Wisata Berbalut Olahraga Jadi Magnet Baru Pariwisata Jabar
Penyelenggaraan ajang olahraga berpotensi besar ikut mempromosikan berbagai obyek wisata di Jawa Barat. Tak sekadar menikmati pemandangan sembari berolahraga, kisah sejarah, kuliner, dan budaya masyarakat di sekitarnya.
CIREBON, KOMPAS — Penyelenggaraan ajang olahraga berpotensi besar ikut mempromosikan berbagai obyek wisata di Jawa Barat. Tidak sekadar menikmati pemandangan sembari berolahraga, kisah sejarah, kuliner, dan budaya masyarakat di sekitarnya menjadi daya tarik utama untuk menarik wisatawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, promosi olahraga berbalut wisata tengah menjadi tren anyar di Jabar. Obyek wisata yang dipromosikan seperti kawasan perkotaan, pegunungan, waduk, dan pantai. Peserta bukan hanya masyarakat Indonesia, melainkan juga mancanegara.
Di Cirebon, jelajah Sepeda Lipat Challenge Cirebon-Bandung atau Seli Ceban digelar untuk pertama kalinya pada Sabtu (22/2/2020). Menempuh rute sepanjang 144 kilometer, acara yang digelar Jelajah Lintas Nusa (JLN) ini diikuti 125 pesepeda lipat dari sejumlah daerah.
Dimulai dari depan Gedung Balai Kota Cirebon yang berusia hampir seabad, para pesepeda memulai perjalanan ke Kota Bandung, Jabar, Sabtu pagi. Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Agus Suherman bersama Direktur JLN Nugroho F Yudho turut melepas pesepeda diiringi tarian topeng.
Jika di Inggris sepeda lipat digunakan buat kerja karena praktis saat naik kereta, di Indonesia sepeda seharga belasan juta hingga puluhan juta rupiah itu dipakai tur ratusan kilometer. Pengusaha, karyawan swasta, hingga dokter turut meramaikan ajang tersebut.
Baca juga : Wisata Olahraga Dorong Ekonomi Daerah
Selama perjalanan, peserta melintasi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Majalengka, Sumedang, dan finis di Mal Paris van Java, Kota Bandung, Sabtu petang. Sepanjang rute, peserta disuguhi pemandangan sawah terasering serta udara sejuk di ketinggian hingga 874 meter di atas permukaan laut. Tanjakan Nyalindung, Tomo, hingga kawasan bersejarah Cadas Pangeran turut menantang daya tahan peserta.
Selain kaya akan pemandangan dan sejarah, wilayah Cirebon dan sekitarnya juga telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai. Lebih dari 190 perjalanan kereta api melintasi Cirebon setiap hari. Sekitar 1 jam dari Cirebon, beroperasi Bandara Internasional Jabar Kertajati di Majalengka. Jalan Tol Cikopo-Palimanan juga mempercepat akses dari Jakarta ke Cirebon.
”Kalau naik sepeda lipat Jakarta-Bandung, sudah biasa. Akan tetapi, Cirebon-Bandung ini yang baru. Di Cirebon, kami makan nasi jamblang dan empal gentong. Kulinernya mantap,” kata Dwi Budhiarto (60), peserta Seli-Ceban. Bersama 11 peserta lainnya, termasuk kembaran Dwi Budianto, pengusaha asal Jakarta ini naik sepeda lipat dari Cikampek ke Cirebon, lebih dari 140 km.
Nugroho F Yudho mengatakan, Cirebon menjadi pilihan titik keberangkatan karena kaya dengan sejarah dan kuliner khas. Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Goa Sunyaragi yang berusia ratusan tahun terdapat di kota seluas 37 kilometer persegi itu. Dari target 110 peserta, 125 peserta tercatat mengikuti kegiatan itu.
”Ke depan, kami berharap jelajah sepeda lipat di Cirebon dan sekitar kaki Gunung Ciremai,” ujarnya.
Gunung tertinggi di Jabar, sekitar 3.078 mdpl, itu berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam. ”Kami berharap ajang ini berlanjut tahun depan dan Cirebon semakin dikenal. Kunjungan wisatawan pun meningkat,” kata Nugroho.
Agus Suherman mengatakan, tahun lalu, wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon sekitar 1,7 juta orang, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sekitar 1,5 juta wisatawan. Tahun ini, kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon ditargetkan lebih dari 2 juta orang.
