Jumlah rumah warga yang rusak akibat gempa bumi bermagnitudo 6,3 di Kabupaten Sarmi, Papua, pada Kamis (20/6/2019) bertambah. Dari awalnya, sebanyak 33 unit menjadi 39 rumah.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah rumah warga yang rusak akibat gempa bumi bermagnitudo 6,3 di Kabupaten Sarmi, Papua, pada Kamis, 20 Juni, bertambah. Dari awalnya, sebanyak 33 unit menjadi 39 rumah.
Sebelumnya, gempa bumi tektonik berkekuatan M 6,3 mengguncang Kabupaten Sarmi pada Kamis pukul 02. 24 WIT. Gempa ini terjadi di darat pada kedalaman 11 kilometer. Setelah itu, terjadi lagi dua gempa susulan pada hari yang sama, pukul 02.43 dengan M 4,9 dan pukul 11.59 dengan M 4,4.
Komandan Distrik Militer 1712/Sarmi Letnan Kolonel Lamberth Mailoa saat dihubungi, Jumat (21/6/2019), mengatakan, pihaknya bersama jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat ikut memantau dampak gempa di Kampung Togonfo di Distrik Tor Atas dan Kampung Munukania di Distrik Sarmi Selatan.
Di Togonfo, jumlah rumah rusak ringan dan berat sebanyak 26 unit. Sementara di Kampung Munukania, 13 rumah rusak ringan dan berat, 1 sekolah dasar rusak berat, serta 1 gereja rusak ringan.
Lamberth prihatin dengan warga yang menjadi korban bencana alam. Oleh karena itu, lanjutnya, TNI dan BPBD Sarmi langsung menuju lokasi bencana untuk membantu korban.
”Kami telah mendapatkan informasi dari kepala kampung dan para korban terkait kerusakan puluhan unit rumah ini,” kata Lamberth.
Ia pun menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sarmi agar secepatnya memperbaiki rumah warga yang rusak akibat gempa.
”Kami akan melaporkan semua data kerusakan rumah warga, sekolah, dan gereja kepada Bupati Sarmi Eduard Fonataba agar segera ditindaklanjuti,” ucap Lamberth.
Kepala Kampung Munukania Nahor Wiraso mengungkapkan, pihaknya terkendala banyak hal saat hendak melaporkan dampak gempa. Selain jarak, lanjutnya, jaringan telekomunikasi dan kondisi jalan yang rusak juga menjadi penghambat. Munukania berjarak sekitar 65 kilometer dari pusat kota Sarmi.
”Kami kesulitan melaporkan ke Pemkab Sarmi karena tak ada jaringan telepon di sini. Padahal, banyak rumah warga yang rusak serta sekolah dan tempat ibadah,” ujar Nahor.