Deteksi Tsunami, Stasiun Pasang Surut Dipasang di Ambon
Sistem peringatan dini tsunami berupa alat pendeteksi pasang surut dipasang di Pulau Ambon, Maluku, Rabu (11/12/2019).
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON KOMPAS — Sistem peringatan dini tsunami berupa alat pendeteksi pasang surut dipasang di Pulau Ambon, Maluku, Rabu (11/12/2019). Alat itu menjadi sumber informasi berharga, sekaligus peringatan bagi masyarakat apabila terjadi gempa berpotensi tsunami. Hal ini juga menunjang upaya mitigasi dan evakuasi mandiri masyarakat dengan mengenali karakter gempa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, seusai menghadiri peresmian stasiun pemantauan pasang surut Ambon, mengatakan, pemilihan titik pemasangan alat itu didasarkan pada tingginya risiko bencana gempa dan tsunami. Ambon dan hampir semua wilayah di Maluku masuk kategori itu.
Titik pemasangan alat itu berada di Desa Eri, Kecamatan Nusaniwe, sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Ambon. Pesisir desa itu berada di Teluk Ambon bagian luar yang berhadapan langsung dengan Laut Banda. Eri dan belasan desa di Teluk Ambon bagian luar itu termasuk kawasan padat penduduk. Itu belum termasuk desa-desa pesisir Pulau Ambon di sisi utara dan selatan yang warganya banyak bermukim di pinggir pantai.
Pulau Ambon dikelilingi Laut Banda dan Laut Seram. Wilayah itu pernah dilanda gempa besar dan juga tsunami. Catatan Georg Evehard Rumphius dalam ”De Levensbeschrijving van Rumphius” yang dialihbahasakan oleh Frans Rijoly, gempa besar diikuti tsunami pernah terjadi di Ambon pada 17 Februari 1674. Sekitar 2.300 orang meninggal.
Doni kembali mengingatkan bahwa tsunami berpotensi terulang. Ia mencontohkan, tsunami di Aceh tahun 2004 merupakan yang kesekian kalinya. Berdasarkan hasil penelitian pada lapisan tanah, diperkirakan tsunami pernah terjadi belasan kali sebelumnya di daerah tersebut. Pola tsunami berulang juga terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, wilayah sisi selatan Sumatera, selatan Jawa, hingga timur Indonesia.
Keberadaan alat pendeteksi pasang surut itu diharapkan membantu masyarakat dalam menghadapi bencana gempa. Jika terdeteksi surut jauh pascagempa berkekuatan di atas magnitudo 7, masyarakat diminta segera meninggalkan pesisir dan mencari dataran tinggi dalam waktu secepatnya.
”Alat itu hanya membantu dan bisa saja tidak berfungsi manakala rusak akibat gempa besar. Ikuti saja prosedur penyelamatan diri,” kata Doni.
Ia menjelaskan, jika guncangan gempa terasa lebih dari 20 detik, masyarakat diminta segera meninggalkan pesisir karena berpotensi tsunami. Secepat mungkin diupayakan, kurang dari 20 menit, warga sudah berada pada ketinggian di atas 20 meter. Jarak aman adalah lebih dari 1 kilometer dari pinggir pantai.
Doni kembali menekankan mitigasi lewat penanaman vegetasi yang dapat meredam kekuatan dan laju tsunami yang mencapai 700 kilometer per jam. Salah satunya adalah menanam mangrove. Sayangnya, mangrove di pesisir Teluk Ambon terus dibabat. Luasan mangrove pada 1986 tercatat 49,5 hektar, tetapi pada 2018 telah menyusut hingga kurang dari 30 hektar.
Dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Kepala Badan Informasi Geospasial Hasanuddin Zainal Abidin mengatakan, sistem peringatan dini yang dipasang oleh pihaknya itu ikut mengurangi risiko bencana. Menurut dia, musuh terbesar Indonesia adalah bencana alam. Dalam hal kegempaan, Indonesia berada pada tiga lempeng aktif di dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Indo-Pasifik.
”Saya orang Aceh, maka dari itu, saya memahami betul bagaimana bahaya dari fenomena tersebut seperti yang terjadi pada 2004. Bencana alam adalah musuh laten Indonesia yang sebenarnya. Oleh karena itu, penanggulangan bencana harus lebih baik. Saya harap, warga Ambon juga dapat bersama-sama merawat alat ini dengan baik sebagai peringatan dini,” tutur Hasanuddin.
Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno mengucapkan terima kasih atas pemasangan alat itu. Ia berjanji untuk menjaga sistem peringatan dini tersebut. Bagi Barnabas, sistem tersebut sangat penting karena dapat memberikan informasi dini tentang fenomena tsunami sehingga diharapkan dapat mencegah jatuhnya korban jiwa apabila terjadi bencana gempa yang disusul tsunami.