Polda Papua akan membentuk tim untuk diterjunkan ke Kabupaten Nduga. Tim ini akan memverifikasi informasi adanya pengungsi yang meninggal dan pembakaran rumah warga oleh aparat keamanan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Kepolisian Daerah Papua akan membentuk tim untuk diterjunkan ke Kabupaten Nduga. Tim ini akan memverifikasi informasi adanya pengungsi yang meninggal dan pembakaran rumah warga oleh aparat keamanan.
Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Rudolf Albert Rodja, saat ditemui di Jayapura, Kamis (15/8/2019). Rudolf mengatakan, tim tersebut akan diterjunkan ke sejumlah distrik di Nduga dalam waktu dekat. Hal ini guna mengungkap kondisi yang sesungguhnya terjadi di Nduga.
Rudolf bersama Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Yosua Pandit Sembiring telah mengunjungi Kenyam, ibu kota Nduga, pada Rabu (14/8). "Dalam kunjungan itu, kami meminta Bupati Nduga Yairus Gwijangge beserta tokoh masyarakat setempat agar membujuk kembali warga yang masih mengungsi di hutan agar segera kembali ke rumah. Situasi di Nduga masih kondusif," kata Rodja.
Ia menambahkan, Polda Papua juga akan mengambil tindakan hukum untuk menghadapi kelompok kriminal bersenjata (KKB) pascainsiden penyerangan terhadap Briptu Heidar pada Senin (12/8) di Kabupaten Puncak.
"Saya juga telah menginstruksikan kepada semua perwira dan anggota di setiap Polres untuk mengikuti standar operasi Polri, yakni selalu waspada dalam bertugas," katanya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel (Cpl) Eko Daryanto mengatakan, pihaknya siap bersinergi dengan Polda Papua untuk membuktikan kondisi warga di Nduga.
Sebelumnya, Tim Solidaritas Peduli Konflik Nduga merilis data terbaru korban meninggal asal Nduga pada 1 Agustus 2019, yakni sebanyak 182 orang. Para korban terdiri dari 90 dewasa dan 92 anak-anak.
Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua Theo Hesegem mengatakan, Tim Solidaritas Peduli Konflik Nduga terdiri dari relawan, penggiat hak asasi manusia, Majelis Rakyat Papua perwakilan Nduga, dan pihak gereja Kingmi.
"Kami bersama pengungsi mengumpulkan data jumlah pengungsi beserta dokumentasi foto selama 13 hari. Mereka meninggal karena kelaparan dan ada yang ditembak aparat keamanan. Kami siap mempertanggunjawabkan kebenaran informasi ini," ujar Theo.
Ia menegaskan, Tim Solidaritas Peduli Konflik Nduga meminta Presiden Joko Widodo segera menarik pasukan TNI dan Polri dari lokasi konflik dengan kelompok Egianus Kogoya. "Kami juga meminta pemerintah membuka akses bagi tim investigasi dari Komnas HAM maupun jurnalis untuk mengungkap dampak konflik di Nduga yang sesuai fakta di lapangan," kata Theo.