Setelah unjuk rasa penolakan hasil Pemilu Presiden 2019 sempat memanas Jumat malam, pada Sabtu (25/5/2019) situasi di Kota Medan, Sumatera Utara, berangsur kondusif.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Setelah unjuk rasa penolakan hasil Pemilu Presiden 2019 sempat memanas Jumat malam, pada Sabtu (25/5/2019) situasi di Kota Medan, Sumatera Utara, berangsur kondusif. Massa membubarkan diri pada Sabtu sekitar pukul 00.00. Arus lalu lintas di sekitar Kantor DPRD Sumut kembali normal.
Pantauan Kompas, aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa. Sejumlah pusat perbelanjaan di sekitar Kantor DPRD Sumut, seperti Lippo Plaza dan Palladium Mall, beroperasi normal.
Namun, polisi masih berjaga di Kantor DPRD Sumut dengan tetap memasang pagar kawat berduri. Penjagaan serupa juga dilakukan di Kantor Komisi Pemilihan Umum Sumut dan Badan Pengawas Pemilu Sumut di Medan.
Pada Jumat (24/5/2019) malam, unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumatera Utara, Medan, sempat memanas. Massa merusak pagar kawat berduri dan melempar beberapa botol kaca ke aparat kepolisian. Seorang polisi bahkan terluka terkena lemparan botol.
Massa merusak pagar kawat berduri dan melempar beberapa botol kaca ke aparat kepolisian. Seorang polisi bahkan terluka terkena lemparan botol.
Aksi unjuk rasa memanas setelah pimpinan aksi meminta peserta aksi perempuan pulang sekitar pukul 21.30. Pemimpin aksi lalu meminta para mahasiswa mengambil barisan paling depan. Para peserta aksi tampak memegang bambu sepanjang kurang lebih 1 meter.
Mereka pun langsung memukul pagar kawat berduri, menginjak, dan menariknya. Beberapa di antara mereka tampak melemparkan botol kaca ke arah petugas dan melukai seorang petugas, yakni Ajun Komisaris Besar Triyadi.
Aksi massa pun tak terkendali dan mereka tetap melempari petugas. Beberapa pemimpin aksi yang naik ke mobil komando dan meminta pengunjuk rasa bubar tampak ditarik para pengunjuk rasa.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Besar Dadang Hartanto naik ke mobil polisi pengurai massa. Melalui pengeras suara, ia meminta massa tenang.
”Di mana kau Prabualam. Di mana kau Heriansyah. Kalian bertanggung jawab jika sesuatu menimpa para mahasiswa. Jangan kau korbankan mereka yang masih muda,” kata Dadang.
Prabualam Syahputra adalah Ketua Presidium Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat Sumut. Sementara, Heriansyah adalah Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Sumut. Mereka yang memimpin aksi unjuk rasa itu sejak Jumat siang. Namun, kedua pemimpin aksi itu tidak tampak di barisan selama kericuhan terjadi.
Aksi unjuk rasa di DPRD Sumut sudah dimulai sejak Jumat siang. Para peserta aksi sebelumnya memblokade beberapa ruas jalan dan membakar ban di sekitar Kantor DPRD Sumut.
Prabualam mengatakan, mereka berunjuk rasa meminta keputusan KPU tentang hasil Pilpres 2019 dibatalkan. Mereka juga meminta pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor 01 didiskualifikasi.
Prabualam mengatakan, mereka juga meminta dilakukan investigasi terhadap korban yang meninggal dalam unjuk rasa di Jakarta. Para pengunjuk rasa juga membawa keranda mayat sebagai bentuk protes mereka terhadap korban meninggal.