Ribuan mahasiswa asal Kota Semarang berunjuk rasa di depan kompleks Gubernuran dan DPRD Jawa Tengah, Selasa (24/9/2019). Tekanan massa membuat pagar kompleks itu roboh.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ribuan mahasiswa asal Kota Semarang berunjuk rasa di luar pagar gedung DPRD Jawa Tengah, yang satu kompleks dengan Gubernuran, Selasa (24/9/2019). Tekanan massa membuat pagar roboh. Mahasiswa pun diajak berdemonstrasi dengan cara cerdas.
Sejak sekitar pukul 09.00, mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Semarang berkumpul di sekitar Jalan Pahlawan, Kota Semarang. Mereka kemudian melakukan long march dari patung kuda Pleburan menuju kawasan Simpang Lima dan berakhir di depan pagar Gedung DPRD Jateng.
Kelompok bernama Aliansi Semarang Raya tersebut menilai, pemerintah dan DPR bersekongkol membangkitkan kembali Orde Baru. Hal itu, antara lain, tampak dari revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah disahkan. Hal itu dinilai dapat melemahkan KPK.
Juru bicara aksi, Cornel Gea, menuntut Presiden Joko Widodo membuat peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) mengenai pencabutan UU KPK. Massa pun mempermasalahkan RUU Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan RUU Pertanahan yang bakal disahkan.
Menurut dia, Reformasi 1998 belum sepenuhnya memenggal kepala Orde Baru sehingga Orde Baru dinilainya tak benar-benar mati. ”Reformasi belum tuntas dipenuhi,” kata Gea.
Perwakilan mahasiswa lain, M Shofi Tamam, menuturkan, pihaknya akan terus menolak RUU KUHP dan meminta perppu UU KPK. ”Kami harap pemerintah dan DPR mendengar. Ini untuk masyarakat yang lebih baik serta agar demokrasi bisa terus ditegakkan,” ucapnya.
Sejak tiba di depan pagar Gedung DPRD Jateng yang tertutup, massa meminta bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ratusan polisi berjaga. Namun, lantaran Ganjar tak kunjung datang, massa yang berunjuk rasa tepat di depan pagar terus menekan hingga pagar kompleks itu roboh.
Tak lama setelah kejadian itu, sekitar pukul 12.00, Ganjar datang menemui para peserta unjuk rasa. ”Saya berharap rakyat Jateng bisa berdemo dengan gaya lain. Dengan gaya dialogis dan cerdas. Apa pun tuntutan yang Anda sampaikan akan kami sampaikan kepada Presiden,” ujar Ganjar.
Ganjar mempersilakan sejumlah perwakilan mahasiswa untuk masuk ke ruangannya. Namun, mereka hanya meminta Ganjar mendengarkan sejumlah tuntutan yang dibacakan, lalu menandatanganinya. Ganjar menyanggupi dan berjanji meneruskan aspirasi itu kepada pemerintah pusat.
Ganjar mengatakan, ia sebenarnya berharap tak ada anggaran keluar untuk memperbaiki pagar yang roboh. ”Itu uang Anda dan kami sebenarnya sangat welcome. Sekarang, saya akan teruskan aspirasi dan besok kita perbaiki taman yang rusak bersama,” ujarnya. Mahasiswa pun menyanggupi.
Sekitar pukul 13.00, massa mulai membubarkan diri. Namun, sebagian kelompok mahasiswa memilih tetap berada di depan kompleks Gubernuran dan DPRD Jateng. Beberapa di antaranya duduk-duduk di pagar yang roboh. Sejumlah mahasiswa lain melakukan konvoi mengendarai sepeda motor.