Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang, Jawa Timur, melatih membatik kepada belasan difabel di Kabupaten Malang. Hasil batik para difabel tersebut nantinya akan dibeli oleh perusahaan yang sudah diajak bekerja sama.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Dinas Tenaga Kerja atau Disnaker Kabupaten Malang, Jawa Timur, melatih membatik kepada belasan difabel di Kabupaten Malang. Hasil batik para difabel tersebut nantinya akan dibeli oleh perusahaan yang sudah diajak bekerja sama.
Pelatihan batik digelar sejak Kamis (16/5/2019) hingga Kamis (23/5/2019). Dinas menggandeng Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Ganesha, Kepanjen, dalam kegiatan itu. Mereka yang dilatih itu adalah 17 difabel tuli. Peserta pelatihan sengaja tidak dipisah antara difabel dan tidak.
”Tujuannya, agar para difabel bisa semakin membaur dan berkerja sama dengan peserta yang lainnya,” kata Pimpinan LPK Ganesha Hamidah, Kamis (23/5/2019).
Hamidah menjelaskan, para peserta pelatihan diberi materi mengenai batik tulis. Materi diberikan mulai dari menggambar pola, mencanting atau memberi lelehan malam (lilin) warna emas mengikuti pola batik, hingga mewarnai.
Dalam waktu dekat, kami akan menjalin kerja sama dengan dua perusahaan batik, yaitu dari Kabupaten Malang dan Probolinggo. Pembicaraan ke sana sudah dilakukan. Bentuk kerja sama adalah semua karya peserta pelatihan batik yang digelar oleh Disnaker Kabupaten Malang nantinya dibeli oleh dua perusahaan itu.
Dalam pewarnaan, mereka menggunakan pewarna kain. Setelah diwarnai, kain kemudian dilapisi lagi dengan lilin cair. Berikutnya, kain diproses mlorot atau meluruhkan lilin, baru dijemur dengan cara diangin-anginkan.
”Dalam waktu dekat, kami akan menjalin kerja sama dengan dua perusahaan batik, yaitu dari Kabupaten Malang dan Probolinggo. Pembicaraan ke sana sudah dilakukan. Bentuk kerja samanya yaitu semua karya peserta pelatihan batik yang digelar oleh Disnaker Kabupaten Malang nantinya dibeli oleh dua perusahaan itu,” tutur Hamidah.
Mekanismenya, para peserta mendapatkan alat dan bahan dari perusahaan batik tersebut. Kemudian para perajin mengerjakan pesanan batik. Pekerjaan ini bisa dilakukan di rumah atau di sela waktu. Selanjutnya, sebulan sekali karya para perajin ini akan diambil oleh pihak perusahaan dan diganti dengan alat dan bahan yang baru.
”Ketika mengambil batik yang sudah jadi itu, pihak perusahaan juga memberikan upah kepada perajin,” katanya.
Membuka jalan
Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas (Lattas) Disnaker Pemerintah Kabupaten Malang M Yekti Pracoyo menjelaskan, pelatihan tidak hanya memberikan keterampilan bagi para peserta, khususnya difabel, tetapi juga membukakan jalan bagi mereka untuk berwirausaha.
Kami berdayakan difabel agar lebih mandiri, menjaga agar usaha itu berkelanjutan sehingga nanti akhirnya mendorong mereka dapat berwirausaha.
Yekti menjelaskan, para peserta juga mendapatkan materi mengenai kewirausahaan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) serta materi pembiayaan keuangan bagi wirausaha dari Bank Jatim.
”Kami berdayakan difabel agar lebih mandiri, menjaga agar usaha itu berkelanjutan sehingga nanti akhirnya mendorong mereka dapat berwirausaha,” katanya.
Salah satu peserta difabel, Bayu (18), asal Kecamatan Wagir, tampak telaten memoleskan warna ungu dengan kuas ke selembar kain bergambar bunga. Setelah semua gambar bunga diwarnai, barulah dia memoleskan warna hijau tua untuk daunnya.
”Kami senang mengikuti pelatihan membatik ini. Tidak susah, dan materinya mudah kami tangkap,” kata Bayu dengan bahasa isyarat.