Memasuki tahun ketiga program Citarum Harum, Sungai Citarum di Jawa Barat masih tercemar sampah domestik. Dibutuhkan kerja keras semua pihak agar target memulihkan Citarum dalam tujuh tahun tercapai.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Memasuki tahun ketiga program Citarum Harum, Sungai Citarum di Jawa Barat masih tercemar sampah domestik. Dibutuhkan kerja keras semua pihak agar target memulihkan Citarum dalam tujuh tahun bakal tercapai.
Setelah dua tahun Citarum Harum bergulir, sampah permukaan di Citarum dan anak-anak sungainya mulai berkurang. Namun, pencemaran sampah di sungai terpanjang di Jabar itu belum tuntas.
Hampir setiap hujan lebat, banyak sampah terbawa aliran sungai dan menumpuk di sekitar jembatan. Sebagian besar merupakan sampah domestik, seperti kantong plastik, kaleng, kayu, dan styrofoam.
Salah satu titik penumpukan sampah berada di Jembatan Cisangkuy di Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. ”Setiap setelah hujan, banyak sampah menumpuk karena tertahan jembatan. Sampah-sampah itu akan mengalir ke Citarum saat air mulai surut,” ujar Solihin (35), warga Andir, Senin (10/2/2020).
Dua pekan lalu, lokasi tersebut dipenuhi sampah sepanjang 30 meter dan lebar 15 meter. Permukaan Sungai Cisangkuy yang merupakan anak Sungai Citarum lebih mirip daratan.
Menurut Solihin, sampah-sampah itu terbawa dari hulu. ”Sampah akan menumpuk sekitar tiga jam setelah hujan lebat,” ujarnya.
Setelah dua tahun Citarum Harum bergulir, sampah permukaan di Citarum dan anak-anak sungainya mulai berkurang. Namun, pencemaran sampah di sungai terpanjang di Jabar itu belum tuntas.
Enjang (40), warga lainnya, mengatakan, warga tidak bisa membersihkan sampah-sampah tersebut karena keterbatasan alat. Apalagi, kebanyakan rumah warga kebanjiran sehingga mereka lebih memprioritaskan mengevakuasi diri.
”Biasanya ada petugas (Satgas Citarum Harum) yang mengangkut sampahnya. Namun, kalau airnya keburu surut, sampah-sampah itu hanyut ke Citarum,” ujarnya.
Lokasi lainnya yang menjadi titik penumpukan sampah saat hujan lebat adalah di Jembatan Citarum, perbatasan antara Baleendah dan Dayeuhkolot serta Jembatan Cijagra, Bojongsoang, di pertemuan Sungai Cikapundung dan Citarum.
Upaya mengurangi pencemaran sampah telah dilakukan di hulu Citarum. Di Desa Sukapura, Kecamatan Kertasari, misalnya, warga mendirikan Komunitas Peduli Lingkungan Hidup (KPLH) Warisan Alam yang mengelola bank sampah.
Bank sampah itu juga memanfaatkan sampah plastik berupa kemasan makanan dan minuman menjadi paving block. Komunitas itu baru bisa memproduksi 250 paving block per pekan dengan mengolah 500 kg sampah plastik. Padahal, kapasitas maksimal produksinya mencapai 250 paving block per hari.
”Jika kapasitas maksimalnya terpenuhi, ada 500 kg sampah plastik yang bisa diolah sehingga tidak terbuang ke Citarum,” ujar Ketua KPLH Warisan Alam Rendi Firmansyah.
Sementara itu, dalam laporannya ke Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi beberapa hari lalu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan kemajuan program Citarum Harum selama dua tahun. Satgas telah mengangkat 112.933,92 ton sampah domestik dari Citarum dan anak-anak sungainya.
”Banyak progres di lapangan. Kita sudah naik dari cemar berat menjadi cemar sedang. Tahun depan targetnya cemar ringan,” ujarnya.
Kamil mengatakan, pihaknya mengedukasi warga agar ikut membenahi Citarum. Sosialisasi untuk melestarikan lingkungan juga melibatkan kuliah kerja nyata mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Jabar.
”Banjir juga sudah berkurang. Dari yang sebelumnya genangan 480 hektar menjadi 80 hektar,” ujarnya.
Terkait penertiban keramba jaring apung (KJA), Kamil telah mengeluarkan keputusan bernomor 660.31/Kep.923.DKP/2019 tertanggal 1 November 2019 tentang jumlah KJA di Waduk Cirata, Waduk Saguling, dan Waduk Jatiluhur.
Kuota maksimal KJA yang diizinkan di tiga waduk tersebut masing-masing Waduk Cirata 7.204 unit, Waduk Saguling 3.282 unit, dan Waduk Jatiluhur 11.306 unit.
Citarum berperan strategis karena menopang kehidupan lebih dari 25 juta penduduk Jabar dan DKI Jakarta. Sungai sepanjang 297 kilometer ini mengaliri sekitar 420.000 hektar sawah di kawasan lumbung padi, seperti Subang, Purwakarta, Karawang, dan Indramayu.
Aliran sungainya juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air di Jatiluhur, Saguling, dan Cirata sebesar 1.888 megawatt. Oleh sebab itu, saat mengunjungi Kertasari, Februari 2018, Presiden Joko Widodo menargetkan pemulihan Citarum harus diselesaikan dalam tujuh tahun.