Komnas HAM Investigasi Kontak Senjata di Intan Jaya
Komnas HAM akan menginvestigasi kontak senjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang menewaskan dua warga pada 18 Februari lalu.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan menginvestigasi kontak senjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang menewaskan dua warga pada 18 Februari lalu. Di satu sisi, pihak TNI dan Polri menyatakan, kedua korban adalah simpatisan kelompok kriminal bersenjata. Namun, di sisi lain, pihak gereja setempat dan Anggota DPRD Papua Thomas Sondegau menyatakan, korban adalah warga sipil.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Wilayah Papua Frits Ramandey, saat ditemui di Jayapura, Senin (24/2/2020). Frits mengatakan, pihaknya yang diwakili Kepala Bagian Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Papua Melchior Weruin, telah menerima laporan terkait kasus itu dari perwakilan Dewan Adat Papua pada Jumat (21/2) lalu.
Dalam laporan tersebut, Dewan Adat Papua meminta verifikasi atas identitas Meki Tipagau dan Kayus Sani, kedua korban yang tewas dalam kontak senjata antara kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan Satuan Tugas Penegakkan Hukum TNI-Polri di Kampung Gulanggama, Distrik Sugapa, 18 Februari lalu.
Kami akan menindaklanjuti laporan ini untuk mengungkap identitas kedua warga tersebut.
Pihak TNI dan Polri menyatakan korban tewas adalah simpatisan KKB di bawah pimpinan Lekagak Telenggen. Sementara, pihak gereja setempat di Intan Jaya dan Anggota DPRD Papua Thomas Sondegau menyatakan, Meki adalah siswa kelas 6 SD Katolik Bilogai dan Kayus adalah warga sipil biasa di Kampung Joparu.
"Kami telah berkoordinasi dengan Komnas HAM RI terkait laporan dari Dewan Adat Papua. Kami akan menindaklanjuti laporan ini untuk mengungkap identitas kedua warga tersebut," kata Frits.
Ia menuturkan, Komnas HAM dalam waktu dekat akan meminta klarifikasi dari Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih dan Kepolisian Daerah Papua terkait kontak tembak tersebut. "Setelah ada pertemuan dengan kedua pihak, barulah kami akan mengambil data secara langsung di lokasi kontak tembak agar hasil investigasi benar-benar sesuai fakta," kata Frits.
Sekretaris Umum Dewan Adat Papua John Gobay menuntut agar Presiden Joko Widodo bisa menghentikan kontak senjata yang melibatkan aparat TNI-Polri di Intan Jaya. Konflik antara kedua pihak menyebabkan banyak warga setempat yang menjadi korban.
"Kami mohon agar Intan Jaya jangan dijadikan daerah operasi militer. Warga tak bisa beraktivitas dengan aman karena merasa ketakutan dengan kontak tembak selama beberapa bulan terakhir," ucap John.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, ada sekelompok warga di Intan Jaya yang telah terpengaruh ajakan KKB beberapa bulan terakhir. Padahal, selama ini, tak pernah ada pergerakan kelompok separatis di Intan Jaya.
Dari data Polres Intan Jaya, kontak tembak antara Satgas Gakkum TNI-Polri dan KKB saat itu terjadi di sekitar Kampung Gulanggama dan Kampung Japaro. Kontak senjata bermula ketika tim Satgas Gakkum melihat sekelompok anggota KKB sedang membawa dua pucuk senjata melintasi Kampung Gulanggama. Satgas Gakkum pun langsung mengejar kelompok tersebut ke arah hutan dan terjadilah kontak senjata pada pukul 07.20 WIT.
Menurut data kepolisian itu, dua anggota KKB tewas dalam kontak senjata tersebut, yakni Meki Tipagau dan Kayus. "Dua warga itu tertembak karena membawa senjata dan diduga menjadi simpatisan kelompok kriminal bersenjata," ujar Ahmad.
Sementara itu, dua warga sipil juga terluka dalam peristiwa tersebut, yakni Hertina Sani dan Kina Sani. Tim medis membawa Kina ke Timika untuk mendapatkan perawatan. Sementara, Maria menjalani perawatan di Sugapa, ibu kota Intan Jaya.