Kami berharap ajang ini berlanjut tahun depan dan Cirebon semakin dikenal. Kunjungan wisatawan pun meningkat. (Nugroho F Yudho)
Tour de Linggarjati
Kabupaten Kuningan lebih dulu menggarap wisata olahraga. Sejak 2015, Kuningan menggelar Tour de Linggarjati dengan menyuguhkan tanjakan tajam dan sejarah Gedung Linggarjati, tempat perundingan delegasi Indonesia mempertahankan kemerdekaan pada 1946. Tahun lalu, 451 peserta turut mendaftar, termasuk 59 atlet luar negeri.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan Dian Rachmat Yanuar mengatakan, ajang itu turut menarik wisatawan ke daerah. Ketika pertama kali digelar 2015, wisatawan di Kuningan tercatat 1,2 juta orang. Tahun lalu, jumlahnya mencapai sekitar 5 juta orang.
Pengelola Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, juga tidak ingin ketinggalan. Pada 20-21 Juni 2020 bakal digelar The 2nd Jatiluhur Stand Up Paddle and Kayak Exhibition. Ikut didukung Pemprov Jabar, ajang ini sukses digelar pertama kali setahun lalu.
Stand up paddle (SUP) merupakan olahraga air yang bisa dimainkan di danau, sungai, dan laut. Olahraga ini gabungan dari olahraga papan seluncur dan kayak yang melaju di atas permukaan air. Para penikmat olahraga air ini dapat merasakan sensasi menatap matahari terbenam di Jatiluhur.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta II, pengelola Jatiluhur, U Saefudin Noer mengatakan, Jatiluhur menyajikan obyek wisata perahu, wisata kuliner, dan wahana Jatiluhur Water World. Pengunjung dapat menikmati menu ikan bakar dan sate maranggi pada deretan restoran di tepi waduk.
”Pemandangan alam berupa pepohonan hijau dan pegunungan akan menemani wisatawan saat mencoba olahraga air di sini,” katanya.
Selain meningkatkan jumlah kunjungan, Saefudin berharap, adanya spot baru ini dapat berdampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar, antara lain usaha kecil, warung, restoran, dan hotel.
Berdasarkan data Unit Usaha Pariwisata dan Air Minum Dalam Kemasan Perum Jasa Tirta II, jumlah kunjungan wisatawan lokal selama tiga tahun terakhir di Jatiluhur menurun. Pada tahun 2016 tercatat 221.761 kunjungan wisatawan. Namun, pada 2017 berkurang menjadi 211.779 orang dan menurun lagi pada 2018 menjadi 183.551 orang.
Saefudin menambahkan, spot olahraga air ini memiliki tantangan tersendiri, yakni kondisi cuaca dan eceng gondok. Sepanjang tahun 2019, program konservasi dan optimalisasi pengelolaan air telah dilakukan, antara lain pembersihan sumber air mulai dari Situ Cisanti, pembersihan waduk, bendung, dan saluran sepanjang Sungai Citarum.
”Spot ini dapat dinikmati pada Juni ke atas karena ketinggian air sudah dinilai pas,” kata Saefudin.
Pemandangan alam berupa pepohonan hijau dan pegunungan akan menemani wisatawan saat mencoba olahraga air di sini. (Saefudin Noer)
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, Pemprov Jabar terus menggali potensi pariwisata di semua daerah, khususnya pengembangan wisata air, yakni danau, sungai, dan irigasi. Ada empat strategi dalam mengembangkan kepariwisataan di Jabar, yakni memperbaiki akses, membuat destinasi wisata baru, menggelar acara tourism summit, dan mengakselerasi desa wisata.
”Saya selalu bilang semua tempat di Indonesia adalah destinasi pariwisata. Saya bahkan menginstruksikan dinas sumber daya air supaya jangan hanya irigasi saja yang diurus. Tetapi, sungainya, danaunya, setiap permukaan air harus ada fungsi sosial ekonominya. Itulah prinsip yang kami terapkan tentang pentingnya memberikan nilai tambah,” ujarnya.
Dukungan serupa juga diberikan Pemprov Jabar dalam mengembangkan potensi Waduk Jatigede di Sumedang. Tahun ini, Bersama Pemkab Sumedang, Waduk Jatigede bakal dijadikan sebagai kawasan ekonomi khusus pariwisata unggulan. Alokasi dana yang disediakan Pemprov Jabar mencapai Rp 30 miliar.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan, dana itu nantinya akan digunakan untuk membangun beragam obyek wisata, salah satunya Pasir Cinta atau landasan olahraga paralayang. Olahraga ekstrem ini belakangan sangat diminati masyarakat dari berbagai kalangan.
”Semua penataan Jatigede ini akan diperbaiki dan dilengkapi di tahun ini. Harapannya akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumedang,” ujar Dony.
Baca juga : Olahraga air Dorong Kunjungan ke Jatiluhur