Enam hari menjelang pemilihan umum 17 April, sebanyak 3,4 persen atau 217.442 lembar surat suara untuk Provinsi Maluku masih dicetak di Makassar, Sulawesi Selatan. Meski demikian, Komisi Pemilihan Umum Maluku menjamin tidak terjadi keterlambatan dalam pendistribusian logistik
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Enam hari menjelang pemilihan umum 17 April, sebanyak 3,4 persen atau 217.442 lembar surat suara untuk Provinsi Maluku masih dicetak di Makassar, Sulawesi Selatan. Meski demikian, Komisi Pemilihan Umum Maluku menjamin tidak terjadi keterlambatan pendistribusian logistik.
Ketua KPU Provinsi Maluku Syamsul R Kubangun, di Ambon, Kamis (11/4/2019), mengatakan, kekurangan surat suara disebabkan banyak surat suara rusak setelah disortir. Awalnya, total keseluruhan surat suara yang rusak sebanyak 300.277 lembar atau 4,7 persen. Selanjutnya, dilakukan sortir ulang sehingga diperoleh surat suara yang rusak sebanyak 3,4 persen atau 217.442 lembar.
Surat suara yang rusak tersebar di hampir semua kabupaten/kota di Maluku. Adapun total surat suara yang dibutuhkan 6.376.596 lembar. Surat suara dimaksud untuk pemilihan DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR, DPD, dan presiden.
”Para sekretaris KPU di tingkat kabupaten/kota saat ini sedang berada di Makassar untuk memantau langsung proses percetakan surat suara. Secepatnya akan dibawa ke Maluku,” kata Syamsul. KPU akan berupaya agar, satu hari menjelang pemilu, logistik sudah sampai di desa atau kelurahan.
KPU akan berupaya agar, satu hari menjelang pemilu, logistik sudah sampai di desa atau kelurahan.
Berdasarkan catatan Kompas, pada Pemilihan Umum 2014, warga di Desa Taar, Kota Tual, Maluku, terpaksa baru mencoblos pada pukul 15.00 waktu setempat lantaran surat suara baru tiba pada pukul 14.00 di hari pemilihan. Keterlambatan itu sempat membuat suasana di Kota Tual tegang.
Ratusan warga menggelar unjuk rasa di kantor KPU Kota Tual. Banyak warga kecewa dan tidak mau menggunakan hak pilih mereka. Mereka menuduh ada upaya sabotase yang dilakukan pihak penyelenggara pemilu. ”Kami menjamin kondisi semacam itu tidak akan terulang lagi,” ujar Saymsul.
Secara keseluruhan, logistik pemilu sudah mulai didistribusikan dari ibu kota kabupaten ke ibu kota kecamatan. Wilayah terpencil dan terjauh diprioritaskan. Distribusi logistik itu dibayangi dengan gelombang tinggi yang berpeluang terjadi di seluruh Maluku. Maluku terdiri atas 1.340 pulau dengan jumlah pulau yang dihuni penduduk sebanyak 289.
KPU Maluku telah mengumumkan data akhir jumlah pemilih di provinsi tersebut, yakni sebanyak 1.269.781 orang. Para pemilih akan menyalurkan hak pilihnya di sebanyak 5.527 tempat pemungutan suara yang tersebar di 1.231 desa/kelurahan, 118 kecamatan, dan 11 kabupaten/kota.
Komisioner KPU Kepulauan Aru Yoseph Sudarso Labok mengatakan, kendati dalam kondisi cuaca yang kurang baik, distribusi logistik tetap dilakukan. Jika kondisi gelombang benar-benar membahayakan, kapal akan menepi ke teluk terdekat. ”Tetap jalan. Kalau tidak, ini bisa terlambat,” katanya.
Logistik itu akan diantar terlebih dahulu ke-10 ibu kota kecamatan. Satu hari menjelang pemungutan suara pada 17 April nanti, logistik itu dibawa ke 117 desa dan 2 kelurahan, selanjutnya dibawa ke sebanyak 324 tempat pemungutan suara. Sebanyak 66.164 pemilih akan menyalurkan hak pilih mereka di sana.
Wakil Bupati Kepulauan Aru Muin Sogalrey mengatakan, pemerintah daerah ikut membantu distribusi logistik dengan menyiapkan dua kapal cepat. ”Kami akan membantu sekuat kemampuan kami. Mari kita dukung pemilu ini berjalan dengan lancar dan aman,” kata Muin.