BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Jumlah armada bus rapid transit (BRT) Trans Bandar Lampung yang beroperasi di Kota Bandar Lampung, Lampung terus berkurang. Layanan yang digadang-gadang sebagai sistem transportasi massal kota itu kinerjanya justru semakin merosot.
Direktur Utama PT Trans Bandar Lampung I Gede Jelantik menuturkan, awalnya, ada 120 armada bus yang beroperasi di Kota Bandar Lampung. Kini, jumlah bus yang beroperasi hanya 60 bus. BRT itu pun hanya melayani rute Rajabasa-Panjang.
“Sebagian bus ada yang rusak dan belum ada perbaikan. Ada juga yang ‘mandeg’, tidak mampu beroperasi karena merugi,” ujar Gede, Selasa (22/1/2019).
Saat ini, kata Gede, BRT dikelola dengan sistem setoran dari sopir. Setiap hari, sopir menyetor Rp 250.000 pada perusahaan. Adapun tarif untuk satu kali perjalanan Rp 5.000 per penumpang.
Disewakan
Untuk bisa bertahan, pengelola juga terpaksa menyewakan armada bus untuk melayani rute luar kota. “BRT ini seolah hidup segan mati tak mau. Kami bertahan karena BRT ini merupakan ikon Kota Bandar Lampung. Kami berusaha agar tetap ada satu atau dua unit yang beroperasi setiap hari,” kata Gede.
Tahun ini, pengelola berencana mengoperasikan kembali rute Rajasaba-Sukaraja. Namun, manajemen perusahaan bimbang karena transportasi online juga semakin menjamur. “Kami menyadari, masyarakat banyak yang beralih pada transportasi online. Efeknya amat berpengaruh pada BRT. Itu yang membuat kami dilema,” katanya.
Dari pantauan Kompas, BRT tidak lagi banyak beroperasi di jalan utama Kota Bandar Lampung. Armada BRT pun mengambil dan menurunkan penumpang seenaknya, tidak lagi memanfaatkan halte.
Penumpang juga tidak lagi mendapat tiket saat membayar pada kondektur bus. Padahal, pada awal peluncurannya tahun 2011, layanan BRT itu menjadi moda transportasi massal andalan warga Kota Bandar Lampung.
Di rute sama
Gede berharap, pemerintah Kota Bandar Lampung segera membenahi sistem transportasi massa dalam kota agar BRT dapat kembali hidup. Pasalnya, angkutan umum mikrolet yang semula diharapkan menjadi angkutan pengumpan juga masih beroperasi di rute yang sama dengan BRT. Selain itu, sebagian fasilitas seperti halte juga dalam kondisi rusak.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Iskandar Zulkarnain menjelaskan, Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya menata kembali sistem transportasi massal dalam kota. Tahun ini, pemko berencana meluncurkan program BRT dengan memanfaatkan 10 armada bus bantuan dari Kementerian Perhubungan. Nantinya, bus ini akan dioperasikan untuk mengisi rute yang pernah dijalankan oleh Bus Trans Bandar Lampung.