Jagung Impor Belum Mencukupi Kebutuhan Peternak di Blitar
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS—Peternak ayam peternak (layer) di Blitar, Jawa Timur, belum mendapatkan pasokan jagung yang mencukupi kebutuhan pakan ternak. Mereka harus memenuhi kebutuhan pakan dari jagung lokal yang saat ini persediaannya kian menipis dan harganya tinggi Rp 6.300-Rp 6.400 per kilogram. Sementara panen jagung baru akan berlangsung Bulan Maret.
Sejak pertengahan November 2018 lalu peternak ayam petelur di Blitar memang mendapatkan suntikan jagung impor yang dibeli dari Badan Urusan Logistik (Bulog) di Surabaya dengan harga Rp 4.000 per kilogram. Di Blitar terdapat lebih dari 4.000 peternak dengan kebutuhan pakan mencapai 1.000 ton per hari. Blitar juga menjadi sentra penghasil telur ayam nasional.
“Gak pernah kebagian saya. Jagung lokal juga sulit sekarang, mahal lagi. Harus telepon pedagang sana sini untuk bisa mendapatkan jagung lokal,” ujar Cipto, salah satu peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Rabu (30/1/2019).
Gak pernah kebagian saya. Jagung lokal juga sulit sekarang, mahal lagi. Harus telepon pedagang sana sini untuk bisa mendapatkan jagung lokal
Cipto mendapatkan jagung lokal seharga Rp 6.300 per kilogram. Terakhir, ia mendapatkan jagung beberapa hari lalu sebanyak 1 pikap (kurang dari lima ton). Stok itu akan habis dalam waktu lima hari ke depan. “Mengganti jagung dengan pakan lain tidak bisa karena akan berpengaruh pada penurunan kualitas dan kuantitas telur,” ucapnya.
Menghadapi kondisi ini, Cipto berencana mengafkirkan dini sebagian ayam dengan alasan terus merugi. Harga beli pakan tidak sebanding dengan jual telur yang hanya Rp 17.500 per kg. Rencananya ada 3.000 ekor ayam yang diafkir dini dari total 7.000 ekor ayam yang ia miliki.
“Harga ayam afkir kemarin-kemarin cukup rendah, sekitar Rp 16.500 per kg. Saya dengar kabar terbaru harganya turun lagi jadi Rp 13.500 per kg,” tuturnya.
Peternak ayam di Desa Dadaplangu, Kecamatan Ponggok, yang juga Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar, Sukarman, mengatakan pemerintah impor jagung sebanyak 100.000 ton dan tahap pertama dikirim 27.000 ton pada akhir 2018.
Sisanya masih ada 73.000 ton (kuota untuk Blitar 16.000 ton). Namun saat ini baru datang 26.000 ton (tahap dua) dan diperebutkan oleh seluruh peternak di seluruh Indonesia.
“Dari 26.000 ton itu, peternak di Blitar hanya dapat 5.000-6.000 ton. Ini sedang persiapan untuk segera menebus ke Bulog di Surabaya,” ucapnya. Jagung curah yang diambil dari Bulog, kata Sukarman dibagi ke seluruh peternak di Blitar melalui koordinator wilayah.
Sukarman mengatakan pihaknya juga sudah datang ke DPR untuk mengajukan tambahan kuota jagung impor. Stok jagung lokal sendiri diperkirakan mulai bertambah pada bulan Maret karena banyak petani panen.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Wawan Widianto yang dihubungi secara terpisah, membenarkan jagung impor belum mencukupi kebutuhan pakan semua peternak di wilayahnya.
“Memang tidak cukup. Dan jagung impor yang ada saat ini diutamakan untuk peternak kecil. Sedangkan peternak menengah rencananya akan datang lagi jagung impor namun belum ada kepastian kapan waktu sampainya,” katanya. Menurut Wawan peternak ingin ada kepastian soal pakan. Sejauh ini ada informasi dari Kementerian Pertanian bahwa di beberapa daerah mulai panen jagung.
Di Blitar, panen jagung diperkirakan baru berlangsung dua bulan lagi. Saat ini lahan pertanian irigasi teknis masih fokus tanam padi. Jagung lebih banyak dikembangkan di pegunungan Blitar selatan dengan produksi sekitar 320.000 ton per tahun.
Sebelumnya, menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa stok jagung melimpah, pada Februari ini. Petani mulai banyak memanen jagung. Pemerintah juga siap membeli jagung petani dengan harga tinggi. Baca Puncak Panen Jagung Diprediksi Februari