Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menggelar program sekolah Lingkungan Sampah Nihil (Lisan). Program itu bertujuan untuk mendidik siswa menjadi generasi yang ramah lingkungan.
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
KOMPAS/KHAERUL ANWAR
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengikuti pelatihan bioreaktor organik dan menguraikan sampah organik menggunakan larva lalat tentara hitam (black soldier fly).
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menggelar program sekolah Lingkungan Sampah Nihil (Lisan). Program tersebut bertujuan untuk mendidik siswa menjadi generasi yang ramah lingkungan.
Made Wibisana, Kepala Unit Pelaksana Teknik Daerah Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Minggu (18/8/2019), di Mataram, mengatakan, pelibatan siswa dalam penanganan sampah bermula dari kondisi riil di hampir semua sekolah. Sampah-sampah plastik dan kaleng minuman berceceran di halaman sekolah.
”Kami blusukan ke sekolah-sekolah bicara dengan para guru tentang penanganan sampah. Ternyata para guru merespons dengan baik, bahkan bersedia mendirikan bank sampah di sekolah,” ujar Wibisana.
Wibisana mengatakan, para guru membuat organisasi bank sampah yang meliputi berbagai divisi. Siswa bertugas mengumpulkan, memilah, dan mengantar sampah untuk dijual ke Bank Sampah Induk UPTD Kota Mataram.
KOMPAS/KHAERUL ANWAR
Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, sedang praktik membuat produk kerajinan bahan limbah plastik.
Saat ini, ada 15 sekolah yang terdiri dari 4 SD, 6 SMP, dan 5 SMA di Kota Mataram yang memiliki bank sampah. Sampah bekas wadah minuman air mineral dan kaleng dijual Rp 2.000-Rp 6.000 per kilogram. Bank sampah induk lalu menjualnya ke penampung sejumlah bank sampah di Kota Mataram.
Sampah organik oleh para siswa diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah non-organik dijadikan bahan membuat kerajinan dan ecobrick. Dari produksi sampah 15 sekolah bisa dikumpulkan 20 ton dalam sebulan.
”Malah ada SMP yang bisa mengumpulkan 2 ton sampah sebulan,” kata Wibisana.
Kompas
Siswa Sekolah Menengah Kerajinan Negeri 8 Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, tengah merangkai limbah plastik menjadi gapura.
Gubernur NTB Zulkeflimansyah mengatakan, penanganan sampah yang dimulai sejak usia dini lewat sekolah-sekolah bisa membangun karakter peduli lingkungan. ”Kalau mau menyelesaikan persoalan sampah di NTB ataupun Mataram, ubah pola pikir masyarakat, perbaiki dulu pendidikannya, perkaya pengalamannya, dan perluas tata pergaulannya,” ujarnya.
Kalau mau menyelesaikan persoalan sampah di NTB ataupun Mataram, ubah pola pikir masyarakat, perbaiki dulu pendidikannya, perkaya pengalamannya, dan perluas tata pergaulannya.
Ketua Asosiasi Bank Sampah NTB M Syawal menilai, program Lisan mendukung program zerowaste Pemprov NTB. Program Lisan diperluas dengan melibatkan perangkat kelompok swadaya masyarakat di setiap kelurahan agar penanganan sampah menjadi lebih efektif dan maksimal.
Penanganan ini dibutuhkan mengingat tahun 2018 produksi sampah di NTB 1,5 ton per tahun. Dari total produksi sampah itu, hanya 500-600 kg sampah plastik, kertas, dan logam yang bisa dijual dan didaur ulang.