Pembersihan Sampah dan Enceng Gondok di Sidoarjo Berlanjut
Upaya membersihkan sampah rumah tangga dan enceng gondok di Sungai Buntung, Sinir, dan Sungai Waru Pesantren di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus dilakukan hingga Selasa (21/1/2020).
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Upaya membersihkan sampah rumah tangga dan enceng gondok di Sungai Buntung, Sinir, dan Sungai Waru Pesantren di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus dilakukan hingga Selasa (21/1/2020). Langkah itu menjadi upaya awal mengembalikan fungsinya dan mencegah banjir di musim hujan.
Pembersihan tiga sungai dimulai sejak Senin (20/1). Namun, pembersihan secara manual melibatkan ratusan relawan itu belum mampu mengatasi tumpukan sampah dan enceng gondok secara tuntas. Sampah terlanjur mengeras tersedimentasi di dasar sungai. Sampah juga tersangkut di konstruksi jembatan yang rendah sehingga sulit diambil.
Kondisi itu diperparah jenis sampah yang sangat beragam, mulai dari kemasan makanan minuman, bantal, guling, kasur pegas, hingga batang pohon yang besar. Dibutuhkan alat berat untuk mengeruk sedimentasi sampah dan beragam perabot rumah tangga. Namun, alat berat tak memiliki akses yang ideal karena bantaran sungai diokupasi bangunan liar.
Memasuki hari kedua pembersihan sungai, relawan lebih fokus mengerjakan Sungai Sinir yang dipenuhi enceng gondok. Upaya pembersihan tersebut baru membuahkan hasil maksimal setelah dikerahkan sebuah eskavator. Agar alat berat bisa menjangkau bibir sungai, tembok pagar Kantor Balai Harta Peninggalan (BHP) Surabaya terpaksa dijebol.
Tidak hanya itu, agar alat berat bisa masuk ke halaman kantor BHP, pintu gerbang depan harus dibuka lebih dulu. Aksesibilitas alat berat untuk mencapai sungai menjadi hambatan utama pemeliharaan. Padahal, tanpa alat berat, pengerukan sedimentasi tidak mungkin dilakukan. Apalagi material yang mengendap telah mengeras.
“Upaya pembersihan sungai akan terus dilanjutkan. Pekerjaan pembersihan di Sungai Buntung lebih banyak melibatkan TNI AL dari Marinir Karang Pilang Surabaya,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim Subhan Wahyudiono.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim Yanuar Rachmadi menambahkan, setelah menuntaskan Sungai Sinir, rencananya pembersihan dilanjutkan ke Sungai Buntung, Rabu (22/1). Pembersihan Sungai Buntung sulit dilakukan karena tidak ada celah atau akses untuk alat berat.
Dia mengatakan, dibutuhkan eskavator ponton yang bisa mengapung. Namun alat itu masih didatangkan Balai Besar Wilayah (BBWS) Sungai Brantas. Sebagai gambaran, kedalaman sungai di beberapa titik tinggal 50 sentimeter, padahal seharusnya 3 meter.
Seperti yang tergambar di harian Kompas, Jumat (17/1), permukaan sungai dijejali sampah dan enceng gondok. Foto itu direspon Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang selanjutnya menggerakkan BPBD Jatim resik-resik kali. Namun pembersihan melibatkan ratusan relawan di hari pertama belum maksimal sehingga dilanjutkan pada berikutnya hingga tuntas.
Upaya pembersihan sungai akan terus dilanjutkan. Pekerjaan pembersihan di Sungai Buntung lebih banyak melibatkan TNI AL dari Marinir Karang Pilang Surabaya. (Subhan Wahyudiono)
Bangunan liar
Camat Waru Fredik Suharto mengatakan, terdapat 1.300 bangunan liar di sepanjang Sungai Buntung yang melintasi Waru. Bangunan itu membentang mulai dari Desa Bungurasih, Waru, hingga Desa Tambakrejo.
Bangunan liar yang mengokupasi Sungai Buntung dari hulu-hilir lebih banyak lagi. Jumlahnya bisa mencapai tiga kali lipat lebih banyak. Data BBWS Brantas, Sungai Buntung berhulu di Kecamatan Krian, melintasi Kecamatan Taman, Waru, dan Sedati sebelum sampai di muara. Di sepanjang daerah yang dilintasi itu, bantaran sungainya terokupasi bangunan liar yang telah berdiri selama puluhan tahun.
Kondisi sungai pun sangat menyedihkan karena kemampuannya mengalirkan air tinggal 10 persen, yakni 20-25 meter kubik per detik dari seharusnya 200 meter kubik per detik. Oleh karena itulah, kendati pengelolaan Sungai Buntung berada dalam kewenangan BBWS Brantas tapi pemeliharaannya mustahil dilakukan tanpa keterlibatan Pemkab Sidoarjo dan Pemprov Jatim.