Penanganan Keluhan Warga via Aplikasi Ponsel di Tomohon
Pemerintah Kota Tomohon, Sulawesi Utara, mendorong transformasi menuju kota cerdas dengan membuka saluran pelaporan dalam jaringan bagi keluhan warga. Teknologi ini diharapkan memangkas birokrasi pelayanan publik.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
TOMOHON, KOMPAS — Pemerintah Kota Tomohon, Sulawesi Utara, mendorong transformasi menuju kota cerdas dengan membuka saluran pelaporan dalam jaringan bagi keluhan warga. Teknologi berbasis ponsel pintar diharapkan dapat memangkas birokrasi untuk menyampaikan permasalahan kota, seperti sampah, banjir, dan kebakaran.
Langkah ini diwujudkan Pemkot Tomohon dengan menggandeng Qlue, perusahaan penyedia perangkat lunak dan keras penopang layanan kota cerdas. Pemkot menggelontorkan dana sekitar Rp 500 juta untuk memanfaatkan perangkat lunak dasbor Qlue selama tiga tahun sejak Selasa (20/2/2020).
Wali Kota Tomohon Jimmy Eman mengatakan, Tomohon telah dipilih Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam 25 kota yang akan dibina menjadi kota cerdas (smart city). Langkah ini sudah dimulai sebelumnya di Tomohon dengan pembukaan layanan darurat telepon 112 sejak akhir Januari 2020.
”Call center 112 ini sudah banyak berfungsi. Terakhir (Jumat, 31/1/2020), beberapa mahasiswa yang membutuhkan bantuan ketika mendaki Gunung Lokon segera ditolong BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setelah mereka menelepon. Software Qlue diharapkan bisa melengkapi layanan itu dengan mempermudah melaporkan keluhan,” katanya.
Saat ini, Tomohon sudah memiliki pusat komando (command center) untuk menyimpan data terkait pelayanan pemkot bagi masyarakat. Terdapat enam kamera pemantau (CCTV) untuk mengawasi situasi kota.
Jimmy mengatakan, dasbor Qlue akan mengintegrasikan data, seperti jumlah penduduk tiap kecamatan, klinik serta puskesmas, sekolah, dan tempat ibadah. Data tersebut dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan strategis.
Laporan akan diterima di dasbor pusat komando sehingga lembaga terkait langsung dapat bertindak mengatasinya.
Di samping itu, Qlue yang dapat diunduh warga kota di ponsel pintar juga bisa memangkas alur birokrasi. Keluhan, seperti tumpukan sampah, parkir liar, pelanggaran lalu lintas, kebakaran, dan iklan liar, dapat dilaporkan warga dengan mengunggah foto dan teks di aplikasi Qlue. Laporan akan diterima di dasbor pusat komando sehingga lembaga terkait langsung dapat bertindak mengatasinya.
”Keluhan masyarakat akan menjadi bahan evaluasi pemerintah meningkatkan layanan publik. Sudah ada sembilan SKPD (satuan kerja perangkat daerah) yang terhubung dengan dasbor Qlue. Saya yakin Qlue akan meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada,” katanya.
Chief Commercial Officer Qlue Maya Arvini mengatakan, Tomohon adalah kota ke-23 di Indonesia yang menggunakan layanan Qlue. Kota seperti Jakarta, Makassar, Kupang, Tarakan, dan Belitung telah lebih dulu bermitra. Tomohon juga menjadi wilayah ketiga di Sulut yang menggunakan Qlue setelah Manado dan Minahasa.
Kerja sama dengan Pemkot Tomohon pun lebih mudah karena sudah ada pusat komando. Perangkat lunak Qlue tinggal mengintegrasikan data dan membuka saluran pelaporan.
Aplikasi Qlue, kata Maya, dapat mendorong transparansi dalam pemerintahan kota. Laporan masyarakat dapat diunggah melalui aplikasi Qlue semudah mengunggah foto dan teks singkat di Instagram. Dinas atau badan terkait wajib menindaklanjuti keluhan tersebut dan melaporkannya via aplikasi yang sama.
Respons pemkot atas laporan masyarakat pun dapat diukur. Jakarta, misalnya, menempati urutan pertama dengan tingkat penyelesaian keluhan 91 persen. Manado dan Makassar menyusul pada dua peringkat di bawahnya.
”Laporan masyarakat kami beri label merah jika belum ditanggapi, jingga jika sudah diterima, dan hijau jika sudah diselesaikan. Warga kota nanti bisa melihat, keluhan dan masukan mereka ditindaklanjuti atau tidak oleh task force terkait. Dengan begitu, pekerjaan pemerintah kota akan lebih terukur, kepercayaan publik juga bisa dijaga,” katanya.
Warga kota nanti bisa melihat, keluhan dan masukan mereka ditindaklanjuti atau tidak oleh task force terkait.
Pembukaan saluran laporan melalui aplikasi ponsel hanyalah langkah awal dari penerapan kota cerdas. ”Tomohon sudah punya enam CCTV, tapi masih yang biasa, bukan yang berteknologi artificial intelligence. Di masa depan, kami terbuka untuk bentuk-bentuk kerja sama lainnya,” kata Maya.
Chief Executive Officer Qlue Rama Aditya mengatakan, 84 persen dari 98.013 penduduk Tomohon memiliki ponsel pintar. Sebagian besar juga telah menikmati akses internet. ”Solusi teknologi dari Qlue akan membantu pemkot Tomohon merespons berbagai masalah kota demi meningkatkan kualitas hidup warga,” katanya.