Jenazah Prada Usman Hambelo dibawa ke Timika pada Minggu (21/7/2019) siang. Jenazah prajurit asli Papua dari Kabupaten Yahukimo akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Wamena.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jenazah Prajurit Dua Usman Hambelo berhasil dievakuasi dari Kampung Yuguru, Kabupaten Nduga, ke Mimika, Minggu (21/7/2019). Usman gugur dalam kontak senjata antara TNI dan kelompok separatis bersenjata di Yuguru, Sabtu kemarin.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi di Jayapura mengatakan, Helikopter Bell 412 dengan 10 awak mengevakuasi jenazah Usman di Yuguru pada pukul 10.30 WIT.
”Helikopter dengan pilot Mayor Cpn Suwardi membawa jenazah Usman tiba di Bandara Udara Moses Kilangin Mimika pukul 11.20 WIT,” kata Aidi.
Ia menuturkan, jenazah korban yang berasal dari Yahukimo itu telah dibawa ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat untuk divisum dan dimandikan. Menurut rencana, jenazah Usman dibawa ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada Senin (22/7/2019) ini.
”Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Joshua Sembiring akan menjadi inspektur upacara dalam pemakaman Usman di Taman Makam Pahlawan Wamena,” tutur Aidi.
Ia menambahkan, almarhum yang berasal dari Yahukimo ini akan mendapat kenaikan pangkat menjadi prajurit satu anumerta atas jasa-jasanya selama bertugas.
Setelah ada kesepakatan bersama untuk menghentikan aksi kekerasan, barulah dialog antara pemerintah dan kelompok tersebut bisa terealisasi.
Pekerja diserang
Diketahui Usman bersama 28 rekannya diserang kelompok Egianus Kogoya pada pukul 12.45 WIT. Kelompok Egianus melepaskan tembakan dari atas sebuah bukit dengan tinggi sekitar 200 meter. Mereka berjarak sekitar 300 meter dari anggota TNI. Kontak senjata terhenti pada pukul 13.40 WIT. Usman terkena tembakan di pinggang bagian kanan.
Adapun korban berasal dari Satuan Tugas Batalyon Infanteri 755/ Yalet yang bertugas untuk mengamankan pembangunan jembatan Sungai Yuguru.
Jembatan ini merupakan salah satu bagian dari jalan Trans-Papua yang menghubungkan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, ke Mamugu di Kabupaten Asmat.
Diketahui sejak Mei 2019, sebanyak 600 personel TNI Angkatan Darat diterjunkan untuk membangun 30 jembatan di jalur jalan Trans-Papua yang menghubungkan Wamena ke Mamugu.
Sebelumnya pembangunan jembatan terhenti selama lima bulan. Hal ini karena aksi penembakan 28 pekerja PR Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri hingga saat ini.
Dari catatan Kompas, kelompok kriminal separatis bersenjata telah terlibat dalam 37 kasus penembakan pada tahun 2018 hingga Juli 2019. Akibatnya, korban meninggal 23 warga sipil dan 15 aparat keamanan dari pihak TNI serta Polri. Sementara korban luka dari warga sipil 7 orang dan aparat keamanan 14 orang.
Diperlukan dialog
Anggota Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth, berpendapat, diperlukan dialog di antara kedua pihak yang bertikai untuk menghentikan konflik di Papua.
Menurut dia, diperlukan ada gencatan senjata difokuskan di daerah-daerah sumber kekerasan di Papua, seperti sejumlah daerah di kawasan pegunungan tengah Papua. Misalnya daerah Nduga.
”Setelah ada kesepakatan bersama untuk menghentikan aksi kekerasan, barulah dialog antara pemerintah dan kelompok tersebut bisa terealisasi,” tutur perempuan yang juga menjabat Koordinator Jaringan Damai Papua di Jakarta ini.
Ia pun menuturkan, selama ini terkesan adanya penyelesaian masalah hanya ketika terjadi konflik kekerasan. Padahal, dialog dapat menuntaskan akar penyebab masalah kekerasan di Papua secara komprehensif.
Diketahui dari kajian LIPI, sejumlah faktor penyebab kekerasan di Papua adalah masalah kemiskinan, persoalan marjinalisasi, perbedaan ideologi, dan minimnya akses layanan publik.