Sopir Bus Disarankan Beristirahat Setelah Mengemudi 2-3 Jam
Menjelang masa arus mudik Lebaran, puluhan sopir bus menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes urine di Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/5/2019). Ini untuk memastikan sopir dalam kondisi yang sehat dan terbebas dari narkoba saat mengemudikan bus.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Menjelang masa arus mudik Lebaran 2019, puluhan sopir bus menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes urine di Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/5/2019). Hal ini dilakukan untuk memastikan sopir dalam kondisi yang sehat dan terbebas dari narkoba saat mengemudikan bus. Selain itu, sopir juga disarankan beristirahat setelah 2-3 jam mengemudi bus.
Pemeriksaan kesehatan dan tes urine dilakukan Tim Dinas Kesehatan Solo serta Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Solo bekerja sama dengan pengelola Terminal Tirtonadi. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap sopir bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang baru tiba di Terminal Tirtonadi.
Kepala BNNK Solo Komisaris Edison mengatakan, tes urine dilakukan untuk memastikan kondisi sopir tidak sedang dalam pengaruh narkoba. Pasalnya, salah satu efek mengonsumsi narkoba adalah munculnya halusinasi sehingga bisa membahayakan keselamatan penumpang bus.
”Dari 52 sopir yang menjalani tes urine, semuanya negatif narkoba,” katanya di sela-sela tes urine di Terminal Tirtonadi, Rabu.
Sementara itu, petugas Dinas Kesehatan Solo melakukan sejumlah pemeriksaan kesehatan, antara lain tekanan darah, gula darah, kandungan alkohol, serta tes buta warna. Koordinator pemeriksaan kesehatan pengemudi bus dari Dinas Kesehatan Solo, Sunaryo, mengatakan, pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kesehatan sopir bus.
”Yang paling banyak ditemukan pada sopir ialah penyakit hipertensi dan gula. Kalau narkoba, selama ini belum pernah ada, hanya sekali tahun 2015,” ujar Sunaryo.
Menurut dia, jika gangguan kesehatan yang dialami sopir relatif ringan dan sedang, petugas akan memberikan obat. Jika diperlukan, sopir juga diberikan surat rujukan untuk berobat lebih lanjut.
”Selama ini, penyebab paling utama keteledoran pengemudi adalah ketika kondisi fisik menurun, kelelahan, dan faktor risiko penyakit seperti hipertensi, gula dan lainnya,” ujar Sunaryo.
Sunaryo pun menyarankan sopir beristirahat setelah mengemudi bus selama 2-3 jam. Hal ini untuk menghindari sopir mengalami kelelahan atau serangan stroke bagi penderita hipertensi.
”Efek hipertensi, ketika tidak tertangani, risikonya adalah serangan stroke. Itu berbahaya. Faktanya, sopir tidak pernah merasakan saat mengalami tekanan darah tinggi. Walaupun tensinya sedang tinggi, itu dianggap biasa saja,” katanya.
Koordinator Terminal Tirtonadi Joko Sutriyanto mengatakan, pemeriksaan kesehatan akan dilakukan selama dua hari. Pemeriksaan kesehatan dan tes urine difokuskan pada sopir dengan trayek AKAP karena mereka mengemudi dengan jangka waktu lama di perjalanan sehingga memiliki faktor risiko lebih tinggi.
Salah satu satu sopir yang menjalani pemeriksaan kesehatan, Jiyono (57), mengaku kadang mengalami tekanan darah tinggi. Namun, hal itu tidak mengganggunya saat mengemudikan bus. ”Untuk menjaga kesehatan, biasanya istirahat yang cukup,” ucapnya.