujuh hari ke depan karena arus ombak masih belum stabil, para nelayan dan pengunjung tetap waspada dan dianjurkan untuk tidak mandi di laut.