Petugas Kesehatan Disiagakan untuk Penghitungan Suara
Faktor kelelahan menjadi alasan utama sejumlah Petugas terkait Pemilihan Umum yang meninggal di Jawa Barat. Sebagai antisipasi, Komisi Pemilihan Umum atau KPU menyiagakan petugas kesehatan untuk penghitungan suara tingkat kecamatan agar petugas yang mengalami gangguan kesehatan bisa diberikan penanganan secepatnya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Faktor kelelahan menjadi alasan utama sejumlah petugas terkait pemilihan umum yang meninggal di Jawa Barat. Sebagai antisipasi, Komisi Pemilihan Umum menyiagakan petugas kesehatan untuk penghitungan suara tingkat kecamatan agar petugas yang mengalami gangguan kesehatan bisa diberi penanganan secepatnya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Jawa barat Rifqi Ali Mubarok, di Bandung, Selasa (23/4/2019), menyampaikan, petugas umumnya kelelahan dalam tahap penyalinan C1 secara manual yang memakan waktu hingga pagi hari. Saat ia ditemui pukul 18.00, data petugas dari Panitia Pemungutan Suara di Jabar yang meninggal dalam Pemilu kali ini mencapai 34 orang.
Penghitungan manual, tutur Rifqi, memang memakan waktu, tetapi itu menjadi prinsip awal pemilihan umum tahun ini. Kejadian ini akan menjadi evaluasi untuk pemilu selanjutnya.
”Kami akan terus memperbarui data. Semua pembiayaan akan didiskusikan dengan pemerintah dan fasilitas setempat. Kami juga berkoordinasi dengan KPU pusat untuk biaya kesehatan karena selama ini belum ada anggaran proteksi,” tuturnya.
Tidak hanya kelelahan akibat pekerjaan yang memakan waktu dan tenaga, Rifqi mengatakan, adanya tekanan dari publik untuk membuat pemilu berlangsung tanpa ada kesalahan juga membuat petugas stres. Karena itu, sebagai antisipasi, dalam tahap penghitungan tingkat kecamatan KPU akan menempatkan petugas kesehatan.
Kami akan terus memperbarui data. Semua pembiayaan akan didiskusikan dengan pemerintah dan fasilitas setempat. Kami juga berkoordinasi dengan KPU pusat untuk biaya kesehatan karena selama ini belum ada anggaran proteksi.
”Sekarang semua warga mengawasi lewat media sosial. Karena itu, petugas tertekan karena harus melakukan semuanya dengan benar. Mereka juga memaksa diri karena ingin menjalankan tugas dengan baik,” tuturnya saat ditemui dalam pemberian santunan kepada ahli waris petugas di Gedung Sate.
Kelelahan
Salah satu ahli waris yang hadir adalah Titin Supriatin (43), istri dari Nana Rismana (40), Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Surat Suara (KPPS) TPS 04 Desa Dukuhdalem, Kecamatan Ciawi Gebang, Kabupaten Kuningan. Karena kelelahan, Nana meninggal saat penghitungan suara pada Rabu (17/4).
Titin menuturkan, sebelumnya Nana tidak memiliki riwayat penyakit berat. Namun, Nana memang tidak tidur sebelum pemungutan suara. ”Dia tidak pernah sakit berat, sewaktu pemeriksaan kesehatan saat mendaftar almarhum dinyatakan sehat. Tetapi, memang pada malam sebelum pemilihan dia tidak tidur semalaman, menjaga TPS,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Ridwan Kamil mengharapkan keikhlasan dari ahli waris yang ditinggalkan. Dia menuturkan, hingga pidato tersebut dibacakan Selasa sore, tercatat 49 petugas pemilihan umum, baik dari KPU, Pengawas Pemilu, maupun petugas keamanan meninggal.
”Proses pemilihan demi tercapainya negara demokratis ini terlalu mahal. Saya harap, ada evaluasi dari KPU ke depannya agar tidak ada lagi petugas yang meninggal. Mereka adalah pahlawan demokrasi, orang yang mewakafkan waktu dan energinya demi menyelesaikankan tugas dengan baik,” tuturnya.
Selain itu, Kamil juga meminta setiap kepala daerah di Jawa Barat untuk memfasilitasi petugas pemilu di daerah masing-masing, baik itu dari rumah sakit daerah ataupun fasilitas kesehatan lainnya. Dia juga mengharapkan warga untuk menghargai petugas yang gugur dengan menjadikan situasi kondusif dan rukun.
”Peristiwa yang luar biasa ini mari disikapi dengan rasa damai. Kurangi ekspresi yang menimbulkan emosi dan perpencarah. Serahkan semua pada mekanisme hukum,” tuturnya.