Pemijahan Serentak Terumbu Karang Perlu Diproteksi
Hasil penelitian tim dari Universitas Diponegoro menunjukkan kondisi terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, Jepara, masih baik. Itu tampak dari terjadinya pemijahan atau proses pembuahan serentak. Proteksi dibutuhkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Hasil penelitian tim dari Universitas Diponegoro menunjukkan, kondisi terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, masih baik. Hal itu tampak dari terjadinya pemijahan atau proses pembuahan serentak. Namun, proteksi juga dibutuhkan.
Penelitian itu mengantarkan dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Diah Permata Wijayanti, menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Laut (Koralogi) pada universitas tersebut. Pengukuhan dilakukan di kampus Undip, Kota Semarang, Jateng, Kamis (14/11/2019).
Melalui pengamatan aktivitas reproduksi populasi karang Acropora selama 2008-2012, ditemukan persentase pemijahan serentak pada Maret-April dan September-Oktober berkisar 26-65 persen. ”Namun, belum ada perlindungan pada masa-masa itu. Misalnya, ada kapal melintas,” kata Diah.
Diah menuturkan, pemahaman tentang mode reproduksi yang dominan di satu kawasan terumbu karang sangat penting untuk pengelolaan. Kerentanan dari berbagai tekanan, seperti kapal yang melintas, dapat mengganggu reproduksi sehingga jumlah koloni karang yang baru akan berkurang.
Saat ini, tingkat keramaian di Karimunjawa, sebagai salah satu destinasi wisata, terus meningkat. ”Sebelumnya, saat terjadi angin baratan atau timuran, tidak ada kapal yang melintas sehingga reproduksi terumbu karang bisa berjalan baik. Namun, sekarang, kapal-kapal lebih banyak melintas,” ujarnya.
Selain dari kapal, saat ini juga ada tekanan dari sejumlah tambak. Karena itu, ia berharap semua elemen menjaga sumber daya alam yang terbatas di Karimunjawa. Pengembangan pariwisata yang mengedepankan konsep keberlanjutan akan menjaga ekosistem terumbu karang dengan baik.
Diah menuturkan, penelitian mengenai terumbu karang di Karimunjawa akan terus dilakukan timnya. ”Ke depan, akan dicoba pemanfaatan lebih praktis, seperti untuk obat dan kosmetik. Namun, di samping itu, masih banyak potensi terumbu karang yang perlu digali lagi,” ujarnya.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip Tri Winarni Agustini mengemukakan, pihaknya mendukung akan penelitian yang dilakukan Diah. Ia berharap, semakin banyak riset dan inovasi yang mendorong peningkatan daya dukung lingkungan, termasuk di laut.
Kemaslahatan masyarakat
Selain Diah, pada Kamis, dikukuhkan juga dosen FPIK Undip lainnya, yakni Denny Nugroho Sugianto sebagai Guru Besar Bidang Oseanografi. Ia menyampaikan pidato ”Kalender Digital Rob: Strategi Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir”.
Selain itu, juga dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Faisal yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Akuntansi. Ia menyampaikan pidato dengan judul ”Membangun Legitimasi Institusi Melalui Akuntansi dan Pelaporan Keberlanjutan”.
Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, mahkota sebenarnya dari jabatan guru besar yakni memiliki kemampuan untuk mencetak berbagai karya dan inovasi untuk kemaslahatan umat manusia. Karena itu, hasil penelitian dan inovasi mesti bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Saat ini, Undip telah memiliki 131 guru besar dan ditargetkan bertambah menjadi 136 guru besar pada akhir 2019. Salah satu upaya mendukung riset dan inovasi di Undip, menurut Yos, dengan memutakhirkan peralatan di setiap laboratorium pendidikan dan penelitian.