Empat anggota kelompok kriminal separatis bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya dengan sukarela menyerahkan diri kepada TNI.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Upaya TNI Angkatan Darat merintis perdamaian dengan melaksanakan kegiatan sosial di sejumlah daerah rawan teror di Papua mulai membuahkan hasil. Hal itu mendorong empat anggota kelompok kriminal separatis bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya dengan sukarela menyerahkan diri kepada TNI.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Muhammad Aidi, saat dihubungi dari Jayapura, Minggu (9/6/2019), mengatakan, empat anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) itu menyerahkan diri kepada pihak Kodim Puncak Jaya di Kampung Wurak, Distrik Ilu, pada Sabtu, 8 Juni. Mereka adalah Telangga Gire, (30), Piningga Gire (25), Tekiles Tabuni (30), dan Perengga (27).
Keempatnya adalah anggota KKSB pimpinan Goliath Tabuni yang selama ini bersembunyi di Puncak Jaya. Salah satu anggota KKSB yang menyerahkan diri itu, yakni Telangga, adalah ajudan Goliath.
”Mereka juga menyerahkan satu pucuk senjata jenis Mauser dan sejumlah butir amunisi kaliber 7,62 milimeter yang dirampas dari penyerangan Polsek Karubaga, Kabupaten Tolikara, pada 2013 lalu,” kata Aidi.
Ia menuturkan, keempat anggota KKSB itu mau menyerahkan diri karena melihat tak ada aksi kekerasan dari TNI selama bertugas di Puncak Jaya. Selain itu, mereka juga mengapresiasi upaya TNI yang terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial, seperti membangun jalan dan rumah warga.
”Mereka juga mengaku sudah lelah bersembunyi di hutan dengan kondisi kelaparan karena minim makanan, layanan pendidikan, dan kesehatan. Karena itulah, mereka memutuskan untuk tak lagi bergabung dengan kelompok itu,” tutur Aidi.
Ia pun berharap, anggota KKSB lain di Puncak Jaya dan daerah lain di Papua segera menyerahkan diri secara sukarela. ”Kami berjanji tak akan menyakiti anggota KKSB yang menyerahkan diri secara sukarela. Tak boleh lagi terjadi konflik yang menyebabkan jatuh korban di antara kedua pihak,” ujarnya.
Langkah ini merupakan salah satu upaya persuasif untuk mencegah konflik di Papua.
Dari catatan Kompas, sepanjang tahun 2018 hingga pertengahan tahun ini, KKSB telah terlibat dalam 36 kasus penembakan di Papua. Aksi itu menyebabkan korban meninggal sebanyak 23 warga sipil dan 14 aparat keamanan dari TNI serta Polri. Selain itu, terdapat pula korban luka dari warga sipil sebanyak 7 orang dan aparat keamanan sebanyak 14 orang.
Anggota Tim Kajian Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth, berpendapat, penyerahan diri empat anggota Goliath di Puncak Jaya itu merupakan upaya jangka pendek untuk menciptakan perdamaian di Papua.
”Langkah ini merupakan salah satu upaya persuasif untuk mencegah konflik di Papua. Namun, diperlukan upaya jangka panjang untuk mencegah mereka kembali ke kelompok tersebut,” katanya.
Ia menyebutkan, warga yang sudah menyerahkan diri kepada pemerintah harus mendapatkan jaminan kesejahteraan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan bagi keluarganya. Tujuannya, agar warga itu tak kembali lagi ke kelompoknya karena kecewa.
Dari kajian LIPI, sejumlah faktor penyebab kekerasan di Papua adalah masalah kemiskinan, persoalan marjinalisasi, perbedaan ideologi, dan minimnya akses layanan publik.