Kesenian Tradisional Semarakkan Perayaan Cap Go Meh di Magelang
Sebanyak 15 kelompok kesenian terlibat memeriahkan perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan Tempat Ibadat Tri Dharma Liong Hok Bio di Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/2/2020).
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 15 kelompok kesenian terlibat memeriahkan perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan oleh Tempat Ibadat Tri Dharma Liong Hok Bio di Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/2/2020). Sebagian besar di antaranya adalah kelompok kesenian tradisional lokal, yang kemudian berkolaborasi dengan kesenian khas Tionghoa, seperti liong dan barongsai.
Kelompok kesenian tradisional yang terlibat antara lain kelompok kesenian topeng ireng, soreng, kuda lumping, dan dolalak. Selain dari Kota Magelang, kelompok kesenian ini berdatangan dari sejumlah wilayah, seperti Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo.
Ketua Yayasan Tri Bhakti Paul Chandra Wesi Aji mengatakan, kesenian tradisional selalu menjadi komponen penting yang tidak bisa ditinggalkan dalam Cap Go Meh. Keterlibatan kesenian itu menunjukkan bahwa warga Tionghoa beserta adat tradisinya sudah melebur dalam masyarakat sekitar sehingga perayaan Cap Go Meh juga menjadi bentuk tradisi perayaan bersama.
”Melalui tradisi ini, kami ingin menunjukkan bahwa perayaan Cap Go Meh adalah perayaan untuk semua orang. Cap Go Meh bisa dirayakan oleh kita semua,” ujarnya, Sabtu (8/2/2020). Yayasan Tri Bhakti adalah yayasan yang menaungi Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio.
Perayaan Cap Go Meh adalah perayaan untuk semua orang.
Dalam perayaan Cap Go Meh itu, warga Tionghoa terlebih dahulu mengawali perayaan dengan sembahyang bersama. Setelah itu, sekitar pukul 09.00, barulah dilakukan kirab budaya dengan melibatkan ratusan orang. Selain seniman dari kelompok kesenian, peserta kirab lainnya adalah kelompok Pasukan Pengibar Bendera dan perwakilan dari Paguyuban Umat Beriman Magelang.
Kirab menempuh jarak sekitar 4 kilometer di sekitar kawasan Pecinan, Kota Magelang. Di sepanjang jalan, banyak orang berjubel menonton. Sebagian besar datang dengan membawa keluarga, termasuk anak-anak. Pelaksanaan kirab dijaga oleh polisi dan sejumlah organisasi lain seperti Banser di sepanjang jalan.
Supardi, koordinator kelompok kesenian perayaan Cap Go Meh, mengatakan, bagi masyarakat Kota Magelang, perayaan Cap Go Meh adalah perayaan budaya bersama. Dalam perayaan itu, setiap kelompok kesenian mencoba menampilkan pentas terbaiknya dengan melakukan persiapan dan latihan-latihan khusus.
Kirab bukan menjadi ajang pentas asal-asalan karena ada seleksi khusus bagi penampil. Hanya penampil yang menampilkan aksi terbaik yang akan kembali diundang pada perayaan Cap Go Meh berikutnya. Adapun bagi pendaftar baru, panitia melakukan seleksi terlebih dahulu.
Lilis Setyaningsih, Ketua Kelompok Kesenian Dolala, Egol Langen Krido Santoso, asal Desa Kalijoso, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, mengatakan, pihaknya sangat senang bisa diundang tampil untuk kedua kalinya dalam perayaan Cap Go Meh di Kota Magelang. Acara ini dianggapnya menjadi kesempatan pentas yang memberikan pengalaman unik dengan menari di jalan raya.
Pentas ini menjadi pengalaman berharga yang memperkuat mental penari sehingga semakin percaya diri untuk menari. Sebab, para penari harus menari di sepanjang jalan dan ditonton banyak orang.
”Bagi kami, perayaan Cap Go Meh ini menjadi ajang penting untuk memperkaya pengalaman menari dan tampil di muka umum,” ujarnya. Apalagi Kelompok Kesenian Egol Langen Krido Santoso baru dua tahun berdiri sehingga sangat membutuhkan pengalaman-pengalaman semacam ini.